NovelToon NovelToon
Istriku, Guru Olahragaku

Istriku, Guru Olahragaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Nikahmuda / Cintamanis / Tamat
Popularitas:964.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Tria Sulistia

Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.

Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.

Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.

Siapakah pria itu?

Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.

Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kehidupan Seorang Pewaris

Ketika bel tanda pulang sekolah berbunyi, Elang bergegas keluar kelas sambil melirik alat penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ayunan kaki Elang membawa pemuda itu ke tempat parkir motor sekolah khusus murid. Lalu dia langsung menaiki sepeda motornya, memakai helm, dan menyalakan mesin.

Elang menancapkan gas tampak terburu-buru sekali. Sampai-sampai dia tak menyadari ada Ayana yang memandang kepergiannya.

Sepeda motor sport berwarna biru itu menderu di tengah kebisingan jalanan pusat kota. Selama kurang lebih lima belas menit, sepeda motor Elang sampai di sebuah gedung pencakar langit.

Elang turun dari motor dan berjalan memasuki gedung yang merupakan kantor pusat perusahaan ayahnya. 

Di setiap langkah, para karyawan yang berpapasan langsung menundukan kepala. Meski secara usia, semua karyawan disana jauh lebih tua dari Elang, akan tetapi mereka tetap menunjukan sikap hormat.

Tepat saat itu juga, Arif berlari tergopoh-gopoh menghampiri Elang dengan mata membelalak dan tangan yang gemetar.

"Tuan Raynar," ucap Arif membungkukan badan menyapa Elang. "Tuan, ada keadaan darurat. Tuan besar…"

Sontak Elang mengerutkan dahi bingung. "Ada apa dengan Daddy, Pak Arif?"

"Tuan Bram tiba-tiba saja pingsan," lapor Arif yang detik berikutnya, Elang langsung berlari menuju lift.

Benda besi itu, membawa Elang bersama Arif naik ke lantai paling paling atas. Begitu pintu lift terbuka, Elang berlari kencang ke ruangan sang ayah.

Dia menerobos daun pintu. Lalu pandangannya langsung terarah pada sosok pria paruh baya yang terbaring di sofa panjang.

"Dad!" teriak Elang menghampiri tubuh Bram.

Digenggamnya tangan Bram dengan sangat erat dan Elang pun menoleh pada Arif, meminta untuk menjelaskan kronologi ayahnya pingsan.

Secara singkat, padat, dan jelas, Arif menjelaskan bahwa Bram tiba-tiba saja jatuh pingsan. Namun, sebelumnya Bram selalu mengeluhkan anaknya yang kini tidak mau diatur.

"Mungkin, Tuan Bram pingsan karena terlalu banyak pikiran. Jadi kalau boleh saya sarankan, Tuan Raynar. Sebaiknya Tuan mulai hari ini turuti saja kemauan Tuan Bram."

Elang menghela nafas sambil menoleh kembali menatap wajah Bram yang terlelap.

"Pak Arif sudah panggil dokter?"

"Sudah, Tuan. Dokter Luis sedang dalam perjalanan kemari."

Elang menganggukan kepala, lalu menoleh memandang wajah sang ayah. 

Tangan Elang bergerak merogoh saku kemeja. Kemudian dengan cepat dia melempar sebuah kecoa tiruan yang tepat mengenai wajah Bram.

Detik berikutnya, Elang meloncat mundur sambil berteriak, "Dad, ada kecoa."

Sontak kelopak mata Bram yang tadinya tertutup rapat, hanya dalam satu detik langsung membelalak sempurna. Bram melompat dari sofa sambil berteriak ketakutan.

Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari hewan yang paling dia benci di seluruh dunia.

"Mana kecoa mana?"

Elang tergelak sambil memegangi perutnya yang sakit. Bahkan dia sampai memukul meja saking tak bisa mengontrol tawanya.

Sedangkan Bram berkacak pinggang serta matanya melotot marah. Niat awal ingin memperdaya Elang, malah dirinya yang menjadi korban prank.

Tentu saja jatuh lah wibawa yang selama ini Bram jaga.

Terlebih aksi jahil Elang disaksikan oleh Arif, si sekretaris, yang sekarang sedang melawan dirinya sendiri untuk tidak tertawa. 

"Raaayynnnaaarrr!"

Raungan Bram menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Dada Bram naik turun selaras dengan deru nafas yang menggebu.

Kedua tangan Bram mengepal kuat. Andai saja Elang bukan anaknya, mungkin dia sudah menyeret pemuda itu dan melemparkannya ke jendela.

"Sorry, Dad," ucap Elang menangkupkan kedua tangan dan menampilkan wajah memelas.

Bram menarik nafas panjang untuk menstabilkan emosinya. Lantas dia dan Elang duduk di sofa dengan posisi keduanya saling berhadapan.

Sesaat Bram mengamati penampilan Elang yang memakai seragam putih abu-abu, lalu dia membuang muka karena kurang suka.

"Aku menemui Daddy sesuai kesepakatan yang kemarin malam kita buat," Elang berkata dengan menampilkan senyum tipis. "Terima kasih sudah membantu mengusir Abian dari rumah."

"Apa Daddy harus memenuhi semua keinginanmu dulu, baru kamu mau menemui Daddy?" sindir Bram pada Elang.

"Selama ini aku sudah memenuhi apa yang Daddy inginkan, jadi apa salahnya jika aku meminta sesuatu pada Daddy? Toh membuat Abian pergi dari rumahku adalah pekerjaan yang mudah bagi Daddy kan?"

Bram berdecak kesal. Kemudian dia mencondongkan tubuh untuk bisa lebih dekat menatap Elang.

Tangan Bram bergerak menunjuk dada sebelah kiri. Lalu dia berkata, "Di sini, Ray. Di jantung Daddy ada penyakit yang menjadi bom waktu. Kapan saja Daddy bisa mati mendadak karena penyakit ini, dan Daddy hanya ingin ketika saat Daddy meninggal, kamu sudah mampu menggantikan posisi Daddy duduk di kursi itu."

Elang melirik sekilas jari Bram yang menunjuk kursi kerjanya. Lalu dia kembali menatap Bram dan menghela nafas panjang.

"Tapi, Dad, aku ingin seperti layaknya remaja seusiaku. Apa itu salah?"

"Raynar, please jangan mulai lagi! Tiga tahun Daddy sudah memberimu kebebasan. Sekarang saatnya kamu kembali kepada kehidupanmu yang sebenarnya. Kehidupan seorang pewaris keluarga Rasyid."

Elang menggelengkan kepala dengan mantap. "Tidak, Dad. Beri aku waktu sampai aku lulus kuliah, baru aku akan bekerja di perusahaan ini!"

"Raynar!"

Elang bangkit berdiri, "Selamat siang, Dad."

Detik berikutnya Elang memutar badan dan berjalan melintasi ruang kerja ayahnya tanpa sedikitpun memperdulikan teriakan Bram yang memanggil namanya.

Elang keluar dari gedung dan segera menaiki sepeda motornya. Dia sengaja melajukan sepeda motor dengan kecepatan sangat kencang sebagai pelampiasan rasa yang bergejolak di dadanya.

Sehingga tak butuh waktu lama, Elang sudah sampai di halaman rumah. 

Tepat saat itu, Ayana juga sedang mencari kunci pintu rumah. Dia melihat Elang membuka helm dan turun dari motor.

Namun, ada sesuatu yang tampak berbeda dari Elang yang biasanya. Pemuda itu tampak diam seribu bahasa.

"Lang, kamu kenapa?" tanya Ayana sambil tangannya memutar kunci di lubang pintu.

Meski perasaan Elang sedang tidak karuan, tapi semua itu hilang saat Elang melihat Ayana. Apalagi kalau dia berhasil menggoda dan membuat wanita itu cemberut.

"Memang aku kenapa?" Elang balik bertanya dengan dahi mengerut bingung.

"Kamu seperti sedang ada masalah."

"Oh, aku hanya sedang bingung," jawab Elang enteng.

Ayana dan Elang sama-sama masuk ke dalam rumah.

"Bingung apa?"

"Bingung cara menaklukan hati kamu," kata Elang yang tersenyum sambil memeluk pinggang Ayana.

Namun, Ayana hanya berdecak sambil menyeringai. Lalu didorongnya dada Elang agar pemuda itu menjauh darinya.

"Dasar gombal. Sekolah dulu yang benar."

Ayana membalik badannya berniat untuk berjalan ke dalam kamar. Akan tetapi tangan Elang dengan cepat memeluk perut Ayana dari belakang dan mengunci tubuh Ayana di dalam pelukannya.

"Kapan kamu membuka hati untuk aku, Ay?"

Ayana menghela nafas dan menggelengkan kepala. Tanpa keraguan sedikitpun Ayana melepaskan tangan Elang dan berkata, "Kalau kamu sudah menjadi pria dewasa dan berhenti bersikap pecicilan, baru aku mau memperhitungkan untuk membuka hatiku."

1
Julia Juliawati
mampir
Ibrahim Efendi
😄😄😄
Ibrahim Efendi
yaaaaahhhh... pingsan lagiiiii....
Ibrahim Efendi
😜😄
ᄂ⃟ᙚₘₒₘરᵤyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
Luar biasa
Cheng Nyo
👍
ᄂ⃟ᙚₘₒₘરᵤyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
Luar biasa
echa purin
/Good//Good/
Qaisaa Nazarudin
Salah kalian juga,Ngapain nyuruh Hani yg ngurusin anak kalian..
Qaisaa Nazarudin
Malah keputusan kamu ini yg paling SALAH,Kalo mau Elang kembali jangan pernah kamu pisahkan dia dengan Ayana..
Qaisaa Nazarudin
Hadeeehhh 🤣🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Elang tiba2 jadi Oon bin Amnesia 🤣🤣🤣🤣😜😜
Qaisaa Nazarudin
Ngapain nanya Trisno, Sekarang kamu udah mendapatkan jawabannya..
Qaisaa Nazarudin
GILA..GAK MASUK AKAL..ANAK SEKECIL ITU,HAK SESUAI UMUR DAN OTAK KECILNYA HARUS DIPAKSA UTK HAL2 YG SEPERTI ITU..
Qaisaa Nazarudin
Kalo Farel mungkin aku percaya dia gak kenal siapa Elang,mungkin mereka baru kenal saat SMA,Lha Abian apa kabar?Apa Arif juga baru setahun dua jadi sekretaris tuan Bram?
Qaisaa Nazarudin
Itu mah singa bukan buaya..
Qaisaa Nazarudin
Gak mau di publikasi,Tapi potonya di pajang di ruangannya,Apa setiap orang yg masuk keruangannya Bram termasuk koleganya bisnisnya gak lihat poto itu? 🤣🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Heran deh padahal udah belasan tahun umur Bian dengan Elang,Masa ia dari kecil sampai gede Arif gak kenal sama Elang atau di kenalin Elang ke Bian??Biasanya anak assisten dengan anak majikan pasti saling kenal lah..
Qaisaa Nazarudin
Kalo Bian anak Arif,Yang di maksudkan Bian,Ayahnya selalu membanding2 kan Abian dengan anak majikannya itu berarti Elang kan? Apa bian gak tau kalo Arif ayahnya bekerja dengan daddynya Elang??🤔🤔
Qaisaa Nazarudin
Niatnya Elang mungkin TULUS utk menolong Diva,Tapi disalah artikan oleh Diva,inilah yang akan jadi Boomerang hubungan antara Elang dan Ayana nantinya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!