Ayo Bercerai Kaisar!

Suasana benar-benar berubah dengan wajah Annete yang tersenyum dan pria itu yang tampak menegang.

"Ini...memang punya saya. Terimakasih telah menemukannya."

"Ya sama-sama."

Annete lantas meminum es jeruk miliknya.

"Tapi apa kau tahu dimana aku menemukannya?"

"Dimana?"

Pria itu tampaknya begitu dengan dengan benda tersebut.

"Di rumah bunga tepatnya di kamar Adeline."

Bisik Annete yang membuat pria tersebut membulatkan matanya.

"Jadi pertanyaan sekarang, apa kau yang membunuhnya?" tanya Annete dengan ekspresi yang cukup menakutkan dan bisa mengintimidasi siapa saja.

"Ti-tidak, aku bersumpah aku tidak melakukan hal itu."

"Jadi kenapa benda tersebut ada disana? Tidak mungkin kancing berjalan sendiri lalu bisa sampai di sana. Atau kau ingin bilang jika itu lepas tanpa di sadari? Oh ayolah, kancing tidak segampang itu lepas.....kau harus menarik bajumu dengan kuat hingga bisa terlepas!"

Penjelasan Annete yang berhasil membuat satu bar melirik kearahnya.

"Tapi memang bajuku di tarik makanya bisa lepas."

Jawaban pria tersebut membuat wajah Annete menjadi begitu kaku.

"Jadi siapa yang menarik bajumu dan...kenapa seseorang menarik bajumu?" tanya Annete yang berhasil membuat wajah pria tersebut memerah.

"Kenapa diam?"

"Ya-yang menariknya adakah Adeline dan dia menarik karena kami sedang ingin melakukan..."

"Melakukan apa?" Annete menaikkan alisnya benar-benar tidak mengerti.

"Hubungan badan," cicit pria tersebut yang berhasil membuat Annete mengedipkan matanya beberapa kali. Beberapa saat wajahnya memerah dan terakhir kali yang ia ingat bahwa ia juga menarik baju Aldrich.

"I-itu...da-dasar mesum!"

Annete benar-benar tidak tahu lagi bagaimana menyembunyikan wajahnya yang telah begitu memerah.

Sedangkan di sudut lain ruangan, Aldrich benar-benar sulit menahan tawanya.

"Pftt, dasar bodoh."

'Dia memang sedikit lucu.'

Tapi setelah beberapa lama menahan tawanya ia kembali melihat kearah Annete yang ternyata juga memperhatikannya.

"Huh..."

Aldrich hanya bisa menghela nafas saat ia menyadari tampaknya ia harus menyelamatkan kelinci itu dari rasa malu.

"Diamlah!" gumam Aldrich yang membuat seisi bar menjadi sunyi. Jujur saja aura pria tersebut memang begitu besar.

"Apa kau memasang ekspresi menyedihkan karena hal ini?"

"Ya, sa-saya malu. Lihat semua orang tertawa bahkan Anda juga sama," sungut Annete dengan pipinya yang merah.

Aldrich sontak memperhatikan sekitar dan mereka semua menjadi hening termasuk dengan pria pemilik bar.

Suasana hening sejenak hingga pria pemilik bar tersebut membuka mulutnya.

"Apa kalian orang dari kekaisaran yang menyelidiki kasus Adeline?" tanyanya.

"Hmm begitulah," singkat Annete.

"Kau tampaknya mengenali Adeline, jadi apa kau bisa memberikan kami beberapa informasi?" tanya Annete.

"Tentu saja."

Hingga karena hal tersebut kini mereka telah berpindah pada tempat yang jauh lebih sepi. Itu adalah lantai dua dari bar ini dan juga wilayah privasi milik pemilik bar.

"Oh ya, siapa nama kalian?" tanya pria tersebut dengan menatap Aldrich dan juga Annete bergantian.

"Saya Anne dan ini..."

Annete melirik ke arah Aldrich, ia bingung harus bagaimana memperkenalkan pria ini.

"Hmm dia Al."

Jelas Annete karena Aldrich tidak mengatakan apapun.

"Aku Aron."

"Senang bertemu denganmu Aron dan maaf untuk kejadian di bawah tadi."

Annete menundukkan kepalanya dengan lemas. Ia menyadari bahwa dirinya salah jadi meminta maaf adalah hal yang harus di lakukan.

"Untuk itu tidak masalah nona."

"Hmm,"

Suasana menjadi terasa canggung kembali karena semua orang hanya diam.

"Apa hubungan mu dengan Adeline?" tanya Annete.

"Apa hanya cinta satu malam. Maksudku, seorang pria wajar sih mengunjungi tempat seperti itu untuk kebutuhannya."

'Tapi pria yang suka bermain dengan wanita bukanlah calon suami yang baik. Eh tapi bukankah suamiku ini juga berada di rumah bunga. Apa jangan-jangan dia juga salah satu pelanggan? Dasar pria mesum! Pokoknya aku harus cerai!'

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Aldrich yang merasa tidak nyaman dengan tatapan milik Annete.

Saat menyadari jika dirinya terciduk, Annete dengan pelan menggelengkan kepalanya.

"Aku dan juga Adeline adalah sepasang kekasih. Kami sama-sama bukan dari dunia yang baik jadi kami saling menerima apa adanya," jelas Aron yang mengalihkan perhatian Annete.

"Huh, ternyata begitu. Apa kau tahu mungkin saja Adeline pernah mengatakan jika dirinya sedang terancam? Atau ada seseorang yang menjadi musuhnya?"

"Dia hanya sering mengeluh jika pemilik rumah bunga sering memukulnya. Aku sudah bilang untuk pergi dan aku akan menghidupinya tapi dia mengatakan jika dia tidak bisa pergi begitu saja."

"Kenapa?" tanya Annete.

Aron terdiam sejenak dengan mata yang sayu penuh kesedihan.

"Pemilik rumah bunga mengancamnya bahwa jika dia pergi maka pemilik rumah bunga akan menghabisinya."

Perkataan Aron membuat Aldrich dan Annete saling bertatapan.

"Hmm baiklah, terimakasih atas penjelasannya."

"Ya saya akan senang jika itu bisa membantu."

Jawab Aron dengan tersenyum kecil.

Setelahnya kedua orang tersebut meninggalkan bar. Namun ekspresi wajah Annete berubah ketika ada di luar.

"Selanjutnya ayo kita pergi ke rumah bunga dan cari pemiliknya!"

Annete melangkahkan kakinya dengan cepat menuju rumah bunga. Sedang Aldrich menatapnya penuh tanya dari belakang.

'Kali ini apa yang akan ia lakukan?'

Aldrich cukup penasaran dengan aksi Annete selanjutnya. Kepala kecil milik wanita tersebut ternyata bisa melakukan banyak hal.

Sesampainya di rumah bunga Annete menatap sekelilingnya. Hingga matanya bertemu pada sosok pria jadi-jadian yang pernah annete temui.

"Hei Al, ayo kita tangkap manusia jadi-jadian itu!" pinta Annete. Sejenak ia melupakan siapa Aldrich yang sebenarnya.

Namun, Aldrich tampak tidak keberatan dan melakukan apa yang diminta oleh Annete.

Sedangkan pria yang menjadi pimpinan dari rumah bunga berlari dengan cepat menghindari Annete dan juga Aldrich.

Kejar- kejaran tidak dapat dihindarkan dan beberapa orang bahkan terjatuh dan sedikit berteriak karena ulah mereka.

"BUGH," hanya dengan satu pukulan di kepala pria jadi-jadian dari Aldrich, mampu membuat dia tidak sadarkan diri.

"Hosh, hosh, hosh... ba-bagaimana bisa ka-kalian berlari begitu cepat..." ujar Annete yang masih mengatur nafasnya.

Aldrich melirik Annete dengan ujung matanya. Sedangan Annete sama sekali tidak perduli.

Saat ini keadaan tempat ini menjadi begitu buruk dengan pengawal yang sudah di buat tidak sadar oleh Aldrich di tambah dengan hampir seluruh isinya melarikan diri.