DIRIKU Bukan IBU Tiri Yang Kejam

"Suami ku ada apa dengan raut wajahnya mu itu, kamu terlihat seperti orang kebingungan" Mely melihat Sem mondar-mandir tak jelas di dalam rumah nya.

"Istri ku kamu sudah kembali?" Sem tak mendengar pintu terbuka, dia sedikit terkejut dengan keberadaan Mely.

"Aku sudah dari tadi masuk ke dalam, bahkan belanjaan pun sudah selesai aku bereskan" Mely mendekati sang suami dan duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

"Maaf aku tak melihat mu masuk" Sem menjadi tak enak, karna tak membantu sang istri untuk berbenah.

"Tak apa-apa Suami ku.. lagian kamu ini kenapa.. kenapa kamu seperti sedang kebingungan?" Mely heran melihat sang suami seperti orang linglung.

"Aku melihat sesuatu yang aneh terjadi Istri ku" Sem duduk di kursi lain nya di samping Mely.

"Memang nya kamu lihat apa??" Mely penasaran dengan sesuatu itu hingga. membuat sang suami nampak kebingungan.

""Tadi Nenek Sarah datang lagi ke rumah Sherina.. " Sem mulai bercerita.

"Benarkah itu??" Mely tak. menyangka jika Nenek Sarah akan terus melakukan hal tersebut.

"Iya itu benar.. tapi ada sesuatu yang membuat ku terkejut.. sebenarnya aku agak takut juga" Sem mengingat kembali saat Dias kejang-kejang dengan badan sedikit gosong.

"Memang nya kamu lihat apa lagi Suami ku?" rasa penasaran Mely semakin bertambah.

"Kamu tau Istriku?? kejadian tadi begitu aneh juga menakutkan... " maka mengalir lah cerita tentang anak-anak Nenek Sarah yang si serangan setan.

"Itu... tidak mungkin" Mely meragukan cerita sang suami.

"Jika aku tak melihat nya dengan mataku sendiri, aku pun sama seperti mu, aku tak akan percaya dengan hal itu.. tapi tadi aku melihat nya.. dan sampai sekarang aku masih takut jika mengingat nya" Sem merinding, sudah dapat di pastikan bagaimana rasanya jika dia mengalami hal serupa.

"Mengerikan sekali.. apa itu ulah dari penunggu rumah Sherina, parsi penunggu rumah Sherina tak suka atas berbuat anak jahat Nenek Sarah" Mely mengambil kesimpulan bahwa yang menyerang anak-anak Nenek Sarah adalah makhluk penunggu rumah Sherina.

Wkwkwkwk.. ada-ada aja, padahal nih ya itu adalah energi listrik yang sengaja di pasang oleh Sherina ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀) .

"Aku rasa juga begitu.. lagipula mereka sama saja berbuat kejahatan, karna mereka sudah mencuri di rumah Sherina" Sem masih belum percaya dengan perbuatan Nenek Sarah.

Sem dan Mely terus bercerita, Mely juga menceritakan tentang Sherina juga kelima anak tirainya ketika di pasar kota.

Namun obrolan mereka harus terhenti, karna tiba-tiba terdengar keributan di depan rumah Sherina.

Siapa lagi pelaku nya kalau bukan Nenek Sarah beserta anak menantu serta kedua cucu nya.

Kini Nenek Sarah sedang berteriak-teriak meminta Sherina agar ke luar untuk menemui nya.

"Apa lagi yang akan di lakukan Nenek Sarah??" Mely heran dengan tingkah satu Nenek tua itu dia selalu senang membuat ulah.

"Sebaik nya kita lihat saja" Sem mengajak Mely untuk melihat situasi di rumah Sherina, mereka akan membantu Sherina jika Nenek Sarah berbuat sesuatu berlebihan.

"Sherina.. keluar lah. Sherina.. " Nenek Sarah berteriak memanggil Sherina.

"Ibu.. itu.. seperti nya suara Nenek" Alina mendekati Sherina karna Alina sangat merasa takut pada Nenek Sarah.

"Tenang lah Ibu ada disini" Sherina menenangkan Alina, dia tak ingin Alina mempunyai rasa takut berlebihan yang akhirnya akan mendatang kan rasa trauma.

"Alena.. jaga Adik mu.. Ibu akan melihat ke depan" Sherina meminta Alena untuk menjaga Alina.

"Ibu hati-hati" Alina tak ingin sang ibu kenapa-napa.

"Kamu jangan takut, Ibu akan baik-baik saja" Sherina menyakinkan Alina agar bisa si tinggal.

"Ibu kami ikut" Zevan, Zevan serta Zevan tak akan membiarkan Sherina menghadapi Nenek Sarah seorang diri.

"Kakak jaga Ibu dengan baik" Alina tak meminta kakak-kakak nya untuk menjaga Sherina.

"Tentu.. " jawab Zevan agar adik nya tak terlalu takut.

"Sherina... cepatlah keluar.. " Nenek Sarah terus memanggil Sherina karna Sherina belum keluar juga, dia ingin mendobrak pintu nya namun dia takut kejadian tadi pagi terulang.

Para tetangga sudah banyak yang datang, mereka seperti terpanggil ketika mendengar teriakan Nenek Sarah

Vivian juga sudah ada di sana, bahkan Vivian berada di barisan paling depan, seakan takut tak dapat melihat pertunjukan seru, Vivian sampai rela berdesakan agar berada di posisi paling depan.

"Nenek Sarah ada apa?" Vivian bertanya dengan penuh penasaran.

"Aku ingin meminta sesuatu dari menantu kurang ajar ku itu" mau meminta tapi masih negata-ngatai Sherina.

"Memang nya mau minta apa?? mereka kan tidak punya apa-apa" Vivian tak melihat rombongan grobak sapi, karna kebetulan Vivian baru menuju untuk pulang.

"Apa kamu tidak tau.. mereka berbelanja banyak sekali dari kota kecil" Nenek Sarah memberitahu Vivian.

"Begitu ya? aku tidak tau karna aku baru pulang" Vivian agak kesal mendengar Sherina dapat berbelanja banyak.

"Ada apa Nenek Sarah, kenapa anda berteriak memanggil ku?" Sherina membuka pagar reyot gubuk nya.

"Sherina.. dia itu Ibu mertua mu.. tapi kenapa kamu tak sopan kepadanya?" Vivian memperburuk keadaan, karna Vivian berharap Nenek Sarah marah besar pada Sherina.

"Menantu.. kalau iya aku menantunya.. lalu kenapa dia menelantarkan aku dan anak-anak ku di saat kami kelaparan?" Sherina tentu menanyakan hal itu, agar Vivian tak berani lagi mencampuri urusan nya.

"Kau.. kau benar-benar menantu kurang ajar, di depan mata ku sendiri kau berani membicarakan ku" Nenek Sarah meraung marah mendengar ucapan Sherina.

"Kenapa anda marah?? bukan nya ucapan tadi adalah kenyataan?" Sherina suka melihat Nenek Sarah ketika marah, Sherina merasakan hiburan tersendiri.

Mak said: Sherina emang agak lain ya.. orang mah takut liat orang ngomel, nah Sherina dia malah sengaja bikin orang ngomel ◡̈⃝︎ ​᭄.

"Kau.. kau jangan memfitnah ku" kembali Nenek Sarah meraung marah tak menerima ucapan Sherina.

"Fitnah.. fitnah apa yang anda maksud? semua orang disini tau bagaimana perlakuan anda terhadap saya juga pada anak-anak saya!" Sherina terus membuat Nenek Sarah semakin marah.

"Berhenti kau perempuan gila.. " Nenek Sarah semakin menjadi, dan kemarahan nya semakin tak dapat di kendalikan.

"Jangan marah-marah terus Nenek, nanti anda cepat meninggal.. " dengan sengaja Sherina malah semakin membuat Nenek Sarah marah.

"Kau.. kau.." Bruukkk... Nenek Sarah jatuh tak sadarkan diri, dia tak bisa mengontrol emosi nya, hingga dia jatuh pingsan.

"Ibu.. Nenek.. " teriak serentak anak menantu serta cucu Nenek Sarah.

"Kau.. kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu" Dias menjadikan kejadian ini alasan untuk memeras Sherina.

"Tanggung jawab apa yang kau maksud?" dengan sengaja Sherina berjalan mendekat ke arah Dias.

Tentu saja Dias merasa takut dengan sikap Sherina.

Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya 👋👋.