NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 22

“Melati!” bentak Ibu Mega. “Kembalikan uang Arga!”

Melati mengangkat alisnya, menatap dalam Ibu Mega. Aneh sekali, uang nafkah dipakai sekeluarga, sekarang meminta untuk mengembalikan, pikir Melati.

“Kenapa aku harus kembalikan uang Mas Arga, dan uang yang mana?”

“Dari mana kamu dapat uang untuk memberi semua ini kalau enggak pakai uang Arga?”

“Kalau aku pakai uang Mas Arga, di mana salahku? Mas Arga kan wajib menafkahiku. Atau Ibu tidak mengerti kalau suami itu wajib menafkahi istri?” jawab Melati telak.

Tatapan Ibu Mega tajam, tangannya mengepal, dadanya sesak, tak terima Melati bisa membeli perabotan setelah bercerai.

“Dasar matre licik!” ujar Kartika menatap tajam Melati.

“Licik?” gumam Melati. “Haruskah aku sebutkan kalau tiap bulan kamu minta uang padaku lima ratus ribu, katanya untuk keperluan Ibu?”

“Itu fitnah, Melati!”

“Haruskah aku tunjukkan bukti percakapan dan catatan keuanganku?”

“Cukup!” ucap Arga. “Jangan bongkar aib keluarga, Melati!”

Melati menghela napas sejenak. “Buka aib?” ucap Melati heran. “Harusnya Mas Arga dan keluarga jangan ke sini dan jangan main-main dengan urusan rumah tangga. Aku ingin kita pisah baik-baik, makanya aku tidak menuntut apa-apa,” ucap Melati.

“Melati, bisakah kita mulai dari awal” ucap Arga lirih.

Melati menatap Arga dalam-dalam, meneliti setiap kata dari Arga.

“Tidak bisa,” tegas Melati. “Mas Arga sudah menceraikan aku tiga kali, dan kamu tidak akan pernah berbuat adil kalau kamu masih terus membela Ibu, Mas Arga. Kalau mau lanjut, Mas Arga harus pisah dengan Mawar dan meninggalkan rumah.”

“Siapa kamu, Melati!” bentak Ibu Mega. “Kamu hanya perempuan miskin tak berpendidikan, kenapa kamu atur-atur Arga!”

Melati berdecak sinis. “Lihatlah, Mas Arga, bagaimana aku sanggup hidup dengan Mas Arga? Aku saja selalu dihina. Heran juga sih, katanya berpendidikan tapi kok arogan dan memaksakan kehendak. Aku tahu Ibu ingin aku kembali karena Ibu lelah, kan? Memang siapa lagi yang bisa Ibu andalkan selain aku?”

“Diam kamu, Melati!” bentak Ibu Mega. Bibirnya gemetar, dadanya sesak dan terasa nyeri, merasa tak pantas dinasihati oleh orang yang tak berpendidikan.

“Sudah, Bu,” ucap Arga. “Ayo kita pulang.”

Napas Ibu Mega semakin sesak, harga diri terasa diinjak oleh Melati.

“Dia harus aku beri pelajaran,” tatapan tajam Ibu Mega tertuju pada Melati.

“Bu,” lirih Arga, kemudian berkata pelan, “malu kita jadi pusat perhatian, Bu.”

Ibu Mega mengangkat alisnya, pandangannya menyapu sekitar area. Benar saja, warga sudah berkumpul di sekitar rumah Melati.

“Dasar kampungan tak tahu diri, beraninya keroyokan!” Kebencian Ibu Mega pada Melati semakin tinggi.

“Saya tidak pernah mengundang mereka ke sini,” ucap pelan Melati.

“Melati!” suara Ibu Mega meninggi. “Jangan memalukan warga sini! Arga sudah begitu baik sama kamu, kenapa kamu minta cerai?”

Terlihat sekali Ibu Mega ingin membuat Melati malu di depan warga kampung Melati.

“Wow, Melati janda!”

“Wah, ada janda muda nih!”

“Wah, dari dulu aku menginginkan Melati jadi menantu!”

Ibu Mega kesal; komentar warga bukan menyudutkan Melati, tapi seolah berebut Melati.

“Cukup, Bu. Biarkan aku hidup dengan tenang. Sekarang pergilah,” ucap Melati.

“Tidak!” ucap Ibu Mega keras. “Kamu harus kembali dan mengabdi pada suami!”

“Tidak bisa! Aku tidak mau dipoligami. Kalau aku kembali, aku hanya akan jadi pembantu dengan nama istri.”

“Ayo, Bu, kita pulang,” ucap Arga lirih. Ia merasa malu karena sudah banyak kamera yang merekam.

“Ih, goblok banget, wanita secantik Melati dijadikan pembantu!”

“Yah, apes banget Melati punya suami dan keluarga kayak gini!”

“Diam kalian!” bentak Ibu Mega dengan suara tinggi.

“Woy! Dasar Mak Lampir! Pantas saja Melati enggak betah!” ujar seorang ibu memakai daster sambil memegang kamera.

“Dasar kampungan!” Ibu Mega semakin marah.

“Woy! Dasar Mak Lampir!”

“Woy! Pulang sana! Pulang!”

Arga semakin tidak enak hati. Dengan sedikit menarik tangan Ibu Mega, Arga membawanya ke mobil.

Melati terdiam melihat Arga, Kartika, dan Ibu Mega masuk ke dalam mobil.

Ada sekitar dua puluh orang ibu-ibu melihat Melati. Ada yang langsung pulang, ada juga yang mendekat padanya.

“Melati, apa benar sekarang kamu janda?” tanya Ibu Surti.

Melati menganggukkan kepala.

“Yah, yang sabar ya,” ucap Ibu Surti.

“Melati, sebaiknya kamu cepat nikah lagi. Suami gue dulu kan ngincar lu, jangan sampai cinta lama bersemi kembali.”

“His, jangan gitu,” ucap Ibu Surti. “Melati ini anak baik.”

“Ya, justru karena Melati baik dan cantik aku takut suamiku tergoda. Aku punya ponakan, pekerjaannya sudah mapan. Bagaimana kalau aku kenalkan saja sama kamu?” ucap Nina.

“Maaf, Ibu-Ibu, saya mau istirahat dulu,” ucap Melati merasa tidak enak.

“Ya sudah, istirahat sana. Kalau ada apa-apa, bilang saja sama Ibu,” ucap Ibu Surti.

Melati menganggukkan kepala. Satu per satu ibu-ibu yang tadinya berkerumun melangkah meninggalkan rumah Melati.

“Melati, boleh aku masuk?” ucap Laras.

“Ayo,” lirih Melati.

Melati dan Laras masuk ke dalam rumah.

Sementara itu di dalam mobil arga matanya mengarah ke jalan tapi pikirannya ntah kemana

“Arga, kamu pasti memberi uang Melati lebih!” ketus Ibu Mega, menatap anaknya tajam.

“Mana ada, Bu,” jawab Arga pelan.

“Terus, Melati dapat uang dari mana bisa beli kulkas dan televisi?” selidik Ibu Mega tak puas.

“Bu,” suara Arga melemah, “asal Ibu tahu, Melati itu memang pandai mengelola uang. Bayangkan saja, Bu—uang empat juta bisa cukup untuk enam orang, bayar listrik, PAM, dan kebutuhan lain. Dari dulu Melati memang pedagang. Kalau saja dia sekolah tinggi, mungkin sekarang sudah jadi wanita karier yang sukses.”

“Jangan terlalu memuji dia,” potong Kartika dengan nada tidak senang. “Apa kamu menyesal sudah menceraikan Melati?”

Arga menarik napas berat. Dalam hati kecilnya, ia tahu Kartika benar; bagian dari dirinya masih mengakui Melati sebagai wanita yang baik dan cerdas. Tapi penyesalan itu hanya membuat dadanya semakin sesak.

“Sudahlah,” ucap Ibu Mega, menepuk lututnya dengan kesal. “Tika, bilang sama suamimu, bantu biaya rumah. Ibu enggak sanggup lagi mengurus semuanya sendirian. Sebagian uang Arga akan Ibu pakai untuk bayar pembantu.”

“Ih, uang Mas Indra enggak cukup, Bu,” sahut Kartika spontan.

Ibu Mega menatapnya tajam. “Melati saja bisa mengelola uang suami dengan baik, masa kamu enggak bisa? Kamu kan sekolah tinggi, Tika.”

“Ih, Melati itu bisa mengelola uang karena dia enggak melakukan perawatan, beda sama aku. Aku harus tampil cantik, Bu. Mas Indra sering ajak aku ke acara-acara perusahaan. Kalau aku tampil kusam, nanti dibilang enggak pantas. Emang Melati siapa? Dia cuma ngurus rumah doang,” jawab Kartika dengan nada tinggi.

“Sudahlah, Bu, jangan ribut,” potong Arga dengan suara lelah. “Pokoknya sekarang aku hanya bertanggung jawab pada makan Ibu dan biaya kuliah Irma. Untuk makan Mbak Tika, urus sendiri saja.”

Susana dalam mobil mendadak tegang, dinginnya AC tidak bisa mendinginkan suasana hati kartika acara untuk merendahkan melati gagal sudah dan sekarang dia harus bersiap untuk mengeluarkan uang untuk makan dirinya, artinya kebiasaan dia belanja baju dan skincare harus dia kurangi.

Guys,, tolong like dan komenntya

selamat membaca

kata bang raditiya dika tulislah walaupun itu jelek

gkgkgk

1
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!