Istriku, Guru Olahragaku
Seorang wanita memakai gaun pengantin berwarna putih duduk lemas di balkon rumah sambil tangannya menggenggam ponsel.
Dibacanya pesan dari teman si wanita dengan berbagai perasaan yang melebur jadi satu di dalam hati.
Terkejut, takut, dan kecewa. Itulah yang dirasakan Ayana tapi yang paling mendominasi tentu saja adalah rasa marah yang bergemuruh hingga jemari tangannya bergetar.
Bagaimana tidak?
Tepat hari ini -hari pernikahan Ayana dan Samsul- dia mendapatkan informasi dari seorang teman bahwa pria yang sebentar lagi menjadi suaminya ternyata sudah beristri.
Tak tanggung-tanggung, bahkan calon suaminya itu telah memiliki tiga istri dan berarti Ayana akan menjadi istri keempat.
Amarah berkobar di dalam dada wanita berumur dua puluh dua tahun itu sebab dia beserta keluarganya telah dibohongi oleh Samsul yang mengaku seorang perjaka.
Namun, di sisi lain Ayana juga merasa takut, sebab dia dan Samsul menikah karena sebuah perjodohan yang dilakukan oleh sang ayah.
Dan dari apa yang Ayana tahu, pernikahan ini merupakan kesepakatan bisnis yang tentu saja menguntungkan bagi ayah Ayana.
Ayana takut, sekalipun dia membongkar kebohongan Samsul, sang ayah akan bersikukuh menikahkannya dengan pria beristri tiga itu.
"Astaga! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" gumam Ayana penuh kekhawatiran.
Dia berjalan mondar-mandir di balkon kamarnya sambil memutar otak agar pernikahannya dengan Samsul gagal.
Tepat saat itu juga, terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang dari luar kamar.
"Aya," teriak ibu Ayana yang membuat Ayana seketika terkesiap.
"Iya, Bu," Ayana menyahut tanpa membuka pintu.
"Kamu sudah siap belum? Pak penghulu sudah datang tuh. Semua orang juga tinggal nunggu kamu."
Perasaan Ayana semakin tak karuan. Tubuhnya gelagapan tapi sebisa mungkin dia tetap mengeluarkan suara yang tenang.
"Oh, iya, Bu. Aya sebentar lagi ke bawah."
"Ya sudah. Jangan lama-lama! Sudah ditunggu lho itu."
"Hmm iya, Bu."
Kemudian tak terdengar lagi suara sang ibu karena kembali turun ke lantai bawah untuk menyambut tamu. Sementara di dalam kamar, Ayana panik luar biasa.
Dia semakin mempercepat langkah kakinya berjalan mondar-mandir untuk mencari ide. Hingga akhirnya dia menghentakan kaki sambil berteriak, "Aha."
"Kabur."
Itulah ide yang muncul di benak Ayana.
Lantas pandangan Ayana turun mengamati suasana halaman rumah yang kini sudah dipenuhi oleh tamu undangan.
"Tapi bagaimana caranya? Secara kan banyak orang. Pasti mereka langsung tahu kalau aku kabur," Ayana bergumam sambil terus memantau keadaan dari balkon kamarnya.
Pesta pernikahan memang diadakan di rumah Ayana yang memiliki halaman cukup luas dan mampu menampung seluruh tamu.
Setelah tiga menit lamanya, Ayana mendapati di bawah balkon kamar sudah tampak sepi karena semua orang berkumpul di dalam rumah yang akan menjadi tempat ijab qobul.
"Ini saatnya."
Ayana menaikan gaun agar kakinya dapat naik ke railing besi dan dia pun melakukan ancang-ancang untuk melompat turun ke bawah.
Bersamaan dengan Ayana yang siap melompat, tampak di bawah sana seorang pemuda memakai setelan kemeja rapi datang dari arah lain dan…
Brug.
"Aw."
Ayana meringis kesakitan saat tubuhnya mendarat di atas tubuh si pemuda. Kini keduanya berbaring di rerumputan dengan posisi bertindihan.
"Aduh. Sakit banget," rintih Ayana memegangi pinggangnya.
Sama halnya dengan Ayana, pemuda itu juga mengusap kepala sambil meringis kesakitan.
"Maaf ya, Mas. Nggak sengaja," ucap Ayana berusaha berdiri.
Tertabraknya tubuh Ayana dengan si pemuda itu menimbulkan suara yang keras bahkan sampai terdengar ke dalam rumah.
Sontak semua orang mengalihkan perhatian ke sumber suara. Tak terkecuali Asih, ibu Ayana, yang mendelikkan mata terkejut melihat putrinya lompat dari lantai dua.
"Aya," teriak Asih.
"Aduh. Gawat," secepat kilat Ayana menyambar lengan si pemuda. "Ayo, Mas. Bantu aku kabur!"
"Apa?" tanya si pemuda terperangah bukan main.
Namun dia pasrah saja saat Ayana menarik lengannya dan berlari menyebrangi halaman menuju gerbang.
Detik itu juga suasana di dalam rumah menjadi ricuh diakibatkan oleh Ayana yang tertangkap basah kabur di hari pernikahannya.
Jodi, ayah Ayana, sontak berdiri. Begitu juga Samsul yang sudah siap duduk di depan penghulu tapi melihat calon istrinya kabur, seketika dia pun berlari mengejar.
"Mas, bawa motor atau mobil nggak?" Ayana bertanya tanpa menghentikan ayunan kakinya.
Bukannya menjawab, si pemuda malah balik bertanya, "Kenapa Mbak kabur? Tuh kita jadi dikejar-kejar kayak buronan."
Si pemuda menunjuk ke arah belakang. Di mana beberapa meter dari mereka berdiri, segerombolan orang berlari menghampiri.
Ayana melirik sekilas. Tentu saja orang yang paling terdepan dari gerombolan orang itu adalah Samsul.
Melihat wajahnya saja, Ayana langsung muak dan ingin segera pergi menjauh meski ke ujung dunia sekalipun.
"Ish, Mas, harus bantu aku. Nanti aku kasih imbalan deh," kata Ayana semakin mempercepat langkah kakinya.
Sekali lagi si pemuda pasrah dan tidak bisa melawan dikarenakan Ayana mencengkram tangannya begitu kuat dan langkah kakinya pun begitu kencang.
"Gila. Ini cewek titisan Ursain Bolt apa gimana ya? Larinya kenceng bener," gerutu si pemuda yang tak dipedulikan oleh Ayana.
Mereka berdua berlari hingga sampai lah di depan sebuah warung pinggir jalan.
Si pemuda minta berhenti karena kelelahan. Dengan nafas tersengal, dia pun berjongkok untuk mengumpulkan energi.
Sementara si pemuda beristirahat, Ayana melirik sekilas pria itu dan meneliti penampilannya. Manik mata coklat, hidung mancung serta rahang yang tegas cukup membuat Ayana terpesona dengan ketampanan pemuda yang belum diketahui namanya.
Namun, keterpesonaan Ayana terhadap si pemuda itu hanya sekilas. Dia kembali dikejutkan dengan Jodi dan Samsul yang berlari semakin dekat.
"Mas, ayo kita lari lagi!" pinta Ayana.
"Kalau mau kabur, silahkan, Mbak. Jangan bawa-bawa saya!"
Ayana menggeram kesal. Sungguh dia sangat frustasi jika sampai dia tertangkap.
Lalu di tengah keresahan hati, Ayana melihat di depan warung terparkir satu sepeda motor dengan kunci masih menggantung di tempatnya.
Ide gila lagi-lagi melintas di otak Ayana. Secepat mungkin dia menarik lengan si pemuda lalu naik ke atas sepeda motor.
"Ayo, Mas. Jalan!" titah Ayana yang duduk di belakang si pemuda.
"T-tapi k-kan ini," si pemuda berkata terbata-bata sambil di dalam hati mengumpat kesal.
"Sudah, cepat jalan!" Ayana berteriak kencang dan mau tak mau si pemuda menurut.
Mereka membawa kabur sepeda motor tanpa memperdulikan si pemilik warung yang meneriaki mereka maling.
Di saat si pemuda memasang wajah yang muram dan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata, Ayana justru tertawa lepas.
Ayana tersenyum lebar karena berpikir dia telah lolos dari kejaran Jodi dan Samsul. Dia menoleh ke jalanan aspal di belakangnya dan terlihat gerombolan masa yang semakin bertambah mengejar mereka.
"Waduh, mimpi apa aku semalam. Bisa ketemu cewek aneh bin ajaib ini."
"Ayo, Mas. Lebih cepat!" teriak Ayana dengan kepala yang masih menoleh ke belakang.
Si pemuda pun terpaksa menambah kecepatan laju motor yang mereka tumpangi agar terhindar dari amukan masa.
Namun, saat sepeda motor berbelok masuk ke sebuah gang, si pemuda mendadak berhenti yang membuat Ayana terhuyung ke depan dan menabrak punggung si pemuda.
"Ish, kenapa berhenti sih Mas? Nanti kita bisa ditangkap."
Si pemuda memutar wajahnya untuk dapat menatap Ayana.
Jarak wajah mereka begitu dekat sehingga Ayana dapat melihat bibir si pemuda yang sangat pias serta keringat meluncur di kening.
"Jalan buntu, Mbak."
Ayana menatap ke depan di mana jalan yang mereka pilih memang benar buntu terhalang sebuah tembok besar.
"Ah sial.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Hadeeuuhh Yana,Untung aja belom sempat ijab..😂😂😜
2025-01-13
0
Qaisaa Nazarudin
ia ialah guru olah raga kamu itu mah..🤣🤣🤣
2025-01-13
0
🌷⃝Nͨaͣtᷠsᷤaa
/Facepalm//Facepalm/
2024-12-22
0