Cinta Di Dalam Perjodohan 3

Tubuh yang bersimbah darah dan tidak sadarkan diri, di atas tempat tidur yang sudah di bawah masuk ke dalam ruang UGD begitu lemah tak berdaya. Hanya hembusan nafas juga denyut nadi yang sangat lemah, menandakan kalau kedua wanita malang itu masih bernyawa. Dengan terburu-buru, para Dr ahli yang ada di RS milik keluarga Permana itu segera menangani Aleta dan Melda.

Sedangkan mayat supir pribadi mereka sudah di masukan ke ruang jenazah, karena dia sudah kehilangan nyawanya di tempat kecelakaan itu. Kecelakan yang mengerikan itu dengan seketika menggemparkan Ibu kotak. Semua media yang ada langsung memburu berita kecelakaan itu untuk di tayangkan sebagai berita utama.

Ketenaran dan kekuasaan yang di miliki keluarga Permana, membuat mereka selalu menjadi trending topik dalam berita juga kabar yang di tayangkan. Apapun yang mereka lakukan selalu di angkat menjadi sebuah topik berita dalam setiap media.

Faris yang sedang melangkah menuju jemputan, yang sudah siap mengantar mereka ke Apartemen, bersama kedua orang tuanya juga adik perempuannya itu, seketika langsung mematung dengan mata yang terbelalak, di saat melihat begitu banyak panggilan masuk juga pesan yang di kirim oleh Boy, Tante Leni, juga kepala asisten rumah tangga di rumahnya.

Tubuh kekar yang selalu tegar menghadapi semua masalah, seketika menjadi lemah dan bergetar setelah mengetahui kecelakaan yang menimpa istrinya, Melda, juga supir pribadi Papanya. Faris merasa seperti tertimpa beban yang begitu berat sampai dia kesulitan untuk bernafas, saking terpukul dengan kenyataan yang terjadi.

Tanpa menunggu lama, dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan suara yang terdengar begitu bergetar, Faris berbalik dan langsung melangkah sambil berkata.

"Kita harus kembali ke Jakarta sekarang juga!" Faris berkata-kata dengan tampang yang terlihat penuh ketegangan, juga kekhawatiran yang begitu besar.

Papa Fahri dan Mama Alira yang belum sempat melihat ponsel mereka jadi bingung, di saat melihat keanehan putra mereka itu. Semua ponsel milik mereka memang sengaja di matikan di saat berada di dalam pesawat tadi, jadi mereka memang tidak tahu apapun tentang kecelakaan yang baru saja menimpa keluarga mereka di Jakarta.

Tapi Faris sebagai seorang suami yang begitu perhatian kepada istrinya yang sedang mengandung, tidak bisa untuk tidak mengetahui kabar istrinya walaupun baru beberapa menit, ataupun beberapa jam dia tinggalkan. Mama Alira yang mulai khawatir dengan ekspresi Faris, dengan segera langsung bertanya.

"Ada apa Ris?" Tanya Mama Alira dengan tampang penuh kekhawatiran.

"Aleta dan Melda kecelakaan Ma..! Kita harus cepat pulang karena kondisi mereka sangat parah!" Faris berkata-kata dengan berlinang air mata sambil terus melangkah.

Laki-laki yang hampir tidak pernah menangis, seketika langsung bercucuran air mata karena merasa takut dengan keadaan istrinya, juga bayi yang ada dalam kandungannya. Faris yang memiliki sifat berdarah dingin, tidak pernah takut dengan apapun bahkan kematian sekalipun. Tapi kali ini dia benar-benar takut memikirkan keselamatan istrinya, juga bayi di dalam kandungannya.

Mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Faris, Mama Alira, Papa Fahri, juga Almira seperti tersambar petir di siang bolong. Dengan seketika deraian air mata membasahi wajah cantik Mama Alira. Sebagai seorang Ibu, Mama Alira begitu khawatir memikirkan keadaan putrinya juga menantunya yang sedang hamil besar.

Tanpa menunggu lama mereka pun langsung kembali ke Jakarta tanpa memesan tiket terlebih dahulu. Pesawat yang tidak ada jadwal berangkat, langsung di pakai Papa Fahri dengan bayaran dua kali lipat demi bisa kembali ke Jakarta saat itu juga.

Keluarga Permana bukan seperti orang kaya pada umumnya. Walaupun memiliki jet pribadi, mereka tetap memilih untuk menggunakan pesawat penumpang. Terkecuali memang ada liburan keluarga ke luar negeri baru mereka menggunakan jet pribadi. Sebenarnya bisa saja mereka di jemput dengan jet pribadi mereka, tapi karena tidak ingin membuang-buang waktu, akhirnya mereka memilih untuk menyewa pesawat yang sudah ada di situ, walaupun harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Dalam perjalanan pulang, Faris tidak henti-hentinya meneteskan air mata, begitupun dengan Mama Alira juga Almira. Mama Alira yang tidak tega melihat keadaan Faris, segera memeluknya sambil terus berusaha untuk menenangkannya.

"Kamu ngga boleh seperti ini sayang! Kita harus berdoa untuk keselamatan mereka." Kata Mama Alira sambil mendekap kepala putranya ke dalam pelukannya.

Sedangkan Papa Fahri yang tidak mudah untuk menangis, hanya terdiam sambil memeluk Almira yang terlihat begitu sedih. Papa Fahri adalah orang yang tidak bisa mengeluarkan air mata dengan mudahnya, tapi dia sangat mengerti perasaan Faris saat itu, karena dia pun pernah mengalaminya. Dan pada saat itu dia juga sama sekali tidak bisa menahan air matanya, saking takut kehilangan istri yang sangat dia cintai.