"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."
Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?
Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebimbangan Adam
Ariella yang penasaran ikut menolehkan pandangannya ke belakang. Ketiganya menatap Aisyah tanpa ekspresi. Mereka diam sembari memperhatikan Aisyah yang diam dengan pakaian yang masih sama, hanya saja pakaiannya tidak sebasah sebelumnya.
Ngapain wanita kampungan ini ikut ke depan? Apa dia mau membuat masalah? Aku akan memberikannya pelajaran lagi!
Ana menatap Aisyah dengan tatapan kesalnya. Ia tak suka melihat Aisyah mencari perhatian Adam. Baginya, hanya Ariella yang boleh menarik perhatian Adam dan mendapatkan perhatiannya.
Adam melirik arloji mahalnya lalu melirik Ana Mamanya. "Ma, Adam berangkat ya, sudah mau telat," ucap Adam berpamitan untuk yang kedua kalinya.
Mendengar perkataan Adam, Ana mengurungkan niatnya untuk menghampiri Aisyah.
"Iya Sayang," ucap Ana sembari tersenyum.
Adam mengangguk pelan lalu mengalihkan pandangan matanya melirik Aisyah. Adam masuk ke dalam mobil yang sudah siap berangkat.
Setelah Adam masuk, mobilnya pun pergi meninggalkan halaman luas mansion Alex. Pria itu memperhatikan apa yang kedua wanita yang dicintainya lakukan pada Aisyah sebelum benar-benar keluar dari pagar.
"Hei kau! Ngapain kamu di sini!" Tegur Ana dengan nada membentaknya.
Ia melangkahkan kakinya mendekati Aisyah hingga hanya menyisakan jarak beberapa centimeter saja.
"Jangan berharap apa pun ya dari anak saya. Kau hanya wanita kampung yang di paksa masuk ke rumah ini. Suamiku sudah pergi menghadap sang Maha Kuasa, kenapa kau nggak ikut bersamanya saja!" ucap Ana dengan lirih membuat sekujur tubuh Aisyah merinding.
Aisyah yang takut memundurkan sedikit tubuhnya dengan Ana yang ikut mendekatinya. Ariella yang berada di sana bukannya menengahi mertua dan menantu itu, justru hanya diam memperhatikan.
Adam yang sudah keluar dari pagar kediamannya tak dapat melihat lagi apa yang ketiga orang itu lakukan. Adam hanya bisa menunduk sembari menghela nafas lelah.
Adam kasihan pada Aisyah tapi egonya membiarkannya menjadi orang yang tak mempunyai belas kasih. Adam sama saja seperti Ana dan Ariella, yang membuat kehidupan Aisyah selalu berada dalam tekanan.
"Ma, istighfar Ma," ucap Aisyah menatap Ana dengan sendu.
Seharusnya ia marah pada Ana dan memberontak, namun karena ia sangat mencintai Allah dan menghargai pakaian para wanita mulia yang ia kenalan, ia pun memilih sabar dan menahan emosi yang sudah menggerogoti hatinya.
Lawan Aisyah, lawan... dorong wanita kurang ajar ini... jangan biarkan dirimu ditindas terus menerus.
Tidak tau kenapa tiba-tiba hatinya berbisik jahat seperti itu. Aisyah mencoba meyakinkan dirinya bahwa apa yang baru saja hatinya bisikkan adalah salah.
Tenanglah Aisyah, jangan dengarkan godaan setan, sungguh mereka musuh yang nyata bagimu. Jadilah panutan yang baik kepada siapa pun, termasuk kepada orang yang mendzolimimu.
"Jangan menggurui ku! Aku lebih dulu lahir daripada dirimu wanita sok suci! Asam manis kehidupan sudah aku rasakan!" Bentak Ana rasanya ingin memukul Aisyah karena sudah lancang menasehatinya.
Ariella yang masih diam tak sengaja melirik cctv yang menangkap pergerakan mereka. cctv itu hidup dan membuatnya sadar jika Adam bisa saja sedang memantau mereka saat ini.
Habis jika Adam melihat aku nggak melakukan apa pun. Aku harus berpura-pura menengahi pertengkaran kedua wanita ngeselin itu!
Ariella mendekati Ana lalu menarik tangan wanita paru baya itu. Ia menjauhkan Ana dari Aisyah dengan cara memeluknya.
"Sudah Tante, jangan ribut lagi dengannya," ucap Ariella dengan wajah yang melirik Aisyah dengan tatapan tak sukanya.
"Lepaskan Tante, Sayang. Biarkan Tante memberikannya pelajaran!" ucap Ana berusaha melepaskan diri dari pelukan Aisyah.
"Tante," panggil Aisyah lalu memegang wajah Ana dengan kedua tangan indahnya.
Wanita itu menatap mata Ana yang juga menatapnya. Melihat tatapan lembut Ariella, Ana pun melemah dengan emosi yang mereda.
"Aisyah, masuklah dan bersihkan dirimu," ucap Ariella menatap Aisyah tanpa ekspresi apa pun.
Aisyah tak menolak permintaan Ariella, ia yang tak ingin membuat Ana semakin marah, memilih masuk ke dalam rumah. Karena pakaiannya tak layak digunakan, Aisyah pun pergi berganti pakaian di kamarnya.
Mereka selalu saja tak akur.
Adam terlihat lelah menghadapi semua masalahnya. Apa yang terjadi setelah kepergiannya, terekam begitu jelas di layar handphonenya yang terhubung ke cctv.
Pria menutup handphonenya lalu menyimpannya di sakunya. Pria itu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan kepala yang mendongak ke atap mobil. Matanya tertutup dengan nafas yang berat.
Kehidupan sekarang lebih banyak lelah dan konfliknya. Dulu, almarhum Papanya lah yang menjadi penengah sekaligus penasehat.
Dulu Adam begitu kesal jika Alex menasehatinya, namun sekarang dia menyadari jika nasehat papanya itu begitu penting.
Beban di pundaknya begitu berat dan membuat hari-harinya tak tenang.
Apa yang harus aku lakukan...
Adam berpikir terlalu jauh dan merasa sangat tertekan. Dia ingin bersama wanita yang dicintainya namun dirinya terikat dengan wanita shalihah pilihan almarhum Papanya.
Bukan hanya sekedar pilihan wanita yang mana, namun juga memilih mau hidup seperti apa. Hidup miskin bersama Ariella dan Ana mamanya, atau hidup bergelimang harta bersama Aisyah istrinya.
Alex memberikan wasiat dan persyaratan yang berat untuknya. Papanya itu sudah tiada namun mampu membuatnya tetap tunduk. Papanya benar-benar membuat lehernya dikelilingi kawan berduri, gerak kemana pun bisa menyakitinya.
"Tuan," panggil Asisten pribadi Adam.
Pria yang menyetir mobil itu tampak khawatir dengan kondisi Adam. Sedari tadi dia terus memperhatikan Adam melalui kaca spion yang berada di sampingnya.
"Hm," dehem Martin menyahuti panggil asistennya itu tanpa berniat membuka matanya.
"Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Pria itu melirik Adam dan jalan secara bergantian.
"Huh..." Adam membuka matanya dan langsung menghembuskan nafasnya.
"Entahlah, Ray. Semuanya begitu rumit," ucap Adam tak tau mau mengatakan apa kepada Rayyan Asistennya itu.
Anda terlihat begitu frustasi Tuan dan kelihatanya anda juga kurang beristirahat.
"Sabarlah Tuan, jangan terlalu memikirkan banyak hal. Terkadang kita harus mengabaikan apa yang membuat kita stres dan tak nyaman."
Rayyan memberi saran pada Bosnya yang terkenal arogan dan keras kepala itu.
Mungkin dia benar, aku nggak perlu berpikir terlalu keras.
Adam menatap ke sembarangan arah seperti sedang melamun. Pria itu segera sadar dari lamunannya lalu menegakkan wajah tegasnya yang menunduk.
"Apa menurutmu aku orang yang jahat?" tanya Adam tanpa menjelaskan apa pun namun Rayyan tetap paham dengan arah pembicaraannya.
Memang sulit terjebak di antara cinta lama dan cinta baru. Mungkin jika saya berada di posisi anda Tuan, saya pasti mengalami hal yang sama. Saya berharap Allah memberikan jalan keluar dari setiap masalah anda Tuan.
"Kalau masalah itu, Tuan sendiri pasti lebih tau jawabannya. Terkadang sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu sebaik kelihatannya. Sebaliknya Tuan, sesuatu yang kita anggap buruk, belum tentu seburuk kelihatannya. Almarhum Tuan Alex pernah bilang sama saya, jangan menilai isi buku dari covernya saja."