kisah cinta dua anak manusia yang tumbuh bersama sejak kecil, tapi karena suatu hal yang akhirnya membuat mereka berpisah.
kisah tentang seorang Elio pewaris tunggal keluarga konglomerat dengan seorang gadis bernama Aurora yang hidupnya penuh teka teki dan misterius.
bisakah elio membawa kembali gadis tercintanya untuk bisa selalu bersama dengannya?
ikuti kisah mereka, dan jangan lupa tinggalkan jejak untuk terus menyemangati author....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
BRUAAAK....
Suara pintu yang dibuka dengan keras itu membuat 4 pemuda yang sibuk Dengan laptop di depannya menoleh kearah sumber suara, Elio yang fokus menyuapi Aurora makan pun ikut menoleh begitu juga dengan Aurora.
"buset, Bianca, Lo asal nyeruduk aja",
" eh, Lo yang dorong gue Mon Mon",
mata ke 3 gadis itu kaget mendapati ruangan itu malah penuh dengan cowok cowok tampan,
"CALISTA...", suara cempreng dua gadis itu menggema di seluruh ruangan, sedangkan satu gadis lainnya hanya bisa geleng geleng kepala,
"Mona, Bianca, Wenda...", seru Aurora ikut kegirangan hampir melompat dari kasurnya sampai membuat Elio kaget,
Mereka berpelukan sangat erat, para pemuda disana hanya menatap tak ingin bertanya, Elio pun bergabung bersama 4 teman lainnya, mendengar mereka memanggil dengan nama Calista, pasti itu adalah teman teman Aurora dari bandung,
"caaalll, ya tuhan gue hawatir banget sama Lo cal", ucap Mona,
"kenapa sih cal Lo selama ini gak mau jujur sama kita, katanya kita sahabat Lo, tapi hal sebesar ini aja Lo gak mau jujur", omel Bianca,
"are you oke cal? ", tanya wenda lebih Tenang,
"Vano yang ngasih tahu kalian semuanya?", tanya Aurora,
" hemmm, kita nyariin Lo, karena ponsel Lo gak aktif, kita tanya ke dia tapi gak mau jawab, ya udah deh kita paksa aja", kata Mona,
" hah, kalian paksa dia, Dengan cara apa? ", tanya Aurora kaget,
"kita seret dia ke taman belakang, kita tutup matanya jadi kan gak bisa melawan, terus kita ikat di pohon mangga belakang sekolah, kita ancam kalau dia gak mau ngomong kita bakal telanjangi dia terus kita tinggalin disana", jawab Mona antusias,
Reaksi aurora dan ke 5 cowok disana, jangan ditanya, mereka semua melongo mendengar pengakuan Mona yang blak blakan itu,
"ya tuhan, kalian bener bener ya,,, Vano itu kuat dan jago berkelahi, kaliaaann... Ya tuhan gak bisa berkata kata gue", ucap Aurora masih tidak percaya dengan cerita Mona,
"Lo lupa, kita ber 4 kan pemegang sabuk hitam taekwondo cal, soal berantem kita udah biasa, meskipun dirumah manis kayak hello Kitty, kalau di luar kita Badas", jawab Bianca Dengan wajah songongnya,
"tapi kan tetep aja bi, bahaya, kalau Vano nya marah dan lepas kendali terus nyakitin kalian gimana, kalian juga gak begitu dekat Dengan Vano", tanya Aurora cemas,
" kan ada bebeb Wenda cal, kalau si Vano melawan ya biar di lawan balik sama Wenda, dia kan ratu jalanan", ucap Mona menaik turunkan alisnya, Wenda langsung saja menjitak keningnya,.
"enak aja ya Lo kalau ngomong, gue udah hampir kena bogem tu anak pas dia kita seret paksa, untung gue bisa langsung kunci pergerakan dia, kalau gak kita pasti udah di ikat balik sama Vano", kata Wenda kesal, gara gara ide gilanya si mona pipi mulusnya hampir kena bogem di Geovano,
"hehehe ya untungnya Lo kuat dan jagoan Wenda ku sayang", ucap Bianca Cengengesan, ingin sekali Wenda mencubit bibirnya,
"tenang Wen, kalau sampai Vano macem macem biar Calista yang maju, dia kan calon tunangannya", sahut Mona,
"EKHEM...",
suara deheman itu membuat para gadis melihat ke arah para cowok, gara gara terlalu asyik sendiri, mereka sampai lupa kalau ada cowok cowok yang sedari tadi ada disana,
"mereka siapa cal, kok yang jagain Lo cowok semua?", tanya Mona,
"mereka sahabat sahabat gue sejak kecil, kenalan dulu sama mereka", kata Aurora,
Para cowok pun berdiri, dan menghampiri para cewek tadi, mereka saling berjabat tangan dan menyebut nama mereka masing masing, kagum sudah pasti tapi jangan harap reaksi ke 3 cewek itu akan lebay, melompat kegirangan karena terpesona dengan visual para cowok cowok itu.
mereka bukan pemuja visual tampan, bukan type yang mudah sekali klepek klepek hanya karena melihat wajah cowok cowok tampan.
"azka", ucap Azka seraya mengulurkan tangan,
"Wenda", balas Wenda membalas uluran tangan Azka,
Degh...
Suara itu, sejenak membuat Azka tertegun, pandangan Azka kini beralih ke wajah Wenda, dan...
"eh, tangan gue bisa dilepas gak?", ucap Wenda karena Azka tak kunjung melepas genggaman tangannya, reflek Azka pun langsung melepasnya.
Jerico, Delano dan Virzha menatap Heran kearah Azka yang masih terus menatap kearah Wenda,
Suara itu, bekas luka itu....
"kalian ke sini cuma bertiga?", tanya aurora memecah lamunan Azka,
" iya cal, kita nyetirnya gantian bertiga, awalnya Wenda mau naik motor aja tapi gak gue bolehin lah, lebih aman naik mobil bertiga, lagian dia kalau bawa motor kan gak bisa masuk tol, makin lama jadinya", celoteh Mona,
"terus kalian bolos donk hari ini? ", tanya Aurora lagi,
" enak aja bolos, kita izin tau cal", jawab Bianca tak terima,
" izinnya gimana, pergi gitu? ", tanya Aurora lagi,
"ada misi kemanusiaan darurat", jawaban Mona membuat Aurora tersedak ludahnya sendiri,
"apa apaan misi kemanusiaan darurat mon, Lo kira gue korban perang apa?", tanya Aurora tak habis pikir,
" buwhahaah tau tuh si Mon Mon, asal jeplak aja bikin izin", ucap Bianca tertawa,
"sumpah bukan temen gue", ucap Wenda, dia duduk di sofa kosong paling ujung, gadis itu menguncir kuda rambut panjangnya, dia mengeluarkan ponselnya karena sedari tadi banyak pesan masuk entah dari siapa.
"azka kenapa?", bisik Jerico, karena Azka sedari tadi menatap ke arah Wenda, tak menjawab Delano Hanya mengendikkan bahu tanda tak tahu,
"gue keluar sebentar", ucap Azka seraya bangkit dari duduknya,
"ka, mau kemana?", tanya Virzha,
"beli minum", jawab azka tanpa menoleh, Jerico, Delano dan Virzha, Elio pun jadi ikut beranjak,
"bunny aku ke kantin sebentar", ucap Elio,
" iya", jawab Aurora, para pemuda tampan itu pun sudah keluar dari ruangan itu.
"bunny?", tanya Mona menatap aurora,
"panggilan dia ke gue sejak kecil, kenapa? ", tanya Aurora,
" spesial banget kayak manggil kekasih", goda Bianca,
" mulai Mulai, Wen, teman Lo nih ngelantur", ucap Aurora,
" bukan temen gue cal, dua kali gue ngikutin ide gila mereka", kata Wenda, perdebatan pun mulai terdengar diantara mereka ber 4, ruangan itu menjadi ramai.
"Lo kenapa ka?", tanya jerico, ke 5 nya sudah duduk dibangku kantin rumah sakit,
"dia, cewek yang dulu nolongin gue", jawaban Azka langsung membuat 4 cowok lainnya menatap ke arah Azka,
"Wenda?", tanya Virzha,
"hemmm", jawab Azka,
" Lo yakin ka?", tanya jerico,
"yakin, 100%, suaranya gue masih inget banget, dan juga bekas luka di keningnya, gue sempat menyentuhnya saat itu", lagi lagi jawaban Azka membuat yang lain terdiam,
mereka tahu Azka memiliki kepekaan dan daya ingat yang kuat, kalau azka sudah se yakin itu berarti Memang benar,
"Lo gak tanya langsung aja?", tanya Elio,
" bener ka, ada baiknya Lo tanya langsung, dan kalau emang benar Lo bisa mengucapkan terima kasih, kan dulu Lo belum ngucapin terima kasih tapi dia udah pergi", sahut Delano,
" tapi dia kan dari bandung ka, kejadian waktu itu kan tengah malam?", tanya jerico,
" bisa aja dia pas kebetulan ke jakarta", kata Virzha,
" udah, lebih baik Lo langsung tanya ke dia", ucap Delano.
mereka ber 5 kembali ke ruang rawat Aurora, agar Azka bisa langsung bertanya pada Wenda.
diluar ruangan, ternyata Wenda sedang menerima telpon dari seseorang, dan itu membuat langkah mereka berlima memelan, menunggu Sampai wenda selesai.
"Wenda", bukan Azka yang memanggil tapi Jerico,
"iya", jawab Wenda seraya menoleh, dan benar saja, ada bekas luka di kening Wenda yang kalau rambutnya di gerai tidak akan kelihatan, tapi kalau di kuncir begini akan kelihatan.
"boleh kita hanya sesuatu?", tanya jerico,
" iya, tanya apa ya?", Wenda balik bertanya,
" apa Lo pernah nolongin orang kecelakaan motor 1 tahun lalu?", tanya delano, Wenda sejenak berpikir, seperti mencoba mengingat sesuatu,
"wen, balik yuk, biar sampe bandung gak kemalaman", ucap Mona yang baru saja keluar,
" gak jadi pulang besok?", tanya Wenda malah malah fokus ke Mona,
"gak jadi, besok pagi gue ada acara dadakan, udah gih Lo pamit dulu sama ibunya calista", kata Mona, dan Wenda pun langsung masuk kedalam ruangan, lupa dengan pertanyaan Delano tadi,
"lha malah gak dijawab", ucap Virzha,
"mereka Udah mau balik tuh, cepat ka Lo tanya lagi", ucap Jerico geregetan karena azka malah diam saja,
"mungkin mereka buru buru, nanti Lo bisa minta kontaknya ke Ara dan Lo bisa ketemu secara pribadi sama dia ", kata Elio,
" lebih baik seperti itu, kalau sekarang banyak temannya yang lain", sahut Delano.
Dan setelahnya ke tiga gadis itu benar benar kembali ke bandung, mereka juga sudah bertemu dengan ibu Shofia yang sejak pagi pulang kerumah karena ada hal yang ingin dia ambil.