Melvin Prabu Wijaya terpaksa menikahi Hana Agista guna menggantikan Arya Kakaknya menikah dan itu terjadi atasan permintaan terakhir Arya Prabu Wijaya.
Seharusnya Arya lah yang menikahi Hana Agista hari itu tapi kecelakaan malah menimpa Arya hingga merenggut nyawanya.
Membangun bahtera rumah tangga tanpa ikatan cinta, membuat Melvin dan Hana cukup sulit menyesuaikan diri.
Mungkinkah Cinta akan hadir diantara keduanya meski ada orang ketiga di dalam pernikahan mereka?
Yuk Simak kisahnya hanya di
MENIKAHI ISTRI AMANAH KAKAK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part_23 Gara-Gara Mati Lampu
Panggangan daging dan sate telah matang mereka menata semua beserta nasi putih dan sambel ranggam di atas tikar yang terhampar lebar. Mereka juga sudah mengambil posisi ternyaman mereka masing-masing.
"Ini sudah siap, ayo kita santaaap," seru Pak Dikha.
"Ayo...." Dafa menyahut seorang diri.
"Hahaha...." Suasana tempat itu dipenuhi gelak tawa.
Pluk!
Melvin menyungut kepala Dafa yang ada disamping sebelah kiri karena disebelah kanannya ada Hana yang duduk berjajar dengan Bu Niken. "Kalau makanan aja gak malu-malu, Coba kalau sama cewek," sindir Melvin.
"Ihk, Si Bos. Makanan kan yang utama, Bos. Tampa makanan gimana aku kerja," timpal Dafa tak mau kalah.
"Iya, Iya. Kamu benar Dafa, tapi bukan berarti kamu gak utamain cari Istri, itu sunah Rosul lo dan harus di jalani," sambung Pak Dikha.
"Beres, Pak Dikha. Siapin aja kado terbaiknya," tukas Dafa nyengir lagi.
"Gampang itu ma, yang penting jangan lama-lama." Bu Niken ikut menimpali.
"Siap, Bu Niken."
Mereka menikmati makanan itu dengan raut wajah bahagia.
🎶🎶 Ijinkan Aku Mencintai mu....
🎶🎶 Seluas samudra ini...
Nada dering Melvin merusak suasana yang nampak sangat hangat hingga mereka memandang dirinya.
Melvin meraih ponsel disaku celananya. Ia langsung izin saat melihat siapa penelpon nya.
"Maaf ya, aku angkat telpon dulu."
Melvin bergegas menjauh dari mereka semua.
Hana jadi melambat mengunyah makanan yang telah masuk dalam mulutnya. Ia terus saja memperhatikan Melvin yang tidak bisa menunda telpon masuk sebentar saja saat bersama rekan-rekannya. Hana yakin jika yang Menelpon Melvin pasti adalah kekasihnya.
Melvin menoleh kebelakang sesaat lalu kemudian menggeser tombol hijau sembari menggaruk pelipisnya.
"Halo, Cla. Ada apa?" Melvin mengecilkan volume suaranya.
"Melvin, kamu liburan kemana kok pergi gak bilang?" Suara Clara tampa sangat kesal. Entah darimana dia tahu dengan kepergian Melvin bersama Hana.
"Aku gak liburan, Sayang. Aku kerja," jawab Melvin.
"Bohong, tapi kenapa si wanita perebut itu ikut, ha?" Desak Clara.
"Ya, aku terpaksa. Pak Dikha yang meminta," jawab Melvin lagi.
"Alasan, kamu mau bulan madu kan?" Clara makin emosi.
"Enggak, Sayang. Aku beneran kerja." Melvin meyakinkan.
"Cukup sekali itu ya kau bersentuhan dengan Hana, jika sampai itu terjadi lagi kita putus," ancam Clara masih dengan nada sewotnya.
"Iya, iya. Ya sudah, aku gak enak sama rekan-rekanku."
"Ya udah, kasih kiss by jarak jauh," pinta Clara.
"Apa? tapi_?"
Wajah Melvin tersirat bingung, Ia tidak mungkin menolak keinginan Clara karena Clara akan tambah kesal padanya gara-gara kejadian di Mall beberapa hari lalu..
"Gak tapi-tapian, cepetan." Clara semakin memaksa.
"Iya, oke." Melvin benar-benar bingung Ia takut Kiss yang diberikannya lewat ponsel bisa saja terdengar orang-orang disana.
"Yang, cepetan aku kangen di cium sama kamu," paksa Clara semakin memburu.
Hana kembali menoleh kearah Melvin diam-diam, Ia melihat Melvin mencium layar ponsel tersebut.
"Iya, Emuahhhh."
Hana tersenyum kelu, Ia tidak tahu mengapa pemandangan itu terasa menyakitkan baginya.
"Emuahhhh," balas Clara.
"Ya udah aku matiin ya," pamit Melvin.
"Oke, inget pesan aku ya, Yang." Clara mengingatkan kali ini suaranya terdengar girang.
"Iya, Sayang. By..."
Melvin telah mematikan ponselnya yang Ia masukan kembali kedalam saku celananya dan ikut berkumpul lagi melanjutkan makanan yang Ia tinggalkan.
"Siapa, Pak Melvin?" tanya Pak Dikha.
"Mama, Pak," bohong Melvin.
"Oh.. anak Mama juga rupanya," gurau Pak Melvin.
Melvin hanya menjawabnya dengan tersenyum.
Hana pura-pura cuek, tapi hatinya tetap tersenyum getir.
"Kamu pinter berbohong, Vin."
Tak terasa malam mulai larut, mereka telah kembali ke penginapan masing-masing.
Hana mencuci seluruh tubuhnya dan berganti pakaian.
Beda dengan Melvin yang langsung tidur tengkurap diatas ranjang bertabur bunga tersebut dengan posisi melintang.
Hana paham, mungkin Melvin enggan berbagi kamar denganya sehingga sehingga Ia sengaja berbuat demikian.
Hana sudah mulai belajar terbiasa dengan kelakuan Melvin, jadi Ia memutuskan mengalah. Ia mengambil selimut dan tidur di atas sofa.
Waktu bergulir, jarum jam dinding juga berputar setiap waktu tampa henti. Tepat sekitar pukul satu dini hari, angin terdengar riuh, suara petir juga bergemuruh. Mungkin hujan lebat akan segera turun secepatnya.
Ternyata wilayah itu masih sering mati lampu saat cuaca kurang baik. Seperti yang terjadi malam itu. Bahkan mereka tidak punya pikiran untuk menyiapkan alat penerang lainnya.
Hana menggeliat dan hampir terjatuh dari sofa, Ia kemudian terbangun dari tidurnya karena kaget.
Hana baru menyadari ruangan itu gelap gulita tampa ada cahaya sedikit pun. Hana bergegas bangkit dan mencari sesuatu untuk penerangan, Ia berjalan seperti siput sambil meraba-raba hingga menemukan laci meja dan membukanya. Kedua tanganya meraba lagi isi laci tersebut tapi sepertinya hanya ada kertas dan sebuah sisir di dalamnya.
"Kemana aku harus mencarinya, apa disini tidak ada lilin sama sekali?"
Hana kembali berjalan dan meraba-raba setiap inci ruangan itu untuk mencari ponsel miliknya tapi nyatanya Ia kesulitan.
Jeledeeer!
"Aaa...."
Hana kaget dan duduk berjongkok ketakutan.
Sangat gelap dan seram itu yang Ia rasakan. Tidak ada tanda-tanda juga Melvin akan bangun.
Ceklekk!
Terdengar pintu terbuka, derab langkah kaki terdengar samar melangkah masuk ditelinga Hana.
"Siapa itu, jangan-jangan orang jahat lagi?"
Hana merinding, Ia mendadak gemetaran tapi Ia tidak berani melangkah kearah ranjang, takut orang itu akan melihat dirinya dan melakukan sesuatu yang berbahaya selain itu Ia juga lupa dimana arah letak ranjang Melvin karena ruangan itu cukup luas.
Klonteng!
Sebuah benda jatuh. Sepertinya orang itu tengah mencari sesuatu di kamar itu. Hana benar-benar tidak melihat wujud lelaki itu karena keadaan benar-benar sangat gelap.
Cahaya kilap putih menembus celah dan agak terlihat di bagian ruangan itu sekilas. Hana jadi dapat melihat kalau orang itu berada di depan lemari kaca yang memiliki dua pintu.
"Apa yang harus aku lakukan, orang itu pasti mau mencuri?" gumam Hana lirih.
Hana kembali meraba sesuatu perlahan-lahan agar orang itu tidak melihat dirinya.
Ya, Hana menemukan sebuah buku berukuran tebal di atas meja. Ia yakin buku itu cukup sakit jika dipukulkan ke orang yang mencurigakan itu berulang-ulang.
Langkahnya terhenti.
"Gimana kalau orang itu bawa senjata tajam ya, bisa mampus aku di buatnya? Ahk bodo' amat aku harus gerak cepat dan tidak boleh membiarkan orang itu mempunyai kesempatan menyerang."
Hana mengendap-endap kearah lemari dan berdiri tepat di dekat orang itu.
"Gelap amat sih, orangnya dimana tadi ya?"
"Ahk, sial. Dimana barang itu?" ucapnya pelan.
Orang itu tampak mengumpat kesal karena Ia tidak menemukan sesuatu yang di cari olehnya.
Hana semakin yakin jika orang itu pasti hendak berniat buruk. "Sebelah situ kayaknya."
Hana telah dekat dengan si pencuri, Ia bergegas memukul kan buku tebal itu ketubuh orang itu berulang-ulang. Bahkan pukulannya asal dan tidak tahu bagian tubuh mana yang Ia pukul.
Bug! Bug! Bug!
"Kena kamu, rasain. Mampus aja sekalian, dasar maling. Cari kesempatan aja kamu, mentang-mentang mati lampu," umpat Hana kesal.
"Hey, hey, apa yang kamu lakukan sakit tauk, berhenti!" teriak orang itu.
"Gak mau, biar kamu mampus sekalian." Hana terus melanjutkan aksinya hingga lelaki itu mendorongnya namun tangan Hana yang takut jatuh menarik kerah baju pria itu hingga keduanya jatuh bersamaan sampai tubuh lelaki itu menindih tubuh Hana.
Berbarengan dengan itu lampu pun ikut menyala, Hana membelalakkan mata mengetahui siapa orang yang sudah Ia pukul sepuasnya barusan.
"Kamu?"
smga mba hana cpt puli dede bayi shat sll🥰🥰