NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Liburan Di Tengah Hari Kesibukan (1)

.

.

Tidak jauh dari kepergian mereka dari wilayah tempatnya tinggal, masih dalam kondisi hening yang terjadi di antara keduanya, dengan Flauza yang terfokus pada jalanan yang sudah mulai ramai dengan orang-orang yang mulai pergi bekerja di pagi hari ini.

Ya...

Dia hampir lupa, jika ini bukan lah hari libur atau semacamnya.

Ini adalah hari yang biasa, di seharusnya orang-orang pergi pagi untuk bekerja mencari nafkah untuk keluarga mereka.

Dan sekarang di sinilah mereka...

Pada hari kerja, melakukan ‘liburan bersama’ pada hari kerja yang padat dan sibuk.

Flauza membuka kacamata hitamnya dan letakkan pada dashboard di depannya tersebut.

“Jadi....? kita akan kemana? Tanya pria itu melirik di sampingnya itu dengan sekilas pada ujung matanya.

Sedangkan Revander segera memutar sepenuhnya posisi tubuhnya kepada pria berambut cokelat di sampingnya itu.

“Kamu bahkan memintaku untuk membawakan beberapa baju penganti untuk hari ini.”

“Karena hari ini kita akan pergi ke tempat yang berdekatan dengan air.” Ucap Revander tidak menyadari nada ceria yang terdengar begitu kentara dari sang gadis yang biasanya hanya menatap lurus dan kosong pada orang-orang di sekitarnya.

“Tempat yang berdekatan dengan air?”

“yup...”

Flauza sedikit menggerakkan posisinya ke samping agar dirinya juga dapat melihat sosok gadis berambut hitam di sampingnya.

Gadis yang masih memperlihatkan senyuman kecil pada sudut bibirnya itu, namun....

Mata hitamnya yang biasanya dapat menelan jiwa yang menatap ke dalamnya langsung, kini sedikit bersinar indah di sana.

Dan itu....

Berhasil membuat seorang Flauza Evangrandene terteguh sejenak melihat apa yang di tunjukkan gadis itu kepadanya.

 “jika begitu kemanakah sebenarnya tujuan kita kali ini My Revander? Kamu berhasil membuatku penasaran akan apa yang telah kamu persiapkan untuk hari ini.”

Sang gadis bergerak sedikit berusaha mengambil ponsel yang ida letakkan pada saku celana jeans hitam yang sama dengan rambutnya itu.

Melihat hal itu, perlahan pria itu menurunkan kecepatan mobil itu, dan meminggirkan lebih kiri agar tidak terlalu mengganggu pengguna jalan lainya.

Lalu pria itu tertawa kecil dengan suara beratnya memenuhi isi dalam mobil ini.

Oh lihatlah sosok gadis yang kini tengah menekan-nekan sesuatu di ponsel tuanya itu dengan wajah seriusnya itu.

Terlihat mengemaskan dengan bibir yang sedikit mengerucut tanpa pemiliknya itu sendiri sadari.

Dan semua yang dia lihat itu adalah miliknya....

Miliknya seorang.

“Ini...” gadis itu menunjukkan layar ponselnya kepada pria itu. “Ini sebuah tempat wisata di salah satu pegunungan di wilayah ini, hutan dan sungai yang masih asri dan sunyi. Aku berpikir hari ini kita bisa pergi ke tempat ini, dan melakukan piknik kecil di sana.”

“hhhmmm.....” pandangan Flauza kembali kepada jalanan itu setelah sekilas melihat apa yang ingin di tunjukkan sang gadis kepada pria itu.

Sebuah piknik kecil untuk mereka berdua ya.....

Pria itu tertawa lagi.

Gadis ini....

Gadis ini benar-benar tidak seperti orang-orang itu.

“Jadi...?” tanya gadis itu lagi, menunggu pendapat pria itu atas apa yang telah dia tunjukkan.

“Sure.... My Revander, itu tempat yang tidak terpikirkan olehku, namun itu juga tidak terdengar buruk untuk menghabiskan waktu bersamamu.”

“Benarkah!!!”

“Ya, apapun itu yang ingin kamu lakukan, kamu hanya perlu menunjukkan jalannya kepadaku.”

“Tapi....” Revander sedikit memutarkan tubuhnya untuk menghadap ke belakang, dengan mata hitamnya itu melihat kepada barang-barang yang tersusun rapi di bagian belakang mobil ini.

“Bisakah kita berhenti di beberapa tempat terlebih dahulu?” tanya Revander sedikit ragu.

“tentu saja My Revander. Kamu hanya perlu mengatakan itu dan aku akan melakukannya untukmu.”

.

Kedua ‘pasangan itu’ tampak terlihat tengah berjalan di antara rak-rak boneka dan bantal yang berwarna-warni itu, kini waktu telah menunjukkan pukul delapan lewat dua belas, dan mereka sudah berada di salah satu super market yang cukup besar dan juga sudah ramai pada jam segini.

Seperti biasa pula, Flauza lah yang membawa keranjang berukuran sedang itu di salah satu tangannya, dengan tangan yang lain tetap memegang erat tangan sang gadis yang kini masih bergumam, gumam kecil sembari melihat-lihat kepada benda-benda di sekitar mereka.

Tentu saja dengan pandangan Flauza yang tak pernah lepas dari sang gadis berambut hitam ter-urai di punggungnya.

Sedangkan sang pria itu sendiri....

Hampir setiap orang yang tanpa sengaja atau tidak, langsung berhenti untuk melihat kepada pria di samping dirinya itu, dengan tatapan terkejut, kagum dan juga terpesona.

Bagaimana tidak?

Pria itu benar-benar seperti model luar negeri di tengah-tengah masyarakat awam ini.

Tinggi.

Berambut kecokelatan.

Bertubuh kekar dengan sweter putih berlengan panjang dengan garis hitam, dan celana panjang hitam, dan menggunakan kacamata hitam pula.

Ya.... sekilas, jika orang-orang memandang mereka juga langsung berpikir jika mereka adalah sebuah pasangan muda, melihat pakaian Revander itu sendiri juga senada dengan pakaian Flauza.

Tapi poinnya adalah pria berambut cokelat berkarisma tinggi di sampingnya ini, benar-benar seperti magnet yang kuat untuk mata-mata orang di mana pun dirinya berada.

Terutama untuk mata-mata para perempuan bahkan ibu-ibu tua atau muda.

Uuhh.....

Revander mengambil salah satu bantal boneka berwarna biru gelap berbentuk persegi panjang, dengan menekan-nekan lembut bantal itu dan menimang-nimang akan sesuatu terhadap bantal biru itu.

Iris hitam itu kembali menelusuri rak-rak itu, setelah bantal biru itu dia letakkan pada keranjang yang di bawa Flauza.

“Apa kamu suka yang ini Flauza?” tiba-tiba gadis itu berbalik dengan memegang sebuah bantal boneka berwarna hijau tua berbentuk seekor kura-kura berukuran sama dengan bantal biru yang baru di ambil gadis itu beberapa waktu yang lalu.

Walaupun sebagian wajah pria itu tertutupi oleh kacamata hitam itu, tapi Revander dapat melihat dengan jelas alis-alis pria itu terangkat, dan tatapan kebingungan yang kental di lemparkan oleh pria itu.

“Kura-kura?” gumam Flauza.

“Ya.... apakah kamu suka bantal boneka bentuk kura-kura ini Flauza?” tangan gadis itu terjulur lebih tinggi lagi, untuk memperlihatkan benda di tangannya kepada pria itu.

“Kenapa harus kura-kura?” tanya balik Flauza, masih tidak mengerti maksud dari sang gadis itu.

“hhhmmm..... kamu benar..... kenapa harus kura-kura ya?” Revander kembali menarik tangannya itu dan kembali menatap lurus kepada bantal boneka itu, dan sejenak menatap pada pria itu lagi. “ya... mungkin itu terlihat tidak cocok untukmu.” Lanjut gadis itu lagi kembali berbalik dan meletakkan kura-kura itu kembali pada rak yang berada di dekatnya.

Dan kembali melihat-lihat sekelilingnya lagi berusaha mencari-cari sesuatu yang lain lagi.

Sampai mata hitam itu pada sesuatu berwarna cokelat dan cukup besar.

Sang gadis berjalan mendekat sembari menarik pelan Flauza dari genggaman tangan mereka itu.

“bagaimana dengan ini?” tanya Revander lagi kali ini mengambil bantalan boneka berbentuk beruang berwarna cokelat yang cukup besar. Gadis itu berbali dengan senyuman kecil itu lagi.

“sama sepertimu.” Kali ini Revander lah yang berbicara seperti itu kepada Flauza.

“Sepertiku?”

“Yup, Cokelat dan besar.” Gadis itu tertawa kecil mendengar perkataannya sendiri, membandingkan sosok pria bak model kelas atas itu dengan benda yang ada di tangannya ini. “Yup..... sangat mirip! Aku ambil yang ini”

Dia kembali berbalik dan melangkah ke tujuan selanjutnya itu dengan membawa-bawa boneka beruang itu.

Sedangkan Flauza?

Dia hanya diam tidak berkata, tidak menolak ataupun membalas.

Hanya mengikuti saja, dengan senyuman yang kembali terukir pada wajah pria itu.

.

Sekitar tiga puluh menit lebih mereka berkeliling membeli barang-barang yang menurut Revander akan di perlukan untuk ‘liburan’ mereka hari ini, sebelum akhirnya mereka selesai, dan kini keduanya berada di salah satu antrian loket kasir di sana.

Masih dengan hal yang sama keranjang yang tampak penuh dengan tiga bantal, seekor beruang, handuk dan selimut, lalu beberapa perlengkapan untuk membersihkan tubuh, tisu dan makanan ringan.

Dan masih hal yang sama pula dengan keberadaan Flauza di tengah keramaian itu, langus menarik beberapa pandangan mata orang-orang sekitar mereka kepada pria yang selalu memiliki karisma kuat itu.

Uuhh...

Dasar....

Benar-benar orang yang memiliki hal ini akan selalu menjadi gula untuk semut-semut yang berkeliaran.

Uuuhh....

Ketika giliran mereka, Flauza meletakkan kerjang itu pada meja kasir agar dua orang karyawan laki-laki di sana dapat menghitung semua dari apa yang telah sang gadis itu beli, dengan.

Revander menatap setiap barang-barang yang tengah di periksa oleh mereka sebelum, sebuah mesin berlampu merah itu menyensor barkot dari setiap masing-masing barang tersebut.

Di perlukan sekitar beberapa menit melakukan pembayaran itu, dengan mereka berakhir membawa dua plastik berukuran besar dan kecil.

“Totalnya sekitar tiga ratus dua puluh lima, Kak.” Ucap karyawan laki-laki itu dengan rama.

Revander memberikan kartu hitam keemasan itu kepada sang kasir untuk membayar belanjaan mereka, sedangkan Flauza sendiri hanya diam dan menggenggam erat salah satu plastik besar pada tangannya yang terbebas itu.

Terlalu erat hingga dengan samar Revander dapat mendengar remasan suara plastik itu berasal dari sampingnya.

Hah?

Dia menatap sekilas pria berambut cokelat yang masih terlihat ‘normal’ dan sulit terbaca ekspresinya karena terhalang kacamata hitamnya itu, namun Revander tahu.

Dia bisa merasakan itu walaupun sekilas, rasa intimidasi dari pria itu yang tiba-tiba saja menyeruak kuat dan langsung kembali lenyap dalam beberapa detik.

Gadis itu menghela nafas panjang, sedikit menarik genggaman tangan mereka.

“ini setruk pembayarannya Kak, ada lagi yang bisa di bantu?” tanya karyawan kasir itu lagi kepada Revander, sembari memberikan sececik kertas putih yang bertuliskan tinta hitam.

“Bang, di sini bisa ambil tunai juga bukan?” tanya Revander lagi.

“Ya, Kak di sini bisa ambil tunai juga.”

“kalau begitu, bisa tolongkan ambil tunainya juga ya.” Karyawan itu mengangguk plan melakukan beberapa gerakan pada komputer yang ada di meja itu.

“Baiklah Kakak, tolong masukkan pin dan nominal uang yang ingin di ambil ya Kak.”

Revander menekan-nekan tombol di hadapannya dalam diam, hingga selesai tak bersuara atau melakukan gerakan-gerakan tambahan.

Setelah selesai dengan segala transaksi yang di lakukan di sana, karyawan kasir itu memberikan kembali sebuah setruk kertas pembayaran dan sebuah kartu hitam keemasan milik sang gadis.

“Ini dia ya Kakak, Ada yang bisa di bantu lagi?”

Revander menggelengkan kepalanya pelan sembari menerima semua hal itu. “Tidak ada terima kasih Bang”

“Terima kasih Kakak telah berbelanja di sini, dan Selamat Pagi.” Tutup sang karyawan pria itu dengan senyuman rama-tamah, dan Revander membelasnya dengan senyuman kecilnya sekilas.

Tapi tarikan tangan dari genggaman tangannya itu membuat sang gadis terhunyuh pelan keluar dari barisan depan antrean di sana.

Revander menoleh sekilas ke arah Flauza yang masih tampak diam tak terganggu tapi aura intimidasi yang tadi hanya begitu sama kini mulai begitu terasa semakin kuat.

Oohhh...

Lihatlah ini....

“Flauza?” pria itu masih belum berbicara. Namun sang gadis sudah cukup mengerti dari semua gerak-gerik pria itu.

Mereka berdua kembali berjalan ke arah parkiran yang terletak di belakang gedung super market ini.

“laki-laki itu terus menatapmu.”

Revander mengedipkan matanya beberapa kali saat mendengar suara berat pria di sampingnya itu tiba-tiba saja terdengar.

Lembut, dingin namun itu terdengar penuh kekesalan yang begitu samar.

“Hmmm....?”

“Dia terus melihat apa yang bukan miliknya.”

Sang gadis menoleh lagi dengan alisnya terangkat. Tidak tahu kenapa pria itu bersikap seperti ini, tapi itu bukanlah hal yang sulit  jika, Flauza sedang terlihat.....

Tidak senang akan sesuatu.

“Kamu cemburu dengan karyawan laki-laki itu?” celetuk sang gadis dengan nada suara yang masih lurus.

Flauza tidak menjawab.

Tapi Revander sudah tahu jawabannya.

Dan itu berhasil membuat sang gadis berambut hitam itu tertawa kecil.

“Flauza..... itu hanya interaksi jual beli antara penjual dan pembeli.” Mata hitam itu kembali memandang lurus ke depan.

“Hmmm.”

Revander kembali tertawa pelan.

Walaupun sang gadis benar-benar tidak mengerti dengan semua tindak-tanduk pria berambut cokelat itu. untuk kali ini, Revander benar-benar tidak menyangkal tingkah pria di sampingnya dan sedang menggenggam tangannya sangatlah......

Lucu.

Dia lebih terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk karena suatu hal kesayangannya di ambil atau di sentuh orang lain.

Dasar.

Keduanya berhasil sampai pada mobil hitam besar nan mewah itu terparkir pada manis pada ujung tempat ini. Itu terlihat kokoh dengan warna hitam mengkilap, mewah, namun hanya sendiri.

Flauza meletakkan barang-barang belanjaan mereka itu pada bagasi mobil itu, namun entah kenapa pria itu malah mengeluarkan beruang cokelat itu dari dalam plastik dan memberikannya kepada sang gadis tanpa berbicara sedikit pun.

Tapi Revander hanya menerimanya saja dan langsung memeluknya dengan erat, merasakan betapa lembutnya bantal boneka beruang itu.

Setelah selesai melakukan menata semua barang belanjaan mereka, dengan segera keduanya masuk ke dalam mobil itu, menghidupkan mesin, namun tak langsung menjalankan mobil itu.

Kini waktu telah menunjukkan hampir jam sembilan pagi kurang.

Revander menatap pria yang masih terdiam di bangku pengemudi itu lagi, sedangkan Flauza, pria itu juga menatap balik sang gadis dengan melepaskan kacamata hitamnya.

Apa ini masih terus berlanjut?

“Ada apa Flauza?” tanya Revander lagi. “Apakah kamu masih terus memikirkan karyawan laki-laki itu lagi?”

Flauza masih tidak menjawab, tapi pandangan pria itu juga tidak berubah.

Iris cokelatnya masih terlihat membara seperti terbakar sesuatu, namun wajah pria itu tidak berubah sedikit pun.

Ohhh.....

Dia benar-benar cemburu bukan? Lihat lah ini....

Sang gadis mengulurkan tangannya pelan menyentuh salah satu sisi pipi pria tampan itu dengan lembut pula, sepeti berusaha menenangkan sesuatu yang buas dan membara, namun masih tertahan sebelum meledak.

“Tahukah kamu Flauza? Jika sendari tadi begitu banyak orang pula yang melihatmu dengan berbagai pandangan di sana ?” gumam gadis itu pelan.

“Aku tahu....”

“Dan, mereka juga melihat apa yang bukan miliknya.” Ucap gadis itu dengan tenang sambil tersenyum kecil.

“Hhmmm....” pria itu menutup matanya sejenak merasakan sentuhan lembut pada wajahnya itu.

“Flauza.... ini adalah hal yang tidak perlu di besarkan, lagi pula ini hari libur bersama kita bukan?”

Kedua kelopak mata pria itu kembali terbuka perlahan.

“Libur bersama kita?”

“Yup...”

Perkataan itu berhasil membuat pria di sampingnya itu tersenyum lebar, menggenggam tangan sang gadis yang ada di pipinya itu.  “Ya.... libur bersama kita, My Revander.” Dan mencium lembut punggung tangan sang gadis itu.

.

.

.

Di sepanjang perjalanan yang berkelok, menanjak dan menurun itu, setiap sisi jalanan di penuhi hutan dan juga jurang-jurang curam yang penuh dengan warna hijau, berudara sejuk, dan juga beberapa cicitan burung kecil berbulu indah terdengar pula.

Melakukan liburan di tengah hari-hari yang sibuk tidaklah buruk, itu membuat jalanan yang mereka lalui tidak terlalu ramai, dan juga tidak terkena macet yang dapat merusak suasana bahagia ini.

Revander terus memeluk erat bantalan boneka beruang cokelatnya itu sembari matanya bergerak liar memandang kepada pepohonan rimbun yang mereka lewati dengan berbinar.

Ini....

Ini benar-benar berbeda di bandingkan apa yang dia rasakan saat dia bepergian dengan keluarganya.

Di antara dirinya dan Flauza tidak terlalu banyak terjadi percakapan yang panjang, namun juga di antara mereka berdua juga tidak ada yang terlalu mempermasalahkan hal itu pula.

Dengan kesunyian yang terjadi di antara mereka, entah kenapa itu terasa lebih baik dan sempurna.

‘lima ratus meter ke depan, belok kanan’ suara robot dari aplikasi penunjuk jalan itu kembali berbunyi. Flauza melihat sekilas pada layar yang ada di dashboard itu untuk memastikan instruksi jalan selanjutnya, sebelum kembali fokus kepada jalanan yang masih di kelilingi hutan rimbun dan hijau itu.

“Sudah mau sampai ya?” Revander mencondongkan tubuhnya sedikit untuk dapat melihat layar itu lebih jelas, membuat dia sedikit menekan bantal boneka beruang itu lebih kuat.

“Ya, sekitar sepuluh menit lagi sampai di sana.” Revander mengangguk puas dengan itu.

“Sudah lapar? Aku telah membuatkan beberapa makanan yang enak.” Lanjut sang gadis itu lagi.

“oohh...? kamu memasak sendiri?”

“Hey!!! Aku bisa memasak ya, terima kasih banyak.” Flauza tertawa kecil mendengar hal itu.

“Apa kamu akan membuatku memakan, makanan berwarna merah menyala seperti lava itu hmm?”

“Aku tahu kok, orang-orang luar negeri sepertimu itu lemah terhadap makanan pedas, jadi aku sudah membuatkan yang spesial untukmu.” Balas Revander lagi. “Dan aku berani jamin makanan buatan itu enak!”

“Benarkah?”

UUhhh....

Dia....

Dia mengejekku kan?

Ya.... dia mengejekmu. Lagi pula baru hari ini saja kamu menyentuh dapur dalam dua puluh empat tahun hidupmu.

Hey!!!!

“UH... lihat saja!!”

Flauza hanya tertawa lebih kuat lagi. “Aku menunggu akan hal itu My Revander.”

Dia benar-benar mengejekku!!!

.

Mobil itu memasuki kawasan wisata yang terletak di antara hutan dan sungai besar berbatuan vulkanik itu.

Tentu ini tempat yang asrik dan indah, sesuai dengan keinginan dirinya.

Saat mereka memarkirkan mobil itu, terlihat pula dua bus berukuran besar dan tiga bus kecil yang juga terparkir di sana.

Sebuah rombongan?

Terlihat cukup ramai juga.

Rombongan apa?

Saat mereka turun, terdapat beberapa empat orang yang berdiri di sana langsung datang menyambut kedatangan keduanya.

Tentu saja dengan melihat sosok Flauza yang turun dari mobil mewahnya itu, berhasil membuat keempatnya langsung terpaku seperti biasa.

“Selamat datang.” Ucap mereka serempak.

“Terima kasih.” Balas Revander dengan masih memeluk bantalan boneka beruang itu pada dekapannya.

“Bapak dan Ibu sudah reservasi?” tanya salah satu pelayan wanita yang ada di sana.

“Ahhh... iya, sudah kok Mbak. Sebentar ya.”

Revander dengan cepat meletakkan bantalan boneka itu pada kursi penumpang itu, mengambil ponsel miliknya dan membuka beberapa hal di sana, sebelum akhirnya menunjukkan ponsel itu kepada wanita yang bertanya itu.

“Ini Mbak...”

“Ah... ya reservasi atas nama Revander Syahril ya.” Revander mengangguk pelan. “baiklah kalau begitu, bisa langsung di konfirmasi langsung di resepsionis di depan ya, Mbak.”

Ketiga pelayan lainnya tampak berjalan ke arah belakang menuju bagasi mobil itu. Dengan membantu mengeluarkan barang-barang bawaan mereka, serta membantu membawakannya juga.

“Apa boleh membawa ini juga?” Flauza yang terlihat menenteng dua tas cukup besar itu berjalan mendekat ke arah sang gadis yang menunjuk ke arah bantalan boneka beruang itu.

“Tidak akan ada yang melarangmu membawa apapun yang ingin kamu bawa, My Revander.” Balas pria itu tenang tetap berdiri tegap di hadapan gadis itu. “Dan tidak akan ada pula yang akan memarahimu untuk melakukan apapun yang kamu ingin lakukan di sini, bermasaku.”

Revander hanya memiringkan kepalanya sejenak mendengar perkataan Flauza, tidak terlalu mengerti dengan makna perkataan pria itu.

Tapi sedikit banyak akan hal itu, sepertinya Flauza juga tidak keberatan dengan sedikit tindakan kekanak-kanakannya dalam liburan ini.

Dan itu.....

Sangat menyenangkan.

Sungguh sangat menyenangkan.

Revander mengangguk pelan, kembali membawa benda berwarna cokelat yang sama dengan surai rambut pria itu dengan satu tangannya dan tetap menggenggam tangan Flauza pada tangan yang lain, tersenyum tipis dan mata hitam yang berkilat bahagia.

Setelah melangkah masuk ke dalam tempat itu, mendapati ada beberapa kelompok orang-orang yang terdiri dari anak-anak remaja, yang tampak melakukan pesta sederhana di sisi kanan tempat ini.

Cukup ramai...

Dan mereka tampak asyik sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang mereka buat, dengan suara-suara teriakan antusias yang bergema cukup kuat.

“Itu?”

“Itu adalah rombongan dari salah satu kuliah swasta dari kota Mbak.” Jawab pelayan wanita yang berjalan di depan mereka.

“Ohh..... mereka terlihat asyik sekali.” Iris hitamnya melihat dalam diam pada rombongan itu. “Dari Bangsa Darma ya.” Celetuk gadis itu.

“kamu benar Mbak.”

Revander mengangguk pelan, dan kembali menatap lurus, melakukan pengecekan data diri, dan pembayaran yang lebih lanjut di sana, sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam tempat itu.

Masih di ikuti tiga pelayan lainnya yang membawa barang-barang mereka lainnya, kini sang gadis melihat-lihat pada pondok-pondok berukuran lumayan besar itu, terlihat sepi, berjajar di pinggir sungai jernih berbatu-batu itu.

Tapi terlihat pula beberapa, orang-orang yang tampak sudah bermain air di sungai itu dengan riang gembira di hari yang hampir masuk ke pertengahan dan cuaca yang cerah pula.

Benar-benar beruntung heh....

“Flauza mau duduk dimana?” tanya sang gadis sedikit mendongkak untuk melihat wajah pria yang masih setia di sampingnya itu.

“Hmmm?” pria itu berhenti sejenak. “Di bawah pohon itu tampak lebih terlihat sejuk dan rimbun. Sangat pas untuk tempat ke sukaanmu.”

Pria itu tidak salah.

Itu tempat yang sangat strategis, dan dia kembali bersyukur jika kedatangan mereka yang masih awal dan di hari yang tidak ramai, membuat tempat seperti itu belum di ambil oleh orang lain.

“Ayo kalau begitu, pasti kamu sudah lelah.” Sang gadis kembali menarik lembut genggaman tangannya. “Kita istirahat dulu, lalu makan siang.”

Flauza tersenyum mengangguk pelan, tetap menuruti semua keinginan sang gadisnya itu dalam diam.

Saat mereka telah sampai pada pondok di bawah pohon itu, dengan pelayan-pelayan itu juga meletakan barang-barang bawaan mereka di sana. Revander mengatakan ‘terima kasih’ nya kepada mereka dan meninggalkan ‘pasangan’ itu menikmati waktu bersama di sana.

“Bagaimana?” tanya sang gadis, berharap pendapat dari pria itu.

“Ini..... tidak biasa....” ucap Flauza yang terduduk dan menyadar pada salah satu tiang pondok itu.

“Belum pernah melakukan piknik seperti ini juga?”

“Tidak...” mata Flauza tidak pernah lepas dari semua gerakkan sang gadis yang tengah merapikan perlengkapan mereka. “Ini yang pertama.” Pria itu tersenyum dan tertawa. “Dan ini tidak buruk juga.”

Gadis itu mengeluarkan, membentangkan selimut itu serta meletakkan bantalan-bantalan yang mereka beli pagi itu di sana.

“Sini beristirahat lah terlebih dahulu.” Gumam Revander menepuk pelan bantalan itu, dan lagi Flauza hanya tersenyum dan mengikutinya.

Saat pria itu merebahkan tubuhnya di sana, terlihat jelas jika, sosok berambut cokelat itu terlihat seperti melepaskan sesuatu di pundaknya, dengan menghembuskan nafas yang begitu panjang dan cukup keras.

Gadis itu tersenyum melihat hal itu.

“Tunggu di sini ya....” Flauza memiringkan tubuhnya untuk dapat melihat kembali sang gadis yang tengah sibuk membuka beberapa plastik di sana, menampilkan beberapa wadah berwarna merah muda berbentuk kotak segi empat di tangannya.

Mengilap beberapa tempat itu lalu membukanya dengan perlahan. “Masih sempurna...” gumam gadis itu pelan, meletakkan kotak merah muda itu yang telah terbuka di samping sebelum, mengambil kotak dengan warna yang sama dan membukanya juga.

“Yup..... masih sempurna!!!” ucap gadis itu terlihat bangga akan sesuatu.

Revander berbalik mendekati Flauza yang masih merebahkan tubuhnya di sana, membawa dua kotak merah muda itu dan memberikannya satu kepada pria itu.

“Ini.... makan siangnya....” iris mata Flauza masih mengikuti pergerakan Revander yang sudah terduduk di hadapannya tersebut, dengan perlahan pria itu bangkit dari posisi berbaringnya dan menerima kotak merah muda tersebut.

Itu adalah masakan ayam sederhana yang di tata rapi dalam kotak itu, dengan beberapa sayuran dan juga buah-buahan yang telah di potong-potong.

Flauza mengambil sendok plastik yang sudah tersedia di dalam kotak itu, memasukkan makanan itu dalam mulutnya dengan elegan dan perlahan seperti biasa.

“Bagaimana?” tanya Revander yang juga terus memerhatikan pria itu.

.....

“Hmmm...” Flauza kembali menyendok makanan itu ke mulutnya.

Dan Revander tersenyum puas melihat reaksi pria itu.

“Lihat kan..... sudah ku katakan kamu akan menyukainya.”

Flauza hanya terus melahap makanan itu dengan diam, dan sang gadis itu juga menyusul untuk menikmati makan siang yang telah dia buat. “Tidak buruk untuk seorang yang baru pertama kali memasak bukan?”

Pria itu melirik sekilas kepada gadisnya itu, dan mengangguk pelan dengan tetap melahap makanannya.

Cukup lama mereka menghabiskan waktu dalam menikmati makan siang mereka, kini keduanya terlihat sudah cukup kenyang pula untuk kembali menikmati suasana yang ada di sana.

Pria itu tengah bersandar kembali pada salah satu tiang pondok dan menghadap pemandangan aliran sungai di depannya, menggunakan bantalan boneka itu sebagai alas sandarannya, sedangkan Revander sendiri baru saja selesai merapikan dan membersihkan semua kotak-kotak merah muda tempat mereka makan siang itu, sedikit mengilap kedua tangan dan kakinya sebelum sang gadis duduk di samping pria itu.

Flauza yang melihat sosok Revander telah duduk di sampingnya itu langsung mengubah posisinya, menjadi merebahkan tubuhnya dengan kepala berada di atas paha sang gadis itu.

Tentu untuk beberapa detik Revander terkejut akan pergerakan Flauza yang tiba-tiba saja, namun dia tidak berkata, menolak ataupun menjauh.

.

.

.

Tangan Revander terangkat dan terletak pada rambut kecokelatan milik Flauza, mengelus pelan dan lembut kepada pria yang sedang berbaring di hadapannya itu.

Flauza menarik nafas dan menghembuskannya dengan kuat.

Memulai menutup matanya sejenak menikmati semua suasana yang ada di sini.

“Aku..... menikmati ini...” gumam pelan pria itu.

Gadis itu tetap mengelus lembut rambut sang Flauza Evangrandene itu dalam diam.

“Kamu benar-benar menunjukkan sesuatu yang tidak biasa kepadaku, Revander.”

.

.

.

Di tengah hari yang mulai sedikit memanas, orang-orang juga semakin banyak turun ke sungai jernih itu untuk menikmati sensasi dingin dan sejuknya aliran air itu.

1
JustError
narasinya bagus banget Kak
Er and Re: makasih sudah mampir ya kak, semoga Kaka suka ceritanya
total 1 replies
iqbal nasution
good
Er and Re: makasih udah menikmati cerita yang aku buat kak
total 1 replies
Bulanbintang
😉
Er and Re: makasih sudah mampir yah kak, ku harap suka dengan cerita yang aku buat ini.
total 1 replies
Drezzlle
mampir dengan bunga /Rose/
Er and Re: makasih sudah mampir kak :)
total 1 replies
iqbal nasution
terima kasih
Drezzlle
bunga untukmu, agar lebih semangat
Er and Re: iya kak tetap semangat walau gak tahu entah gimana cerita kedepannya
total 1 replies
Alwan tira
Ceritanya sangat bagus.
Er and Re: terima kasih telah mampir yah kak
total 1 replies
iqbal nasution
semangat
Er and Re: makasih udah datang ya kaka
total 1 replies
iqbal nasution
lanjut
Er and Re: terima kasih telah mampir yah kakak
Er and Re: terima kasih telah mampir yah kakak
total 2 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir nich /Hey/
Er and Re: makasih udah mampir kak
total 1 replies
Drezzlle
ku berikan bunga untukmu
Drezzlle
aku datang
R 💤
hello q mampir thorr
R 💤: siap Kaka, bacanya nyicil duluu yaa 🙏🏻🤗
Er and Re: Terima kasih udah mampir kakak :)
total 2 replies
R 💤
belum tentu bisa dapat, susah cari kerja mah,, kadang malah gampang lewat online.. ya gak thor
Er and Re: kalau datang langsung malah gak jelas jalan kemana buat cari kerja XD
total 1 replies
Drezzlle
penasaran, nanti mampir lagi
Er and Re: makasih udah mampir yah kak :)
total 1 replies
Drezzlle
mampir juga ya kak
Drezzlle
selalu pesimis sepertiku
Drezzlle
cari kerja susah amat yak
Junta's mommy
sudah mampir ya Thor!
absen dulu aku
Er and Re: terimakasih udah mampir yah Kaka/Smile/
total 1 replies
Ario~𝖒𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☪
Kak, ini ceritanya bagus bgttt, aku nyicil sampe sini dulu yaa hehehe... alur dan penulisannya sudah okee, cuman ada bbrp yg perlu dibenahi, sperti penggunaan [di–]. Jadi kalau dia termasuk kata kerja, mereka harus disambung, contoh: dimakan, disinggahi, diduduki. Kalau kata tempat harus dipisah, contoh: di dermaga, di depan, di sana. that's right, yg lainnya udh sipp pokonya, semangat nulisnya ya kaa/Determined//Determined/
Er and Re: terima kasih sudah mampir ya kak /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!