Terpaksa menikah dengan CEO tampan? Rasanya tak mungkin. Siapa yang tidak ingin dinikahi CEO tampan? Mungkin tidak ada wanita yang akan menolak.
Tapi menjadi istri kedua dan hanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga sang CEO dengan istri pertamanya? Hanya untuk melahirkan keturunannya? Hanya untuk diabaikan dan direndahkan? Siapa yang akan bersedia?
Allena, benar-benar terpaksa menikah dengan CEO tampan itu. Dan mulai menjalani hidup sebagai istri kedua yang diabaikan dan harus melahirkan keturunan sang CEO.
Apakah Allena bisa bertahan menjalani rumah tangga yang penuh derita itu atau beralih pada CEO lain yang juga tampan dan tulus mencintainya?
Sebuah karya untuk Lomba Menulis bertema
#Berbagi Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 ~ Menginginkan ~
Valendino tercenung mendengar penjelasan ibunya, laki-laki itu segera berlari mengejar Allena. Sepanjang jalan mencari gadis itu, Valendino tak henti-hentinya menyalahkan dirinya karena berprasangka buruk pada Allena.
Menilai Allena sebagai perempuan murahan yang mengganggu rumah tangga Frisca. Hal yang paling membuatnya kesal adalah tingkah Zefran yang selalu menatap benci pada Allena. Valendino menganggap itu sebagai kedok untuk menutupi skandal mereka.
Sekarang Valendino justru menyesal memperlakukan Allena dengan mesra di depan Zefran. Masuk akal jika Zefran menatap dingin pada Allena setiap kali melihat dirinya bersikap mesra pada Allena.
Ternyata Allena adalah istrinya, pantas Zefran selalu kesal melihatku memanjakan Allena. Kenapa menutupinya dari kami? Kamu tahu aku mencintai istrimu, kenapa membiarkan aku mencintai istrimu? Kenapa? Kamu tidak menyukai Allena bukan? Kamu hanya tidak ingin aku merebut istrimu, batin Valendino sambil berlari kencang mencari Allena.
Mencari-cari di antara pengunjung rumah sakit. Valendino terus berlari hingga keluar dari gedung rumah sakit itu hingga melewati gerbang.
Allena.., Allena.., kamu di mana, aku ingin minta maaf padamu. Aku telah menyakiti hatimu, jerit hati Valendino.
Valendino terus berlari hingga akhirnya melihat gadis yang dicintainya itu berjalan di trotoar sambil menghapus air matanya. Valendino mengejarnya, langsung memeluknya dari belakang dan meminta maaf.
Allena menangis tersedu-sedu berusaha melepaskan pelukan Valendino. Gadis itu merasa sedih karena telah bertekad untuk melupakan Valendino. Meski hatinya sedih mendengar ucapan laki-laki itu tapi Allena rela.
Allena rela Valendino membencinya, memandang rendah dirinya sebagai bunga pelengkap. Selamanya menjadi bunga pelengkap meski berusaha menguasai sebuah rangkaian bunga. Baginya, Allena tak lebih dari bunga yang tidak akan pernah dihargai orang
"Lepaskan saya Tuan, biarkan saya pergi," ucap Allena masih menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku Allena, aku bersalah. Aku berprasangka buruk padamu. Aku mengira kamu gadis penggoda sahabatku. Aku mengira kamu wanita perusak rumah tangga orang. Wanita yang menjual dirinya demi harta. Aku salah Allena, aku tidak mengira kamu telah menikah dengan Zefran," jelas Valendino.
"Tuan tidak salah, apa yang tuan pikirkan tentangku semuanya benar. Aku wanita penggoda yang menyakiti hati istrinya. Aku menjual diriku demi uang untuk melunasi hutang keluargaku. Aku hanya bunga pelengkap yang tidak akan pernah dipandang dan dihargai orang. Aku tidak pantas untuk siapa pun," balas Allena menatap lurus ke depan dengan air mata yang mengalir.
Valendino membalik tubuh Allena, gadis itu menatap kosong lurus ke dada laki-laki itu. Valendino memeluknya, Allena hanya diam tak membalas pelukan itu. Valendino membelai lembut rambut Allena.
"Benarkah Zefran menikahimu hanya untuk melahirkan anaknya?" tanya Valendino.
Allena diam, apa pun alasan Zefran menikahinya Allena tidak peduli lagi. Harusnya dia bahagia, dia telah melakukan sesuatu untuk ibunya. Membebaskan ibunya dari jerat hutang. Tak ada yang perlu disesalinya lagi semua itu dilakukannya demi orang-orang yang disayanginya.
Ibunya rela mencari pinjaman demi untuk menyelamatkan nyawa ayahnya. Uang pinjaman yang berhasil memperpanjang umur ayahnya hingga beberapa bulan. Namun, setelah itu sang ayah tak sanggup lagi bertahan.
Meski segala upaya mereka usahakan, meski harus meminjam uang lagi. Tapi semua telah cukup, ibunya tak perlu melakukan apa-apa lagi. Tak perlu meminjam ke sana kemari lagi. Karena ayahnya telah memilih untuk berhenti, berhenti bertahan.
Beberapa bulan hidup lebih lama sangat berarti bagi Allena dan ibunya meski harus meninggalkan sejumlah hutang untuk mereka pikirkan. Namun sekarang semua telah berakhir. Allena harusnya bersyukur meski untuk semua itu air mata yang akan menjadi bayarannya.
Zefran tidak menganggapnya sebagai istri, tak ada cinta untuknya. Allena hanya berguna untuk menjaga agar rumah tangganya tetap tenang. Dan sekarang entah apa sebabnya laki-laki yang biasanya bersikap dingin padanya itu menuntut untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Aku harus pulang Tuan" ucap Allena dengan suara yang serak.
"Jangan panggil aku seperti itu!" ucap Valendino.
"Aku harusnya memanggilmu seperti itu Tuan. Agar aku tidak terlena, agar aku tahu diri, agar aku tidak berharap, agar aku tidak ..."
"STOP Allena CUKUP! Jangan teruskan lagi, ucapanmu itu membuatku merasa bersalah. Aku ingin kamu berharap padaku. Tolonglah Allena, bisakah kita kembali seperti dulu lagi?" tanya Valendino.
"Aku harus pulang Tuan," ucap Allena mengulangi ucapannya.
"Allena, beri aku kesempatan lagi, aku mohon. Biarkan aku menunggumu lagi. Aku menyesal atas apa yang kulakukan padamu. Aku ingin kembali padamu, aku ingin bahagia lagi bersamamu. Tuntaskan janji pernikahan kalian. Berilah dia anak yang dia inginkan, lalu bebaskanlah dirimu dan menikahlah denganku," ucap Valendino memohon.
Allena menatap laki-laki itu dengan tatapan sayu, sejujurnya dia tidak tahu apa yang diinginkannya. Menerima hidup sebagai istri kedua Zefran selamanya atau mencoba meraih bahagia bersama Valendino.
"Aku tidak bisa memikirkan apa pun Tuan. Aku hanya ingin pulang," ucap Allena pelan.
Valendino pasrah, laki-laki itu akhirnya mengantar Allena kembali ke toko bunga. Allena menolak namun laki-laki itu memaksa. Valendino menatap sekilas gadis yang terlihat murung itu dari balik kaca toko lalu kembali ke rumah sakit.
Sementara itu di kantornya, Zefran diam mendengar ucapan Patrick -- Personal Assistant-nya.
"Menurut saya, Tuan berlaku tidak adil terhadap Nyonya Allena. Harusnya tuan menjalankan kewajiban sebagai seorang suami. Bagaimanapun juga Nyonya Allena telah sah menjadi istri Tuan," ucap Patrick.
Zefran memijat pangkal hidungnya, mencoba meringankan kepalanya yang terasa sakit. Hari itu Zefran terlihat murung, personal assistant-nya yang juga telah dianggap Zefran sebagai sahabatnya itu mencoba memberikan saran.
"Bagaimana dengan Frisca? Dia tidak akan bisa menerima kalau aku membagi cinta," ucap Zefran sambil tersenyum miring.
"Semua ini terjadi karena Tuan membiarkannya berlarut-larut. Semakin cepat Nyonya Allena melahirkan semakin baik untuk kehidupan pernikahan Tuan dan Nyonya Frisca. Bukankah itu tujuan tuan menikah dengan Allena?" tanya Patrick.
Kepala Zefran terasa semakin sakit, laki-laki itu berdiri dan memandang keluar jendela. Pemandangan gedung-gedung tinggi itu hanya ditatap kosong olehnya.
Sore itu Zefran langsung pulang, laki-laki itu tidak ingin berkumpul dengan teman-temannya di Night Club. Meski harus terjebak macet, laki-laki itu memilih pulang lebih awal.
"Tidak biasanya pulang jam segini? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Mahlika yang duduk di ruang tengah sambil membaca majalahnya.
"Aku baik-baik saja," ucap Zefran duduk di hadapan ibunya sambil melepas dasinya.
"Aku pulang Mommy," ucap Allena juga pulang sehabis bekerja di toko bunga.
"Ya, Allena, kamu pasti lelah, istirahatlah!" ucap Mahlika.
Allena menoleh pada suaminya. Melihat Allena, jantung Zefran berdebar-debar. Laki-laki itu langsung memalingkan wajahnya. Allena menatap murung suaminya yang memalingkan wajah darinya.
"Aku pulang Tuan," ucap Allena menyapa dan dibalas anggukan sekilas oleh Zefran.
Allena pamit masuk ke kamarnya, berjalan dengan murung ke lantai atas. Sikap Zefran yang terlihat tak peduli padanya membuat Allena murung. Sejak insiden di kantor, Zefran memang terlihat menjaga jarak dengan Allena.
Saat makan malam rasa canggung itu masih muncul. Tidak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Zefran yang memperlihatkan keheranannya pada Frisca yang masih belum pulang bekerja.
"Jam segini masih belum pulang?" ucap Zefran sambil melirik jam dinding.
"Siapa? Frisca?" tanya Mahlika.
"Ya, apa mungkin lembur. Bagaimana kerja karyawannya hingga seorang Direktur Bisnis bisa sesibuk itu?" tanya Zefran.
"Kenapa baru bertanya sekarang, bukannya setiap hari Frisca memang pulangnya malam. Hanya selisih dua jam sebelum kamu pulang atau bahkan hanya sedikit lebih cepat darimu," ucap Mahlika.
"Apa? Dia selalu pulang larut malam?" teriak Zefran kaget.
"Mommy pikir kamu tahu kebiasaannya itu. Entah apa yang dikerjakannya tapi dia memang tidak pernah pulang cepat. Jam sepuluh malam adalah rekor pulang tercepatnya," ucap Mahlika.
Allena hanya mendengarkan sambil menyantap makan malamnya tanpa sedikit pun memberi komentar.
"Mungkin dia kesepian karena kamu selalu pulang malam. Apa yang akan dilakukannya di rumah jika pulang lebih cepat?" pikir Mahlika.
"Tetap saja, apa karena suaminya pulang malam dia ikut pulang malam juga. Dia seorang istri, harusnya menunggu suami di rumah," ucap Zefran kesal.
"Dia menunggumu, satu jam atau dua jam sebelum kamu pulang" ucap Mahlika sambil tertawa.
Reflek Zefran menoleh pada Allena, gadis yang ikut menoleh ke arahnya itu pun segera tertunduk. Zefran sangat ingin Allena berhenti bekerja di Night Club tapi merasa tidak punya hak melarangnya. Zefran merasa belum cukup menjadi seorang suami bagi Allena.
Allena merasa tidak enak hati, Zefran tidak suka istrinya masih di luar rumah saat malam. Sementara Allena justru mulai bekerja saat malam tiba. Allena segera pamit berangkat kerja. Ny. Mahlika mengangguk sedangkan Zefran hanya diam. Sangat jelas kalau Zefran tidak suka Allena bekerja di Night Club itu.
Zefran menghabiskan waktunya di ruang kerjanya namun pikirannya justru semakin terasa kusut. Laki-laki itu berdiri di balkon samping kamarnya dan menikmati angin malam.
Kedua istrinya ada di luar rumah dan yang lebih membuat laki-laki itu uring-uringan adalah membayangkan Allena yang bertemu Valendino dengan bebas di Night Club.
"Sial, kenapa aku pulang lebih cepat? Sekarang si Valen justru bebas menggoda istriku. Oh sial, apa sebaiknya aku susul saja ke sana?" ucap Zefran bicara sendiri.
Tapi bukankah hari itu, Valen membatalkan secara sepihak acara makan malam mereka? Pasti telah terjadi sesuatu, aku harap Valen berhenti mendekati Allena, batin Zefran
Zefran mencoba untuk tidur tapi pikirannya melayang kemana-mana.
Benar-benar tidak betah rasanya sendirian di rumah, jerit hati Zefran.
Laki-laki itu akhirnya menyalakan televisi dan memilih salah satu siaran televisi berlangganan. Bolak balik menekan tombol hingga akhirnya Frisca muncul dalam keadaan mabuk.
"Oh, suamiku yang setia ternyata sudah pulang," ucap Frisca.
Ucapan istrinya itu terasa menyindirnya, membuat Zefran menjadi geram.
"Dari mana saja kamu?" tanya Zefran.
"Aku, ya tentu saja bersenang-senang" ucap Frisca lalu jatuh ke ranjang.
Wanita itu tidak peduli lagi jika dia ketahuan mabuk dan pulang malam. Jika biasanya dia akan langsung berendam di kolam air panas dengan aromaterapi agar kembali segar untuk menyambut suaminya pulang. Sekarang Frisca tidak peduli lagi, wanita itu lebih memilih untuk tidur.
Zefran berdiri dari ranjangnya dan merasa kesal melihat Frisca yang tidur sembarangan. Zefran merasa kesal dan memilih tidur di balkon.
Tertidur sekejap lalu kembali terbangun. Zefran berdiri dan menatap Frisca tertidur dalam posisi tertelungkup di ranjang. Tiba-tiba terdengar pintu kamar Allena yang dibuka. Zefran terdiam sejenak lalu memutuskan masuk ke kamar Allena.
Di kamar itu, Zefran tak melihat Allena, lalu beralih ke kamar mandi namun tak terdengar aktivitas di dalam sana. Zefran menoleh ke walk in closet. Dan benar saja tak lama kemudian Allena keluar dari sana sambil mengenakan lingerie.
Allena kaget mendapati laki-laki itu berdiri di hadapannya. Sementara Zefran memandang terpesona tubuh Allena yang sedang mengenakan pakaian tidur yang seksi itu.
Allena tidak menyangka kalau Zefran akan kembali datang di kamarnya. Setelah sekian lama tak pernah lagi tidur di kamar itu. Zefran memalingkan wajahnya dari tampilan yang membuatnya menelan ludah.
Zefran segera merebahkan diri di ranjang dan mencoba untuk tidur. Melihat itu Allena mengambil bantal dan selimut untuknya tidur di sofa.
"Allena," ucap Zefran.
Allena menoleh, Zefran duduk di ranjang.
"Tidurlah di sini," ajak Zefran menepuk ranjang disampingnya.
"Tapi ... biasanya saya tidur di sofa kalau tuan tidur di kamar ini," ucap Allena.
"Mulai sekarang jangan tidur di sofa lagi, tidurlah di sini!" seru Zefran.
Allena masih ragu, gadis itu hanya berdiri mematung dan terlihat bingung. Melihat itu Zefran bangun, meraih bantal dan selimut dari tangan gadis itu lalu kembali menaruhnya di ranjang.
Allena hanya melihat apa yang dilakukan Zefran. Zefran menyuruhnya tidur di ranjang. Allena masih berdiri mematung. Zefran mendekatinya dan menggendong gadis itu. Allena kaget namun akhirnya diam menuruti.
Zefran menaruh Allena pelan di ranjang. Lalu menatap gadis dari dekat. Allena pasrah ketika perlahan laki-laki itu mendekatkan wajahnya. Zefran membenamkan bibirnya ke bibir gadis itu. Perlahan, lembut dan hangat, bermain lidah di dalam rongga mulut gadis itu.
Dalam sekejap laki-laki itu melucuti apa yang melekat di tubuh mereka.
Zefran memeluk tubuh yang telah polos itu dan menguasai sepenuhnya leher, bahu hingga dada gadis itu. Allena memejamkan matanya ketika Zefran memulai aksi bercintanya.
Allena ... Aaah Allena ... Aku mencintaimu sayang, aku sangat mencintaimu, jerit hati Zefran.
Desah nafas Zefran yang memburu menjadi tanda berakhirnya aksi bercintanya. Zefran mengecup kening gadis itu lama, lalu turun ke bibirnya.
Zefran melepas pelukannya dan rebah di samping gadis itu. Zefran menarik tubuh gadis itu mendekat kearah dan membuat Allena bersandar di dadanya. Kembali laki-laki itu mengecup puncak rambutnya.
Allena memberanikan diri mengangkat wajahnya dan memandang wajah laki-laki itu. Zefran tersenyum mengetahui gadis itu sedang memandangnya. Allena merasa heran atas sikap suaminya itu.
Zefran menoleh ke arah Allena, gadis itu buru-buru menunduk. Zefran mengangkat dagu gadis itu memaksa melihat ke arahnya.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Zefran.
"Tidak ada," ucap Allena pelan.
Zefran tersenyum dan memejamkan mata sambil memeluk Allena. Tak lama kemudian mereka pun terlelap.
Keesokan paginya Allena bangun, melepaskan pelukan Zefran perlahan lalu melangkah ke kamar mandi. Membersihkan dirinya dan kembali ke kamar. Zefran masih tertidur, Allena menatap laki-laki tampan itu dengan tatapan sayu.
Kenapa Tuan? Kenapa aku selalu merasa ini hanya sementara? Kebaikanmu, sikap manismu. Kenapa aku tidak percaya Tuan sungguh-sungguh menginginkanku. Tidak, Tuan tidak menginginkanku, Tuan hanya menginginkan anak dariku, jerit hati Allena dengan nafas yang terasa berat.
Allena membangunkan Zefran, laki-laki itu tersenyum menatapnya lalu duduk dan mengecup bibir Allena. Laki-laki itu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Terima kasih sayang, batin Zefran sambil membayangkan kejadian manis tadi malam.
...~ Bersambung ~...
kau surve 1000 pembaca lelaki
aku yakin 100% tidak akan ada mau punya istri kayak Alena
*istri tapi gampang meladeni pria lain
*istri tapi gampang kontak fisik (pelukan dengan pria lain, sudah tidak terhadap berapa kali Alena pelukan dengan pria lain
*istri yang tidak bisa menjaga perasaan suami dari cemburu
*istri yang lebih menentukan perasaan pria lain dari pada perasaan suaminya
*istri munafik suaminya cemburu dibilang cemburu buta tapi dia sendiri cemburu juga
*istri makan ada masalah sedikit pergi dari rumah, sudah dua kali Alena buat suaminya hampir mati karena kelakuan laknatnya
*fakta zebran sudah berkali makan hati dan mengeluarkan airmata karena Alena, dan sudah berap kalian zefran diremehkan dan direndahkan pria lain
*Alena istri yang tidak bisa menjaga harga diri suaminya didepan pria lain
wanita kayak gini yang kalian bangga kan
aku yakin 100% tidak akan ada lelaki yang mau punya istri kayak Alena
dan mirisnya novel ini membela dan membenarkan semua kelakuan Alena dan valen
jadi doaku semoga author dapat suami yang sifatnya kayak alena dan semoga author punya sahabat wanita yang sifat dan baiknya kayak valendino yang selalu baik dan perhatian pada suami author, amin
*saat Alena cembur 100% kesalahan zefran karena tidak bisa menjaga dan peka terhadap perasaan dan hati istrinya
kecemburuan Alena kalian benarkan, dan kalian menghujat zefran
*tapi saat zefran cemburu tetap 100% kesalahan zefran karena kalian anggap cemburu buta, tidak percaya istrinya,
otak egois kalian, kalian hanya pikir perasaaan Alena tapi kalian tidak sadar zefran juga punya perasaan.
suami mana tidak cemburu melihat istrinya dekat dengan pria lain bahkan sampai sering kontak fisik,
sadar tidak kelakuan Alena yang terlalu dekat pada lelaki lain itu juga melukai perasaan suami, ingat suami kalian juga punya perasaan
Thor pakai otak sedikit saja tempat kan lah salah ya salah benar ya benar jika zefran salah ya salah jika kelakuan Alena salah ya salah, jangan kalian selalu membela dan membenarkan kelakuan alena
salam akal waras wanita