NovelToon NovelToon
SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:286
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Helen Hari merupakan seorang wanita yang masih berusia 19 tahun pada saat itu. Ia membantu keluarganya dengan bekerja hingga akhirnya dirinya dijual oleh pamannya sendiri. Helen sudah tidak memiliki orang tua karena keduanya telah meninggal dunia. Ia tinggal bersama paman dan bibinya, namun bibinya pun kemudian meninggal.

Ketika hendak dijual kepada seorang pria tua, Helen berhasil melawan dan melarikan diri. Namun tanpa sengaja, ia masuk ke sebuah ruangan yang salah — ruangan milik pria bernama Xavier Erlan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

“Ya nggak boleh lah. Kalau dilihat orang lain kan jadi aneh. Emang kamu nggak takut dibilang aneh sama orang?”

Xavier membalas sikap Helen, yang menurut Helen seperti anak kecil.

“Udah deh, Pak Bos. Kalau memang suka marah-marah, mendingan saya pulang aja ya, daripada saya di sini diomelin mulu, diocehin terus, berasa kayak orang tua saya jadinya.”

“Kalau kamu mau jadi orang tua saya juga nggak apa-apa, karena memang pantas nggak sih kalau saya dijadikan orang tua kamu?”

“Nggak pantas. Malah kurang ajar. Mana ada orang lain biar nganggap saya sebagai orang tuanya. Aneh-aneh aja.”

Xavier merasa bahwa membahas soal keluarga membuat Helen sedikit sensitif.

“Maafin aku ya, karena udah bahas-bahas keluarga. Nggak seharusnya aku bahas itu ke kamu.”

“Nggak apa-apa sih. Aku juga nggak masalah. Lagian ngapain harus dipermasalahkan?”

“Sekali lagi aku minta maaf sama kamu. Sebenarnya aku nggak ada niatan seperti itu. Tapi kalau kamu bisa memaafkan aku, itu udah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.”

Helen merasa terkadang Xavier bisa sangat dewasa, tapi di sisi lain juga seperti anak kecil, padahal dirinya tidak pernah menuntut apa pun dari Xavier.

“Sebenarnya kamu itu baik, tahu, Pak Bos. Tapi kenapa sih kamu selalu mengistimewakan aku, padahal aku bukan siapa-siapa?”

“Karena aku sayang sama kamu. Dan kamu nggak sadar kalau rasa sayang itu sebenarnya perasaan yang lebih.”

“Kalau kamu sayang sama aku, kamu nggak mungkin ninggalin aku ke luar negeri.”

Xavier merasa bahwa Helen benar-benar menyimpan dendam karena ditinggal ke luar negeri.

“Aku punya alasan ke sana sebenarnya. Cuma kalau kamu merasa itu perbuatan jahat, ya aku minta maaf. Tapi sebenarnya itu perbuatan baik untuk masa depan kamu nanti.”

“Apa hubungannya sama aku nanti? Kenapa kamu tiba-tiba bawa aku?”

“Karena semua yang aku perbuat selalu ada hubungannya dengan kamu. Jadi kamu jangan merasa kalau apa pun yang aku lakukan itu nggak ada kaitannya sama kamu.”

Helen merasa tidak enak karena jika semua yang dilakukan Xavier berhubungan dengannya, itu membuatnya tidak nyaman.

“Kamu nggak perlu melakukan hal itu, Pak Bos, karena kamu bukan siapa-siapa aku.”

“Karena kamu nggak pernah mau jadi siapa-siapa aku, makanya aku juga sulit membicarakan hal ini ke kamu. Di lain sisi aku takut kamu menjauh, jadi aku selalu menghargai apa pun yang kamu mau.”

Helen mendengar itu dan hatinya seketika terdiam. Ia tidak menyangka Xavier memikirkan dirinya sedalam itu.

“Kenapa sih, Pak Bos, kamu bisa sayang sama aku, padahal kamu tahu aku cuma pegawai biasa buat kamu?”

“Karena kamu berbeda. Makanya aku merasa aku udah benar-benar jatuh cinta sama kamu, sampai aku nggak bisa bedain mana cinta dan mana bukan.”

“Kamu nggak sadar ya, Pak Bos, kalau perkataan kamu itu berlebihan?”

“Terserah kamu mau menganggapnya apa. Tapi aku nggak merasa itu berlebihan, karena aku memang benar-benar sayang dan cinta sama kamu.”

Helen mulai merasa tidak nyaman, tapi entah kenapa ia tidak bisa menolak perasaan itu.

“Ya udah deh, kalau gitu aku pulang.”

“Aku anter ya.”

“Nggak usah. Kakak bos baru pulang dari luar negeri, pasti capek. Mending istirahat aja yang cukup. Takutnya gara-gara capek, ngomongnya jadi nggak-nggak.”

“Apa yang aku bicarakan itu serius, bukan main-main. Kalau kamu nganggep itu main-main, ya aku minta maaf. Tapi aku nggak pernah punya niat buruk atau mau main-mainin kamu.”

Helen merasa, kalau itu memang sungguh-sungguh tidak apa-apa, tapi kalau hanya sementara, lebih baik tidak usah.

Helen hanya tersenyum dan pergi dari rumah Xavier.

Xavier merasa sepertinya ia sudah membuat kesalahan yang membuat Helen tidak nyaman. Ia harus siap menerima jika nanti Helen menjauh dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Helen menolak sopir yang sudah disiapkan Xavier karena ia tidak suka hal-hal yang bersifat mewah.

Helen berjalan-jalan di sekitar rumahnya dan merasa ternyata enak juga berjalan malam-malam di lingkungan sendiri.

Tidak disangka, Bobby menunggu di depan rumah Helen. Helen bingung, kenapa pria ini semakin ditolak malah semakin mendekat. Dasar pria aneh, sama seperti Pak Bos.

“Hai, Helen. Maaf ya ganggu malam-malam.”

“Iya, nggak apa-apa. Kenapa?”

“Aku boleh masuk ke rumah kamu nggak?”

“Nggak usah. Kita ke kafe dekat rumah aku aja.”

Bobby menolak karena ada hal sensitif yang ingin ia bicarakan.

Helen merasa sikap Bobby aneh dan bingung harus menghubungi siapa. Kalau menghubungi Pak Bos, Bobby bisa tamat.

“Gue nggak bisa bicara di rumah. Di rumah gue nggak ada orang, dan gue juga nggak berani masukin cowok ke rumah gue.”

“Bukannya biasa? Gue juga sering masuk rumah lu. Kok sekarang malah menghindar? Sebenarnya ada hubungan apa sih lu sama Pak Bos?”

Helen tidak suka dengan cara bicara Bobby yang terlalu ikut mencampuri urusan orang lain.

“Urusan gue apa sama Pak Bos itu bukan urusan lo, kan? Lagian lo bukan siapa-siapa gue. Hak gue, nggak sih, mau sama siapa pun?”

“Iya, bener kok. Tapi gue juga nggak mau ngelarang lo. Gue cuma ngerasa nggak enak aja kalau dilihat orang lain. Takutnya nanti orang berpikir macam-macam tentang lo.”

“Lagian yang tahu cuma lo doang. Orang lain nggak akan tahu. Kalau misalnya mulut lo nggak ember, orang lain nggak mungkin tahu. Tenang aja.”

Helen mencoba berbicara baik-baik kepada Bobby. Namun, karena hal itu tidak bisa dibicarakan dengan baik, mau tidak mau Helen harus bersikap kasar agar Bobby mengerti maksudnya.

“Ya udah, jadi mau dibicarain apa nggak? Kalau emang nggak mau, ya udah, gue pulang ke rumah. Gue capek, gue juga harus ngerjain beberapa tugas. Dikit lagi.”

“Jangan jadikan tugas sebagai alasan buat nggak mau ketemu sama gue, Helen.”

“Lagian mau nggak mau ketemu lo juga itu urusan gue, nggak sih? Kenapa sih lo maksa banget? Sebenarnya ada apa sih? Coba deh lo bicarain aja ke gue, karena gue juga nggak suka buang-buang waktu buat hal yang nggak jelas.”

Bobby mencoba berbicara baik-baik kepada Helen, tetapi sepertinya Helen tidak bisa bersikap tenang karena ia merasa ada sesuatu yang menjanggal dari Bobby.

“Gue nggak bisa jelasin ini kalau gue nggak masuk ke rumah lo.”

“Ya, gue juga punya hak kalau gue nggak mau masukin lo ke rumah gue.”

“Ya udah, kalau gitu, biarin gue bicara dengan lantang di sini.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!