Kadang kala, yang bersama tidak selamanya bersatu. Tuhan selalu punya rencana untuk setiap manusia. Begitu pun dengan kisah Agra. Aurora mungkin dikirim Tuhan hanya untuk membuat Agra belajar satu hal, bahwa tidak semua yang ia inginkan bisa terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Zakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Agra Aneh?
Setelah otak panas berperang dengan sebagian matapelajaran yang membuat otak berasab. Siswa-siswi DSHS kini berada di kantin, mereka asik bercengkrama sesekali bercanda ria bersama teman masing-masing. Sama halnya dengan ke lima pemuda dan pemudi yang duduk di pojok kiri kantin. Mereka adalah Agra, Aurora, Alif, Keyra, Deon dan Rey.
Awalnya Agra tidak ingin ada Rey dimeja mereka namun karena permintaan Aurora akhirnya pemuda itu pun menurut.
"Key... Pesenin kita makanan dong!" ujar Deon dengan gampangnya membuat Keyra melotot tidak terima.
"Enak aja nyuruh-nyuruh!! Emang lo siapa?!" balas Keyra tidak santai.
"Key... Lo mau hidup lo gak berkah gara-gara gak nurut sama orang ganteng?"
"Iya lo ganteng," timpal Alif sementara Keyra memutar bola matanya malas.
"Nah.. Gitu dong ini baru sahabat gue!" ucap Deon bangga menepuk-nepuk bahu Alif dengan senyum lebarnya.
"Kalo mati lampu," lanjut Alif kelewat santai, membuat wajah Deon yang tadinya tersenyum lebar kini menjadi datar.
Semua yang ada dimeja itu tertawa kecil, sementara Rey hanya menyimak.
"Sialan lo Fernando!!" umpatnya pada Alif lalu beralih menatap Keyra.
"Apa?!" sewot Keyra karna Deon menatapnya dengan wajah memelas.
"Key lo cantik deh!" pujinya seperti ada gajah dibalik batu. Eh maaf udang maksudnya:v
"Gak lo bilang pun gue udah tau!" balasnya ketus.
Deon mendengus lalu memutar bola matanya malas.
"Nyesel gue muji ni orang!!"
"Keyra ayolah masa gitu aja gak mau!"
"Yaudah... Kalo gitu lo aja yang pergi!!"
"Kan lo cewek!"
"Emang apa bedanya sama cowok?"
"Yah bedalah!"
"Apaan coba?"
"Cewek mah datar, kalo cowok panjang!"
Semua mengernyit bingung mendengar jawaban Deon termasuk Keyra. Mereka mencerna baik-baik kalimat terakhir yang Deon kontarkan. Beberapa detik kemudian...
Pletak!!
Pletak!!
Dug!!
"Anjayyy!!" hardik Agra, Alif dan Keyra bersamaan, setelah mengerti apa maksud ucapan Deon.
"Setan lo semua!!" kesal Deon mengusap kepalanya yang mendapat dua jitakan dari Agra dan Alif serta pukulan botol saos dikepalanya oleh Keyra, sementara Rey dan Aurora hanya tertawa kecil.
Aurora berdiri dari tempatnya membuat ke empat orang itu menatapnya.
"Mau kemana?" tanya Agra membuka suara.
"Daripada lo bedua bacot mulu. Mending gue yang mesen." Ucapnya lalu beranjak dari sana menuju penjual kantin, namun semua itu gagal saat sebuah tangan kekar mencekal tangannya.
"Lo duduk aja! Biar gue yang mesen." suara berat itu membuat Aurora membalikkan badannya, dan ternyata suara berat itu milik Agra.
"Lo duduk aj-"
"Ck... Lo duduk aja! Diem!" potong pemuda itu lalu memegang bahu Aurora dan mendudukkannya dikursi milik gadis itu, lalu pergi menuju penjual makanan. Menyisakan, Alif dan Deon dengan wajah cengoknya, Keyra yang membulatkan matanya tak percaya, serta Rey yang datar.
"Itu Agra kan?" gumam Alif, Deon dan Keyra bersamaan.
"Kalian kenapa?" tanya Aurora bingung, pasalnya ekspresi teman-temannya layaknya orang seperti melihat sesuatu yang langkah.
"Ra.. Itu Agra kan?" tanya Deon dengan wajah tak percaya nya.
Aurora mengernyit bingung.
"Yah iyalah Agra!"
Alif, Deon dan Keyra menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Kalian kenapa sih?!"
"Ra... Lo ngasih obat apa ke Agra?" Tanya Keyra dengan ekspresi bodohnya.
"Obat apaansih Key? Aneh deh lo semua!" ujar Aurora heran. Pasalnya semua ucapan yang mereka lontarkan sama sekali tak masuk akal pikir Aurora.
"Justru Agra noh yang aneh." timpal Alif setelah semua menetralkan ekspresinya.
"Aneh apanya?" tanya Aurora mengernyit bingung.
"Gini yah Ra... Selama tujuh blas taun gue idup. Gue sama skali gak pernah ngeliat Agra mesen makanan sendiri di kantin. Setiap gue makan bertiga slalu Alif atau gue yang mesen. Mau di ancem pake apapun dia gak bakalan mau kek tadi." Ujar Deon panjang lebar membuat Alif mengangguk membenarkan.
Keyra yang mengangguk setuju, pasalnya ia juga tak pernah melihat Agra mesan makanan saat bersama sahabat-sahabatnya. Dan Rey yang hanya diam dengan wajah datarnya, namun tak ada yang tahu dibalik wajah datar itu ada dada yang berdenyut perih melihat Aurora yang kini nampak sedikit salting karena ucapan Deon.
"Ya-yah mungkin aja kan mood nya lagi baik!" alibi Aurora sedikit gugup.
"Gak Ra, bener yang dibilang Deon. Tuh anak gak akan mau cape2 jalan ke penjual kantin cuma buat mesen makanan. Mending dia nyuruh anak skolah sini yang bisa dia manfaatin buat beliin dia makanan!" tambah Alif membuat sesuatu didalam tubuh Aurora berdetak tak karuan.
Jika benar Agra tak pernah mau memesan makanan, lantas mengapa dengan mudahnya ia menggantikan Aurora untuk memesan makanan tadi?
"Ck... Perasaan kalian aja kali!"
"Gue se-"
"Pesanan dataaang!!" sahut seseorang menyelah ucapan Alif.
Agra duduk ditempatnya lalu memberikan makanan yang ia pesan ke Aurora dan juga untuk dirinya sendiri.
Semua temannya cengok melihat ini. Bagaimana tidak? Agra hanya memesan dua mangkuk bakso, dan itupun hanya untuk dirinya dan Aurora.
"Gra kok cuma lo sama Rara sih?" protes Keyra
"Pesan sendiri lah!" balasnya santai.
"Gra kok cuma dua?" tanya Aurora juga bingung.
"Karena gue maunya cuma dua," balasnya kelewat santai.
"Parah lo yah..." timpal Deon menarik anak rambut Agra.
"Apaansih!" tepis pemuda itu tak terima rambut kerennya dipegang oleh tangan bau Deon.
"Kenapa cuma dua?" protes Alif juga
"Kan gue udah bilang tadi!" balasnya sambil memakan baksonya, sementara Aurora hanya cuek, yang penting makanannya ada, pikir Aurora.
"Alahh... Alesan.. Giliran Aurora aja!" ucap Deon ketus.
"Napa jadi gue yang dibawa-bawa!" protes Aurora.
"Yah iyalah diakan suka sama lo!!" balas Deon tak santai membuat Aurora tersedak makanannya.
Uhhuuk... Uhhuukk.
Baru saja Rey ingin menyodorkan air untuk Aurora, namun sayang Agra lebih dulu memberikan air mineral yang ia beli untuk gadis itu, dan membuat Rey menarik kembali tangannya.
"Pelan-pelan Ra," ujarnya menyodorkan air ke Aurora, membuat teman-temannya tambah cengok dan Rey yang berdiri dari duduknya lalu pergi begitu saja, membuat semua menatapnya bingung.
"Rey lo kenapa pergi?!" teriak Aurora saat melihat Rey hampir menghilang di ambang pintu.
"Gue ngantuk Ra!" balasnya tanpa berbalik. Jelas ini hanyalah alibi saja. Tidak ada yang tahu bahwa pemuda itu terbakar api cemburu. Ralat, bukan tidak ada yang tahu, tapi sengaja tak mau tahu.
Aurora dan Agra menikmati makanannya begitu pun dengan yang lainnya, setelah dengan berat hati Deon memesan makanan.
"Ra... Lo gak lupakan pulang sekolah?" tanya Agra membuka pembicaraan.
Aurora mendongak.
"Apaan?"
Agra mendengus, jelaskan bahwa cewek ini benar-benar pikun.
"Dasar cewek pikun!"
"Katanya lo mau di traktir es krim?"
Aurora menepuk jidatnya keras membuat Agra refleks mengelus jidat Aurora yang sedikit merah karena tepukan tangan cewek itu sendiri.
"Gak usah keras-keras nepuknya!" ujar pemuda itu masih dengan mengelus jidat Aurora. Jantung Aurora berdegub kencang lagi akibat ulah pemuda tampan itu.
"ekhemm... ekhheemm..." goda Alif, Deon dan Keyra bersamaan, membuat Agra dengan refleks menghentikan elusannya lalu kembali memakan baksonya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa, sedangkan Aurora kini terlihat kikuk dengan sedikit semburat merah dipipinya.
"Cie.. Ciee.. Blushing," goda Keyra dengan mencolek-colek dagu gadis itu.
"Apaansih Key!" sanggah Aurora lalu menepis pelan tangan Keyra.
"Gak usah malu-malu gitu kali Ra... " timpal Alif dengan senyum jahilnya.
"Alif!! Lo juga!" sahut Aurora tak santai
"Aduhh... Babang Agra cocwit deechh.." goda Deon alay pada Agra.
"Diem lo!" balas Agra tajam.
"Miris yah Lif, Key, liat mereka!" ujar Deon yang diangguka oleh Keyra dan Alif.
"Hm.. Miris banget. Yang cowok gengsi. Yang cewek gak peka!" balas Keyra sok sedih.
"Makanya jadi cowok gak usah gedein gengsi. Ada si Rossi yang nyalip baru tau rasa!" timpal Alif membuat Deon dan Keyra terkekeh sementara Agra menatap Alif tajam membuat pemuda itu nyegir gaje ditempatnya. Sedangkan Aurora hanya diam menetralkan kegugupannya.
***
Di tempat lain, tepatnya ditaman belakang sekolah lelaki dengan badan tegapnya berdiri diatas rumput yang hijau, tangan kirinya ia masukkan ke saku. Fikirannya nampak jauh menerawang entah apa yang ia fikirkan.
"Apa mungkin gue salah karna berharap lebih ke dia?" tanyanya entah pada siapa.
Pemuda itu menghela nafas. Hatinya bahagia dan juga pedih diwaktu yang bersamaan, saat melihat gadis itu tertawa lepas, namun orang lain yang membuat tawa itu. Dadanya sesak saat wajah cantik gadis itu menunjukkan raut wajah khawatir namun bukan karena dia. Dadanya bergemuruh hebat saat melihat rona merah dipipi gadis itu, cantik memang! Namun sayang bukan dia penyebab rona merah itu ada.
Sekali lagi pemuda itu menghela nafas, dadanya sesak hanya memikirkan itu.
"Seharusnya, perkenalan kita cukup sampai dihari itu." gumamnya lagi dengan suara rendah.
"Emang seharusnya lo gak kenal sama dia." Sahut seseorang dari arah belakang