NovelToon NovelToon
Unexpected Love

Unexpected Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Oktadila

Letizia Izora Emilia tidak pernah merasa benar-benar memiliki rumah. Dibesarkan oleh sepasang suami istri yang menyebut dirinya keluarga, hidup Zia dipenuhi perintah, tekanan, dan ketidakadilan.

Satu keputusan untuk melawan membuat dunianya berubah.

Satu kejadian kecil mempertemukannya dengan seseorang yang tak ia sangka akan membuka banyak pintu—termasuk pintu masa lalu, dan... pintu hatinya sendiri.

Zia tak pernah menyangka bahwa pekerjaan sederhana akan mempertemukannya dengan dua pria dari keluarga yang sama. Dua sifat yang bertolak belakang. Dua tatapan berbeda. Dan satu rasa yang tak bisa ia hindari.

Di tengah permainan takdir, rasa cinta, pengkhianatan, dan rahasia yang terpendam, Zia harus memilih: tetap bertahan dalam gelap, atau melangkah berani meski diselimuti luka.

Karena tidak semua cinta datang dengan suara.
Ada cinta… yang tumbuh dalam diam.
Dan tetap tinggal... bahkan ketika tak lagi dipandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Oktadila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Saat Zia masih diam di taman belakang, tangannya masih memegang kotak bekal yang belum sempat ia buka, tiba-tiba handphone jadul di saku roknya bergetar.

Layar kecilnya menampilkan nama yang membuat matanya membulat.

"Jenny."

Zia buru-buru mengangkat. Suaranya terdengar semangat, walau sedikit canggung.

"Halo, Jenny!"

"Lo ke mana aja, hah?" suara Jenny langsung menyambar dari seberang. Terdengar kesal, tapi lebih karena khawatir.

Zia tertawa kecil. "Hehe, maaf… Zia nggak buka HP dari semalam."

"Lo pindah sekolah?"

Zia mengerjap. "Kok tau?"

"Gue denger dari orang-orang." Suara Jenny mulai melemah. "Kok lo nggak bilang sih ke gue?"

"Maaf... Zia lupa," ucapnya pelan, tulus.

Ada jeda, sebelum akhirnya Jenny kembali bicara.

"Pokoknya kita harus ketemu."

"Boleh... aku juga nanti pulang sekolah mau ke rumah Bi Lina."

"Sebentar, bentar!" potong Jenny cepat. "Kalau lo pulang dari sekolah mau ke rumah Bi Lina, berarti sekarang lo tinggal di mana? Rumah Bi Lina ‘kan jauuuh banget dari sekolah lo yang sekarang!"

Zia menoleh ke arah gedung sekolah saat suara bel mulai terdengar samar dari kejauhan.

"Nanti aku jelasin, ya. Udah mau masuk nih..."

"Iya... yaudah. Bye."

"Dah!"

Zia mengembuskan napas pelan setelah telepon ditutup. Rasanya lega, tapi sekaligus berat. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus jujur pada Jenny tentang semuanya—tentang sekolah barunya, pekerjaannya, dan... mansion tempat ia tinggal sekarang bersama dua cowok rumit bernama Azka dan Aksa.

____

Langit mulai menggelap ketika bel pulang sekolah berdentang.

Para siswa berhamburan keluar dari kelas, sebagian langsung menuju gerbang, sebagian lagi mampir ke kantin atau taman belakang. Zia melangkah cepat menyusuri lorong sekolah, menggenggam tasnya erat. Bukan ke arah utara tempat mansion Oma Ririn berada, melainkan ke selatan—menuju terminal kecil yang biasa dipakai warga.

Aksa yang berjalan di belakang sempat melirik sekilas. Zia biasanya pulang lewat gerbang timur dan langsung naik mobil ke mansion. Tapi kali ini, arah langkahnya berbeda. Terburu-buru. Aneh.

Ia sempat berpikir untuk memanggilnya, tapi urung. Ia hanya mengangkat sebelah alis, lalu kembali menunduk memainkan ponsel di tangannya sambil berjalan menuju mobil jemputan keluarga.

“Terserah dia mau ke mana. Bukan urusan gue,” pikirnya datar. Tapi sedikit rasa penasaran tersisa di dadanya.

---

Rumah Bi Lina

Zia sampai di rumah Bi Lina menjelang sore. Langit sudah berwarna jingga. Rumah kecil bercat coklat itu berdiri di antara pemukiman padat. Suasana sesak, tapi tidak asing. Di teras, Paman Ardi sedang memperbaiki motor tuanya, tangannya belepotan oli. Bi Lina keluar dari dapur dengan celemek lusuh.

“Lama banget sih,” ketus Bi Lina begitu melihat Zia mendekat.

“Maaf, Bi. Sekolah yang sekarang lumayan jauh dari rumah Bibi,” ucap Zia pelan, menunduk sopan.

Tatapan Bi Lina langsung menelusuri seragam Zia yang rapi dan tampak mewah. Ada nada sinis dalam suaranya saat berkata,

“Pasti kamu disayang banget tuh sama majikan sampe dibela-belain pindah sekolah.”

Paman Ardi ikut bersuara, “Kamu pindah ke sekolah mana emangnya?”

“SMA Bina Bangsa,” jawab Zia pelan.

Bi Lina melotot kecil. “Wah, sekolah elit itu. Bisa kali kamu manfaatin majikan kamu tuh, jadi anak emas sekalian.”

“Bibi, jangan ngomong gitu. Zia nggak mau...,” sahut Zia cepat, wajahnya menegang. Ia membuka tas dan mengeluarkan amplop putih.

“Ini uang satu juta yang bibi minta kemarin.”

Ck. Bi Lina mencibir sambil menyambar amplop itu dengan kasar. “Kalau kamu pinter manfaatin majikan kamu, pasti sekarang udah bisa ngasih bibi berjuta-juta, bukan cuma sejuta.”

Zia terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan kesal.

“Zia mau ke kamar Jenny dulu,” katanya cepat.

“Ya udah sana, pergi,” sahut Bi Lina, bahkan tanpa mempersilakan masuk atau menanyakan kabar Zia lebih dulu.

---

Beberapa menit kemudian, di café kecil pinggir jalan

Zia duduk di pojok café kecil, menanti Jenny. Tak lama, sahabatnya datang dengan wajah penuh tanya. Mereka saling menyapa, sedikit tertawa, tapi raut wajah Jenny tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Obrolan mereka berisi banyak tanya, terutama soal kepindahan Zia yang tak dikabarkan.

Zia meminta maaf berkali-kali, mengatakan ia terlalu sibuk dan tidak sempat membuka ponsel. Jenny menerima, meski masih ada guratan sedih di wajahnya.

---

Di mansion, pukul 19.00

Oma Ririn mondar-mandir di ruang tengah. Jemarinya menggigiti kuku, gelisah.

“Zia kok belum pulang juga, ya?” gumamnya dengan cemas.

Aksa yang duduk di sofa sambil memainkan ponsel menoleh malas.

“Oma ngapain khawatirin Zia segitunya”

“Husst! Diam kamu. Oma gak mau berdebat sekarang!” bentak Oma Ririn tajam.

Azka hanya duduk diam, sibuk dengan laptopnya. Tapi nada tegang mulai terasa di ruangan itu.

“Kalian nggak ada niatan nyari Zia gitu?” tanya Oma Ririn frustasi.

“Gak,” jawab keduanya hampir bersamaan.

Oma Ririn menghela napas panjang. Tapi setelah beberapa menit hening, Azka mulai menoleh ke arah jam dinding. Aksa yang biasanya cuek pun tak bisa memungkiri ada perasaan aneh di dadanya.

“Tu anak ke mana sih…” batinnya, mendengus pelan.

“Gadis nakal,” batin Azka sambil mengetik sembarangan di laptop.

Langit mulai gelap ketika Zia akhirnya menapakkan kaki di pelataran mansion Oma Ririn. Nafasnya masih terengah, wajahnya basah oleh keringat. Tas punggungnya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena beban barang—tapi karena rasa cemas dan khawatir yang terus menghantuinya sepanjang perjalanan pulang.

Pintu depan tiba-tiba terbuka. Suara Oma Ririn langsung menggema.

“Zia! Dari mana saja kamu?!” serunya.

Zia berdiri kaku. Ia menunduk, jemarinya menggenggam erat tali tas.

“Saya… tadi… pulang sekolah saya—”

“Zia, kamu tahu Oma khawatir kamu kenapa-napa?” ucap Oma Ririn, nadanya terdengar tajam, tapi ada kelembutan yang tak bisa disembunyikan di balik nada marahnya.

“Tau nyusahin kita aja,” gumam Aksa dari ruang tengah sambil menyandarkan tubuh di kusen.

Oma Ririn menghela napas, lalu menepuk tempat duduk di sebelahnya di sofa. “Sini, duduk. Bilang ke Oma, kamu dari mana saja.”

Perlahan Zia melangkah mendekat dan duduk pelan di ujung sofa. Ia tetap menunduk.

“Saya habis dari rumah Bi Lina…” ucapnya lirih.

Azka yang baru turun dari lantai atas setelah menyimpan laptopnya

menghentikan langkahnya. “Untuk apa?” tanyanya, nada suaranya datar tapi jelas ingin tahu.

“Buat… ketemu aja…” jawab Zia cepat, tanpa berani menatap siapapun.

Mata Oma Ririn menyipit, memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Seolah tahu ada yang ditutupi, beliau menghela napas pelan, lalu bersuara lebih tegas.

“Zia, saya tidak suka pekerja yang tidak jujur.”

Zia menggigit bibir bawahnya. Akhirnya, ia mengangkat wajah sedikit. “Huftt… Zia tadi ke rumah Bi Lina buat ngasih uang satu juta… terus ketemu Jenny sebentar.”

Ruangan itu hening sejenak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!