NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sadewa, are you okay?

"Awas ya lo, Lucy. Gue gak akan tinggal diam setelah lo buat Andika kayak gini!"

Dea kemudian mengeluarkan ponsel, menekan nomor kenalannya. Di ujung nada bibir terdengar suara yang tenang.

“Halo?”

“Gue minta lo awasin gerak-gerik seseorang,” Dea berkata cepat, terpotong amarah yang masih membara. “Nanti gue kirim fotonya. Pergerakannya, siapa yang datang ke mana, catat semua.”

Di seberang, suara itu tenang menjawab, “Baik, Bu. Laksanakan.”

Dea menutup panggilan dan menatap gerbang penjara sekali lagi. Ia membuka galeri, memilih foto yang diperlukan, lalu mengirimkannya. Jari-jarinya menekan layar dengan tenang—ketenangan yang berisi keputusan. Di dadanya, tekad itu berubah menjadi rencana awal yang dingin

Sementara itu, di dalam mobil, suasana terasa hening. Hanya suara mesin dan deru kendaraan lain yang terdengar samar di luar.

Dewa melirik sekilas ke arah Lucy, mencoba memecah keheningan.

“Lo udah makan kak? Mau makan dulu nggak?” tanyanya pelan.

Lucy tampak berpikir sejenak, “Udah sih, tapi cuma dikit tadi...emm...boleh deh tapi gue gak mau nasi.”

Dewa mengangguk singkat, pandangannya menyapu jalan di depan. “Oke, bukan nasi ya.”

Ia terus menyetir perlahan sambil menelusuri deretan lampu kota. Tak lama kemudian, matanya tertuju pada sebuah kedai bakso di sisi kiri jalan — Bakso Tjap Haji. Salah satu tempat penjual bakso yang cukup terkenal di Bandung.

Senyum tipis terbit di wajahnya. “Itu aja gimana? Bakso kayaknya enak nih, dingin-dingin begini.”

Lucy ikut menoleh ke arah yang sama, lalu mengangguk setuju.

Mereka pun menepi ke bahu jalan, parkir di dekat warung, dan melangkah keluar. Malam Bandung yang sejuk menyambut keduanya.

Begitu Dewa dan Lucy melangkah masuk ke Bakso Tjap Haji, aroma kuah kaldu yang kuat langsung menyapa hidung mereka. Suasana di dalam cukup ramai. Suara sendok beradu dengan mangkuk, tawa pelanggan, dan bunyi denting gelas membuat tempat itu terasa hidup.

Mereka berjalan agak ke dalam, mencari tempat yang sedikit lebih tenang. Di sudut paling ujung, dekat jendela besar, Dewa menarik kursi untuk Lucy. Lalu ia menarik kursi lagi yang di sebelahnya untuk dirinya sendiri.

Tak lama, seorang pelayan menghampiri sambil membawa buku menu.

“Silahkan, mau pesan apa kak?” tanyanya ramah.

Dewa melirik ke arah Lucy. “Lo mau pesan apa?”

Lucy membuka menu, menatap daftar makanan sebentar lalu menutupnya lagi. “Samain aja, minumnya es jeruk.”

Dewa mengangguk. “Kalau gitu, saya pesan paket bakso spesial dua, satu porsi bakso goreng, satu es jeruk, satu es kopi susu aren, sama satu air mineral ya, Mbak.”

Pelayan itu mencatat cepat sambil tersenyum. “Baik, ditunggu ya, Kak.”

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang lengkap.

Uap panas dari mangkuk bakso mengepul harum, menggoda selera.

Pelayan menata semuanya di atas meja dengan rapi.

“Ini dua bakso spesialnya, satu bakso goreng, es jeruk, kopi susu aren, dan air mineral. Selamat menikmati, Kak.”

Lucy tersenyum. “Makasih ya, Mbak.”

“Ya, sama-sama,” jawab si pelayan sebelum berlalu.

Lucy mengambil sendok, bersiap mencicipi bakso di depannya. Tapi baru satu detik kemudian wajahnya berubah kecewa.

Dewa yang memperhatikan langsung mencondongkan badan sedikit. “Kenapa? Ada yang salah sama pesanannya?”

Lucy menghela napas pelan. “Gue lupa bilang jangan pakai seledri. Hftt…”

Dewa menatap mangkuk itu, lalu tanpa banyak bicara menariknya pelan ke hadapannya.

“Yaudah, sini. Biar gue pisahin.”

Lucy refleks mau menolak, tapi Dewa sudah lebih dulu bergerak. Dengan telaten, ia memisahkan potongan seledri satu per satu dari mangkuk Lucy, memastikan kuahnya bersih tanpa sisa hijau kecil itu.

Lucy hanya diam, menatap.

Dalam hati ia bergumam, “Seumur-umur si mokondo Andika belum pernah segitunya care sama gue. Eh! Tunggu! kok malah jadi ngebandingin sih.”

Ia buru-buru mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk membuka sumpit.

Dewa mendorong kembali mangkuknya. “Nih, udah bersih. Aman.”

Lucy tersenyum kecil. “Makasih ya.”

“Hmm.”

Akhirnya mereka mulai menyantap bakso masing-masing.

Suasana di antara mereka perlahan jadi lebih santai dan hangat.

Setelah selesai makan, Dewa dan Lucy memutuskan untuk langsung pulang. Malam sudah cukup larut, jalanan mulai lengang. Di perjalanan, keduanya tak banyak bicara—hanya suara radio pelan yang mengisi keheningan.

Begitu sampai di rumah, Dewa buru-buru masuk kamar mandi saat ponselnya berdering.

Lucy sempat mau menegurnya, tapi urung ketika mendengar nada suara Dewa yang berubah serius.

“Halo, Pak… gimana soal permintaan saya tadi?”

Suara Pak Dayat di seberang terdengar pelan tapi tegas.

“Maaf, Den. Saya kesulitan melacak nomornya. Nomor itu ternyata sekali pakai jadi langsung nonaktif setelah kirim pesan.”

Dewa terdiam, rahangnya menegang. “Sial! oke, kalau gitu makasih, Pak.”

Ia menutup panggilan dengan napas berat, menatap pantulan wajahnya di cermin—pucat, gelisah.

Di luar, Lucy yang tadinya hendak mengetuk pintu berhenti. Ia mendengar samar potongan percakapan itu. Kata melacak nomor dan sekali pakai membuatnya penasaran.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terdengar akan terbuka. Refleks, Lucy berlari kecil ke dapur, pura-pura sedang mengambil air minum.

Begitu Dewa keluar, ia menatap Lucy sekilas, ekspresinya berusaha tenang, seolah tak terjadi apa-apa.

Namun di balik sorot matanya, ada sesuatu yang jelas tak beres.

Malam itu suasana rumah begitu tenang. Lucy dan Dewa memutuskan beristirahat.

Dewa terlihat lebih diam dari biasanya, setelah menerima panggilan telepon dari Pak Dayat. Sementara Lucy memilih tidak banyak bertanya.

Begitu lampu kamar dimatikan, hanya suara detik jam di dinding yang terdengar. Tak butuh waktu lama sampai keduanya terlelap.

Sekitar pukul dua dini hari, Lucy terbangun. Tenggorokannya terasa kering, jadi ia beranjak pelan dari tempat tidur agar tidak membangunkan Dewa.

Namun begitu melangkah keluar kamar, langkahnya terhenti.

Dari arah ruang tamu, ia melihat sosok Dewa. Duduk di ujung sofa, tubuhnya agak membungkuk, mata terbuka tapi kosong menatap ke depan.

Lampu tak menyala, hanya cahaya samar dari luar yang menyoroti wajahnya.

Lucy mematung beberapa detik, pikirannya mencoba mencerna apa yang dilihatnya.

“Dewa…?” panggilnya pelan.

Tak ada respons.

Dewa tetap diam, kedua tangannya menggenggam lutut, bibirnya bergerak seolah berbisik sesuatu—tapi suaranya nyaris tak terdengar. Jantung Lucy berdebar. Lucy melangkah pelan mendekat. Semakin dekat, semakin jelas wajah Dewa terlihat dalam cahaya redup.

Ada sesuatu di sana. Ekspresi yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Bukan sekadar kosong, tapi seperti ada luka yang menekan dari dalam.

Matanya terbuka, tapi tatapannya jauh…

Lucy kemudian berjongkok di hadapan Dewa, menatapnya penuh khawatir.

Dewa masih belum sepenuhnya sadar, matanya terbuka tapi kosong. Ia menunduk, bahunya bergetar samar.

Setetes air mata jatuh dari ujung matanya,

Lalu bibirnya bergerak, menggumam pelan.

“Gue… bukan pembunuh…”

...----------------...

Dea, gak usah aneh-aneh deh yaa 🙃

Halo halo bagaimana bab hari ini? Semoga tidak membosankan yaa 🥰

Hmm...

Kenapa dewa bergumam seperti itu ya? Apa yang terjadi padanya di masa lalu? 🙄

Staytune terus ya untuk setiap kelanjutan cerita Dewa - Lucy 😘

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak seperti vote like dan komentar nyaa supaya aku tahu kalau Dewa - Lucy punya pembaca nih 😂

Terimakasih! 💕

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!