NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerinduan

Pengakuan yang hanya bisa Radella katakan dalam hatinya, tidak mungkin dia menjawab secara langsung. Dia sadar semuanya sudah berakhir, mereka telah memilih berjalan masing-masing. Dia hanya bisa tersenyum kecut yang disembunyikan dari Delan yang masih menatapnya.

"Tentu saja. Ayo masuk!" ujarnya sembari mengajak Delan.

Delan bergeming, mereka memang masih di depan pintu dan sekarang Radella mengajaknya masuk. Radella menyadari wajah nanar Delan yang dengan cepat berubah dari pria itu. Mereka saling memandang, menyorot dengan kerinduan jelas tapi mereka tidak bisa membaca tatapan mereka masing-masing.

"Kita duduk di sana saja. Rasanya kurang pantas, kalau di dalam kamar hanya kita berdua."

Setelah mengucapkan demikian, Delan memalingkan wajahnya menyembunyikan rasa sakit. Kalimat itu seperti pengingat keras, kalau mereka sudah selesai, ada dinding tinggi yang sudah mereka bangun. Tidak jauh berbeda, Radella merasa hatinya dicubit kecil tapi menyakitkan tanpa diinginkan matanya kembali menghangat.

"Ah, ya. Ayo!" Dengan cepat Radella melangkah, menuju sofa yang ada di lantai dua.

Ruangan terbuka, seperti ruangan santai tapi jarang ada yang duduk di sana. Karena, di lantai satu sudah ada dan keluarganya lebih suka berkumpul di lantai satu lantaran kedua orangtuanya yang sudah enggan untuk naik. Mungkin sesekali Rasyafa akan duduk di sana kalau tengah bosan di dalam kamar.

Mereka duduk dengan jarak yang cukup jauh, memang hanya ada sofa panjang satu dan meja. Keduanya duduk di ujung masing-masing sofa, keadaan menjadi canggung. Radella masih diam saja, tengah mencoba menahan gemuruh di dadanya yang bercampur aduk.

Delan pun demikian, meletakkan bubur dan menyiapkannya tanpa membuka suara. Keheningan yang belum pernah terjadi saat mereka masih tinggal bersama, selalu saja ada obrolan acak yang menemani mereka. Sekarang, keadaan itu sudah berubah seratus delapan puluh derajat meski keduanya ingin sekali melontarkan sesuatu.

"Makanlah!" Satu kata singkat yang memecah keheningan.

Tangan Delan menggeser satu bubur yang sudah terbuka dan telah disiapkan untuk Radella ke depan perempuan itu. Di depannya juga ada bubur miliknya yang belum dia buka. Dia sengaja belum sarapan, membeli dua bubur untuk dinikmati bersama Radella.

Namun, perasaannya yang naik turun membuatnya enggan untuk menyantap. Padahal, saat dalam perjalanan tadi, Delan sedikit berharap mereka bisa menikmati momen berdua kembali. Nyatanya, setelah sepuluh hari lebih tidak melihat Radella, sekarang dia malah teringat kalau Radella sudah milik orang lain.

Pikiran Delan berkecamuk, antara rindu dan harus menerima kenyataan. Dia memang memiliki pikiran kalau Radella dan Reno pasti sudah semakin dekat. Mengingat, ini sudah beberapa minggu dari Reno menyatakan keseriusannya kepada perempuan yang sekarang menjadi mantan istrinya. Ingatkan Delan, kalau Radella sudah menjadi manta istrinya.

"Itu?" Tangan Radella menunjuk bubur yang masih nyaman di dalam kantong kreseknya.

Delan mengikuti jari Radella yang mengarah ke buburnya. "Aku akan makan di kantor nanti," jawabnya berusaha menampilkan senyuman manis, tapi wajahnya malah terasa kaku untuk membentuk senyuman.

Radella tersenyum tipis. "Pergilah! Aku akan sarapan ini nanti!" Tangannya bergerak menutup kembali bubur yang tadi sudah Delan siapkan.

Delan menatap nanar, semuanya kacau, rumit dan penuh ketidakjelasan. Keinginannya sederhana, bisa menikmati waktu bersama Radella untuk menumpahkan rindunya. Kenyataannya, tidak bisa sesederhana itu saat semuanya sudah tidak lagi sama.

"Kenapa?" Pertanyaan bodoh yang keluar dari bibir Delan, pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan.

"Ini sudah hampir jam setengah delapan, nanti Kamu akan telat berangkat ke kantor. Aku baik-baik saja," jawab Radella tanpa memandang ke arah Delan.

Delan mendesah kasar, dia tidak ingin buru-buru dan memangkas waktu pertemuan dengan Radella secepat ini. Dia tidak tahu lagi kapan bisa bertemu, karena tidak mungkin dia tiba-tiba datang begitu saja. Bukannya dia bersyukur Radella sakit, tapi setidaknya dengan ini dia ada alasan untuk datang dan menemui Radella.

"Delan, maafkan aku. Aku tidak sengaja mengirimmu pesan tadi. Aku berniat mengirimkannya ke tanteku," ujar Radella sambil menunduk. "Aku jadi merepotkan Kamu yang malah datang ke sini," sambungnya dengan lirih.

"Aku tahu, aku hanya ingin memastikan kalau Kamu baik-baik saja. Tidak merepotkan sama sekali!" sanggah Delan dengan cepat dan tegas.

"Aku akan makan di sini, ayo makan bersama!" putus Delan.

Dia ingin menghabiskan waktu lebih lama, tidak peduli dengan jam kantor yang sebentar lagi. Membuka kembali bubur Radella lebih dulu, lalu berganti menyiapkan bubur miliknya. Radella hanya diam mengamati, tapi perasaannya langsung membaik melihat sikap Delan.

Untuk detik ini, Radella ingin egois dan tidak ingin memikirkan hubungan mereka yang sebenarnya sudah selesai. Dia ingin menikmati kebersamaan dengan Delan yang sudah ada di dekatnya, meski hanya sebentar dan setelah itu dirinya akan kembali kesepian. Dia tidak ingin memikirkan kalau Delan sudah ada Tantri, salahkan saja sikap Delan yang masih perhatian juga perasannya yang ternyata selemah itu.

"Ayo, makanlah!" Radella mengangguk, tersenyum tipis lalu mulai menikmati seperti Delan yang sudah lebih dulu.

"Ngomong-ngomong, kenapa dengan matamu?" tanya Delan di sela-sela makannya.

"Kenapa? Apa itu terlihat jelek?" sahut Radella yang sebenarnya malu memperlihatkan keadaan kacaunya di depan Delan.

"Iya," balas Delan membuat Radella tanpa sadar melotot kesal kearahnya. Kebiasaan Radella kalau kesal dan tidak suka, tapi di mata Delan, terlihat lucu dan dirinya senang kalau menambah kekesalan perempuan itu.

"Jadi, jangan buat matamu seperti itu lagi. Itu pasti sakit dan perih," sambungnya membuat Radella terenyuh lalu tersenyum kecil. Sekali lagi, Delan tetap mempedulikannya.

Sejujurnya, Delan ingin bertanya bagaimana kelanjutan hubungan Radella dan Reno. Sudah sejauh mana mereka melangkah, apakah sebentar lagi Reno dan keluarganya akan datang ke rumah ini. Tidak, Delan menggeleng setelahnya, dia tidak ingin merusak keadaan dan suasana hatinya lagi yang sudah mulai membaik melihat senyum Radella barusan.

"Oh ya, sejak kapan Kamu belajar jadi desainer?" tanya Delan. Pria itu baru mengetahui hal itu barusan melalui pesan.

Kalau saja, Radella tidak salah kirim pesan, dia tidak akan tahu kalau perempuan itu mulai belajar bekerja. Tidak akan tahu kalau Radella tengah kacau dari penampilannya, meski Delan belum tahu alasan yang membuat Radella seperti itu. Terakhir, Delan tidak akan ada kesempatan lagi melihat Radella dan menikmati waktu berdua seperti sekarang.

"Entahlah, itu tiba-tiba saja. Aku tertarik sekali memiliki butik sendiri nantinya," jawab Radella begitu saja.

"Kamu pasti akan memilikinya, dan aku akan menjadi orang pertama yang akan mengucapkan selamat nanti," balasnya sambil tersenyum.

"Aku akan menagih janjimu itu!" sahut Radella bersungguh-sungguh.

"Tentu saja, dan Kamu harus memberikan hasil satu set pakaian dari hasil desainmu sendiri kepadaku."

Keduanya tertawa renyah, setelah Radella membalas kalimat barusan dengan jumawa. Sejenak, suasana langsung menghangat, lemparan senyuman dan candaan menjadi penawar rindu keduanya. Rindu yang nantinya akan semakin menjadi candu, dan terus membayangi langkah mereka.

Di ujung tangga, ada sosok Rasyafa yang sudah berdiri beberapa menit di sana. Melihat dan mendengarkan bagaimana kakaknya bersama mantan suami menghabiskan waktu sekarang. Jelas, keduanya nyaman satu sama lain, tapi entah kenapa kakaknya malah memilih selingkuh, itu yang masih menjadi asumsi Rasyafa selama Radella tidak menjelaskan.

Kakinya melangkah menuju kamar, tapi malah menginterupsi dua orang yang lagi duduk di sofa. Keduanya menoleh, dan melihat Rasyafa yang belum menoleh ke arah mereka berdua. Rasyafa sengaja berpura-pura tidak tahu kalau dua orang itu sudah menoleh ke arahnya, dia tidak berniat membuat atensi keduanya ke arahnya, dia hanya perlu ke kamar mengambil tasnya untuk pergi ke kampus.

"Rasyafa!" panggil Delan.

Karena sudah ada yang memanggil dan Rasyafa jelas mendengar, perempuan itu menghentikan langkah untuk menoleh sejenak. Senyuman menghiasi wajahnya sebagai respon dari Delan yang memanggilnya. "Iya, Bang," balasnya.

"Kamu mau ke kampus?" tanya Delan basa-basi. Karena, pria itu sudah tahu jawabannya.

"Iya, Bang. Maaf, gak bisa ikut gabung. Bang Delan di sini saja dulu, nemenin kak Della. Semalaman dia menangis merindukan bang Delan," ujar Rasyafa asal.

Matanya bahkan menatap ke arah kakaknya dengan tatapan mengejek. Radella melebarkan mata, merasa panik dengan kalimat adiknya, mengumpati dalam hati. Meski itu tidak sepenuhnya salah, tetap saja Radella malu untuk mengungkapkan terlebih mereka bukan lagi sebagai pasangan.

Rasyafa tidak peduli dengan tatapan Radella, dia melengos masuk begitu saja ke kamarnya. Sedangkan, Delan masih terdiam, mempertanyakan kebenaran ucapan Rasyafa, walau tahu kalau Rasyafa suka sekali menggoda Radella dan berucap asal. Namun, dia sedikit berharap kalau itu benar, agar bukan hanya dirinya saja yang merasakan rindu kepada perempuan itu.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!