Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.
Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Hadiah Yang Tertukar
Axel menarik Kiara ke taman sekolah. Di sana, Axel segera menyerahkan tas hadiah yang tertukar.
Kiara mengangkat alisnya bingung, “Kenapa?”
“Hadiah kita ketuker, ini punyamu,” ucap Axel masih menyodorkan tangan yang menggenggam tas kecil.
“Iya kah? Memang apa isinya?” gumam Kiara penasaran, ia nyaris membuka tas yang ada di tangannya.
Dengan cepat Axel menyambarnya, “Kamu nggak perlu tau isinya, ini punyamu,” ujarnya tergesa, napasnya tersengal karena gugup.
Kiara memicingkan mata, menatap curiga pria di depannya. “Nggak beres nih,” desisnya sambil membuka isi hadiah yang diberikan oleh Widia.
Begitu melihat isinya, kedua matanya membelalak, mulutnya ternganga. Buru-buru ia menutup kembali dan mendekap tas kecil itu.
Axel memalingkan wajahnya, menahan tawa melihat ekspresi wajah Kiara.
“Apa yang kamu tertawakan?!” protes gadis itu, menatap kesal pemuda yang sengaja mengejeknya.
Axel segera berbalik ke arah Kiara, senyum kecil langsung lenyap dari wajahnya. “Aku tidak tertawa,” ucapnya datar berusaha mempertahankan wajah coolnya.
“Jangan bilang… kamu udah lihat isinya?” tanya Kiara sambil melotot, berharap Axel tak melihat apapun yang akan membuatnya malu.
Axel berdeham pelan, “Itu… aku nggak sengaja, lihat isinya.”
“Hah?!” seru Kiara terbelalak, menutup mulutnya dengan telapak tangan.
“Kenapa? Ini bukan pertama kalinya, tapi… bukankah ukuran itu untuk anak SD?” gumam Axel sambil menggaruk pelipisnya, sengaja menggoda Kiara.
“Axel!” teriak Kiara menahan malu, “Dasar mesum,” dengusnya kesal sambil menyerang Axel dengan pukulan kecil.
Axel berusaha menghindar, tapi mulut tajamnya masih tak mau diam. “Apa aku salah?” ucapnya sambil menangkis serangan Kiara.
Akhirnya Kiara berhenti mengejar pria itu, “Kamu… apa kamu senang terus menjadikanku lelucon?” geramnya sambil menujukan telunjuknya ke arah Axel.
Axel terkekeh pelan, “Apa maksudmu? Aku nggak pernah bercanda.”
Kiara menyunggingkan bibirnya. “Oh, benarkah? Aku juga nggak bercanda waktu bilang akan menyebarkan foto mu semalam,” desis Kiara terdengar mengancam, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya.
Axel menelan ludah, sedikit panik mengingat Kiara yang sempat memotretnya merokok di rooftop rumahnya.
“Ara, sudah kubilang hapus foto itu,” bisiknya sambil melangkah maju mendekati gadis itu.
“Aku nggak pernah menyetujui permintaan mu,” balas Kiara, suaranya sengaja terdengar nakal.
“Ara, cepat hapus atau aku ambil paksa ponselmu,” tegas Axel lagi, kini suaranya tajam nyaris seperti ancaman.
“Ambil aja kalau bisa,” balas Kiara sambil menjulurkan lidah, jelas menantang.
Axel menghela napas panjang, “Jangan salahin aku kalau gitu,” ucap Axel lekas maju dengan mantap, tangannya nyaris menangkap ponsel Kiara. Tapi dengan cepat gadis itu mengamankannya.
“Kiara…” geram Axel, mencoba negosiasi, namun Kiara tak menghiraukannya.
Gadis itu malah berlari, Axel segera menyusul dengan langkah cepat. Terjadi adegan kejar-kejaran sesaat, sampai akhirnya Axel berhasil meraih pergelangan tangan Kiara, ia menariknya dengan kuat, membuat gadis itu terhenti tepat di pelukannya.
Kiara membulatkan matanya, jantungnya berdegup cepat, napasnya tercekat membuatnya sesak, ia memegang erat ponsel di genggamannya. Jarak antara keduanya kurang dari sejengkal.
Sementara Axel hanya menelan ludah, berusaha mengendalikan dirinya yang gemetar, jantungnya terus berpacu. Ia masih belum mengerti alasannya terus gugup di hadapan Kiara.
Kiara buru-buru mundur selangkah, tak bicara lagi, gadis itu langsung kabur meninggalkan Axel.
Axel menghela napas lega, jemarinya meremas dadanya yang terus berdebar tak karuan. Keringat mengalir di pelipisnya, “Apa ini?...” gumamnya masih kikuk.
Sementara itu dari jendela kelas, Dika terus mengamati interaksi Axel dan Kiara. Ia mendengar desas-desus dari para siswa dan siswi tentang Axel dan Kiara yang bertukar hadiah. Setelah insiden di lapangan, kini kau akan bersaing secara terang-terangan? batinnya gelisah, tangannya terus mengepal sejak tadi.
Sama seperti Dika, Jessica terus menggerutu di bangkunya. Wajahnya memerah kesal melihat Axel yang menggandeng tangan Kiara di depan umum.
“Lagi-lagi si upik abu, awas aja kamu,” dengusnya kesal, ia terus menggertakkan giginya.
****
Sebelum jam olahraga, Kiara menyempatkan diri ke ruangan latihan Cheerleader. Ditemani Via, Kiara berniat mengundurkan diri dari tim itu.
Sesampainya di sana, ia langsung disambut oleh wajah masam Jessica.
“Hai, upik abu,” sapa Jessica dengan sarkas.
Kiara memutar bola matanya malas, “Helo~ tante girang,” balasnya dengan nada meledek.
Jessica melotot mendengar ucapan Kiara, “Apa maksudmu?” protesnya, menatap tajam gadis yang baru saja memanggilnya tante girang.
“Lihat rambut blonde mu, mirip dengan tante-tante girang,” sahut Kiara sambil menahan tawa.
Via tak kuasa menahan tawa, ia tertawa sangat keras di hadapan Jessica. “Sorry Jes, aku kelepasan,” ucapnya langsung klarifikasi, namun tawanya tak berhenti.
“Via, dia ketua tim mu tau!” sela Rani di tengah gelak tawa Via dan Kiara.
“Kan aku sudah minta maaf, tapi gimana lucu banget, aku kelepasan ketawa,” sahut Via, berusaha menghentikan tawanya.
Jessica menghentakkan kaki dengan kuat, “Diam!” serunya membuat semua orang tersentak. “Sudah puas tertawanya?” dengusnya, napasnya masih terengah marah.
“Ya, udah,” jawab Kiara datar, tanpa menoleh.
“Kamu, mau ngapain kesini?” tanya Jessica, masih menatap tajam Kiara.
Kiara mengangkat alisnya, “Aku? Oh, ini mau izin mengundurkan diri dari tim cheer,” ujarnya, kini menatap Jessica dengan percaya diri.
“Hah?!” seru Jessica, jelas kaget. “Kenapa tiba-tiba?”
“Itu… Axel melarangku ikut latihan lagi,” sahut Kiara tanpa basa-basi.
Jessica terkekeh mendengar ucapan Kiara, “Nggak usah ngarang, ngapain juga Axel melarangmu?”
Kiara menyeringai tipis, “Entahlah… mungkin dia khawatir kalau aku terluka lagi,” balasnya dengan wajah bangga, ia memamerkan secuil perhatian Axel tempo hari.
Jessica mulai memanas, alisnya mengatup rapat. “Kiara!...” teriaknya menggelegar di satu ruangan.
Semua orang terkejut, menatap heran pada Jessica.
“Kamu sengaja kan, cuma mau bikin aku panas?” dengus Jessica, wajahnya sudah memerah penuh amarah.
“A-aku nggak bohong, memang benar Axel yang melarangku,” sahut Kiara tetap kekeh, karena memang Axel yang memintanya untuk mundur dari tim cheer.
Jessica masih tak percaya, bola matanya bergerak cepat seolah sedang merencanakan sesuatu. Secara kebetulan, rombongan tim basket melewati ruangan itu, mata Jessica langsung menangkap sosok Axel.
“Axel!” panggilnya dengan lantang, sontak menghentikan langkah semua orang.
Kiara dan Via langsung menoleh ke arah pintu.
Jessica segera menghampiri Axel, “Axel… Kiara bilang kamu melarangnya gabung ke tim cheer, dia bohong kan? Kamu nggak melarangnya kan?” tanyanya tanpa basa-basi, di saksikan banyak orang di sana.
Axel menatap datar Jessica, kemudian menggeser pandangannya ke arah Kiara. “Benar, aku memang melarangnya.”
Jessica sontak kaget mendengar kelugasan pria itu.
Kiara yang dari tadi sok cuek langsung menoleh cepat, matanya membulat seolah tak percaya mendengar jawaban Axel.
“Kamu lumayan patuh juga, moogi ku,” ucap Axel menatap lekat Kiara yang tengah berdiri di tengah ruangan.
“Wuuuuu….” sorakan para siswa-siswi seketika menggema di sana.
Jessica semakin kesal, dahinya mengerut rapat. “Axel…”
Axel menoleh. “Dia benar, biarkan dia keluar,” tegasnya, meminta Jessica segera mengurus pengunduran diri Kiara.
Amarahnya hampir meledak, Jessica sontak berbalik dan melangkah dengan tergesa, meninggalkan keriuhan para siswa-siswi yang membuatnya memanas.
Sementara Kiara masih berdiri menatap tajam Axel. “Moogi? Aish pria kejam itu,” gerutunya kesal.
Axel hanya menyeringai nakal, menatap Kiara dari ambang pintu ruangan. Ia segera berbalik melangkah pergi dari sana.
“Wah, ada perkembangan Ra? Axel punya panggilan sayang buat kamu?” tanya Via terdengar antusias.
Kiara menghela napas panjang, “Panggilan sayang apanya?! Moogi itu nama anjingnya Vi,” dengusnya kesal, tangannya mengepal ingin sekali menghantam mulut tajam Axel.
“Hah?!” Via mengangkat alisnya, lalu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. “Hahaha,” tawanya lepas begitu saja.
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih