30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Pelampiasan Kemarahan
Nafisha yang berada di dalam mobil Arthur duduk dengan raut wajah yang sangat murah dengan nafasnya yang sejak tadi masih naik turun, matanya menoleh ke arah jendela.
Nafisha pasti sangat schok dengan apa yang dilakukan Agam barusan dan entahlah jika atasannya tidak ada, mungkin saja hal-hal yang tidak dinginkan sudah terjadi padanya. Arthur sesekali menoleh ke arah sebelahnya sejak tadi diam tanpa bersuara.
Tiba-tiba saja mobil itu berhenti di pinggir jalan.
"Saya mau ke supermarket sebentar," ucap Arthur membuka sabuk pengamannya. Nafisha menganggukkan kepalanya.
"Ya Allah, kenapa engkau harus mempertemukanku dengan orang jahat seperti dia, terima kasih ya Allah, aku juga masih mempertemukanku dengan orang lain yang bisa menyelamatkanku dari laki-laki itu," batin Nafisha yang merasa tetap sangat bersyukur.
Dratt-drattt-drattt.
Suara berdering itu membuat Nafisha menoleh ke arah sebelahnya ternyata itu ponsel Arthur. Tulisan dalam kontak tersebut bertuliskan baby.
"Jangan-jangan itu istrinya pak Arthur yang menelpon," tebak Nafisha melihat kembali ke arah supermarket dan Arthur ternyata belum kembali.
Nafisha juga tidak mungkin mengangkat panggilan telepon tersebut. Tetapi dia tidak enak dengan Arthur yang sudah direpotkan.
Setelah telepon tersebut mati yang akhirnya Arthur kembali memasuki mobil dengan membawa kantong plastik kecil berisi botol minuman. Arthur membuka tutup botolnya dan kemudian memberikan pada Nafisha.
"Makasih. Pak," ucap Nafisha dijawab dengan deheman. Arthur juga sama meneguk air mineral tersebut.
"Pak, tadi ponsel bapak bergetar ada yang menelpon," ucap Nafisha, dia merasa tidak enak jika hanya diam saja dan siapa tahu memang telepon tersebut penting.
"Begitu," sahut Arthur memeriksa ponselnya. Arthur ternyata tidak menghubungi kembali.
"Kenapa dia tidak menghubungi dengan cepat, apa istrinya tidak marah," batin Nafisha sekarang dengan cepat melupakan kejadian yang dilakukan Agam dan lebih mengurusi kepentingan orang lain.
"Bagaimana sekarang kamu sudah baik-baik saja?" tanya Arthur.
"Sudah," jawab Nafisha
"Makasih. Pak, saya lagi-lagi sudah dibantu," ucap Nafisha.
"Kamu lain kali hati-hati, jangan bertemu dengan sembarangan orang apalagi di tempat-tempat seperti itu," ucap Arthur mengingatkan membuat Nafisha menganggukkan kepala.
"Saya akan antarkan kamu pulang," ucap Arthur. Nafisha menganggukan kepalanya.
****
Nafisha berada di ruang tamu bersama dengan keluarganya dan akhirnya Nafisha menunjukkan semua bukti-bukti bagaimana bejatnya Agam.
"Abi masih tetap ingin menyuruh kami menikah dan setelah melihat bagaimana kelakuan laki-laki menantu idaman Abi ini hah! Lihatlah apa yang dia lakukan. Dia sangat suka bermain wanita dan bergonta-ganti wanita!" tegas Nafisha.
"Nafisha, tetapi proses pernikahan kalian sudah berjalan dan bahkan hanya tinggal satu minggu lagi. Semua keluarga sudah diundang dan juga teman-teman kamu," ucap Abi.
"Nafisha sudah mengatakan sejak awal tidak peduli dan tetap ingin membatalkan pernikahan. Tetapi Abi tidak bertindak satupun dan mencoba untuk mengurangi semua beban Nafisha. Apa salahnya datang ke keluarga satu persatu dan mengatakan yang sebenarnya, bukan semakin membuat rencana berjalan seperti ini!" jawab Nafisha dengan tegas.
"Tetapi tetap tidak mungkin pernikahan kamu dibatalkan," ucap Abi.
"Apa maksud Abi. Jadi Abi membenarkan semua perbuatan dia dan merelakan anak kandung Abi sendiri menikah dengan laki-laki tukang selingkuh seperti itu. Abi kenapa jahat sekali kepada Nafisha. Apa kurang selama ini pengabdian Nafisha sebagai anak,"
"Sejak kecil Nafisha selalu mandiri, Nafisha sudah berpikir untuk menyisihkan uang jajan agar bisa menabung dan bisa melanjutkan sekolah. Nafisha juga kuliah tidak pakai uang Abi dan Umi. Di saat Nafisha pertama kali bekerja dan gajinya juga habis untuk Abi dan Umi. Nafisha tidak pernah meminta apapun dan selama ini Nafisha yang memenuhi kebutuhan di rumah ini,"
"Apa semua pengabdian itu masih kurang, lalu bertanya kapan menikah, kapan menikah, tetapi Abi, Umi dan yang lainnya tidak pernah memikirkan sedikitpun bagaimana perasaan Nafisha. Nafisha takut untuk memulai kehidupan dalam pernikahan. Nafisha takut menjalani pernikahan yang akan seperti ini dan Abi bahkan tidak tahu apa yang Nafisha pikirkan. Jika Nafisha menikah apa nanti suami Nafisha akan mengizinkan Nafisha membagi uang Nafisha kepada keluarga ini?"
"Kalian semua tidak pernah memikirkan itu. Nafisha terus marah-marah karena dimintai uang ini dan itu. Itu yang kalian ingat selama melahirkan dan membesarkan Nafisha sebagai anak. Nafisha juga ingin seperti Kak Della yang hidupnya santai santai saja, tidak perlu pusing memikirkan ini dan itu mesti sudah memiliki anak dan buktinya semuanya berjalan dengan baik. Nafisha juga ingin seperti Angga yang terus aja foya-foya dan tanpa menyisihkan uang seribu pun setelah selesai gajian,"
"Kenapa hanya untuk meminta membatalkan pernikahan ini saja Abi tidak bisa melakukannya. Abi tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Nafisha kemarin jika tidak ada atasan Nafisha,"
Sejak tadi Nafisha mengeluarkan seluruh isi hatinya yang terpendam dan juga permohonan agar pernikahannya dibatalkan dan memang hanya orang tuanya yang bisa melakukan semua itu.
Tidak ada satupun yang berani berbicara dan hanya menunduk. Bahkan sebelum Nafisah memberikan bukti-bukti semua itu Della sudah tahu semuanya.
"Sumpah demi Allah. Nafisha lebih baik mati daripada harus menikah dengan laki-laki seperti itu," ucapnya berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.
"Nafisha, jangan ke kantor dengan suasana hati seperti itu,"
"Nafisha!" panggil Umi yang tidak didengarkannya.
****
Mana mungkin tidak ke kantor balas suasana hatinya benar-benar sangat hancur. Nafisha tetap bekerja.
"Nafisha!" panggil Nadien mengejar sahabatnya itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Nadien dengan memegang tangan Nafisha.
"Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Angga di depan," ucap Nadien.
"Ngapain anak itu kekantor?" tanya Nafisha.
"Hey, jangan terus memanggilnya anak itu. Dia bukan anak kecil," ucap Nadien.
"Umurnya saja yang sudah dewasa, tetapi kelakuannya tetap saja seperti anak kecil tidak bisa mandiri dan hanya foya-foya," ucap Nafisha kesal jika sudah membicarakan adiknya.
"Iya-iya aku tahu itu, telingaku juga sudah kebal mendengar semua itu. Hey kamu jangan marah-marah seperti itu. Nafisha aku mengerti bagaimana perasaan kamu. Tetapi mungkin kamu juga tadi pagi keterlaluan saat berbicara dengan kedua orang tua kamu, terkadang orang tua banyak yang harus dia pikirkan," ucap Nadien berusaha untuk menasehati temannya.
"Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Abi dan Umi, jika mereka tidak mendesak untuk menikah, maka semuanya tidak akan terjadi seperti ini," ucap Nafisha.
"Orang tua menyuruh anaknya menikah, pasti itu demi kebahagiaan anaknya, kamu harus tahu...."
"Kebahagiaan apa harus dicari setelah menikah?" Nafisha langsung memotong kalimat temannya itu.
"Kakakku Della 5 tahun menikah dan akhirnya hubungannya dan suaminya kandas, anak-anaknya tanpa sosok seorang ayah. Apa yang dicari setelah menikah. Orang- orang saja mendesak untuk menikah, dengan perkataan kalau usia sudah lanjut maka akan sulit menemukan jodoh dan terlebih lagi akan sulit mendapatkan anak. Kamu juga menikah di usia yang pas dan sudah menikah sampai 5 tahun dan belum dikaruniai anak...." Nafisha tidak mampu mengendalikan dirinya sampai menyinggung sahabatnya itu.
Nadien sampai terdiam bahkan tangannya yang tadi memegang sahabatnya perlahan turun. Nafisha sepertinya menyadari perkataannya yang mungkin keterlaluan dan air matanya jatuh dan langsung pergi dari hadapan Nadine.
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa