NovelToon NovelToon
Di Jual Untuk Sang CEO

Di Jual Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: RaHida

Aliza terpaksa harus menikah dengan seorang Tuan Muda yang terkenal kejam dan dingin demi melunasi hutang-hutang ibunya. Dapatkah Aliza bertahan dan merebut hati Tuan Muda, atau sebaliknya Aliza akan hidup menderita di bawah kurungan Tuan Muda belum lagi dengan ibu mertua dan ipar yang toxic. Saksikan ceritanya hanya di Novelton

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RaHida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 # Segelas air jahe

Pagi-pagi sekali, Tuan Muda Nadeo terbangun dari tidurnya. Cahaya matahari yang menembus celah tirai jatuh lembut di wajahnya. Ia menoleh pelan, dan pandangannya tertuju pada Aliza yang tertidur di sisi ranjang, masih mengenakan pakaian semalam, dengan tangan halusnya menggenggam erat tangan Nadeo.

Untuk sesaat, waktu seolah berhenti. Nadeo hanya diam, menatap wajah Aliza yang tampak tenang, bulu matanya bergetar halus setiap kali ia bernapas. Ada rasa aneh mengalir di dadanya—campuran antara hangat dan sesak—perasaan yang belum pernah ia pahami sebelumnya.

Ia ingin melepaskan genggaman itu, tapi jarinya justru mengerat. Tatapan matanya melembut.

“Bodoh… kenapa kau harus menjagaku sampai begini?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

Namun, di dalam hati kecilnya, Nadeo tahu—ia mulai terbiasa dengan kehadiran perempuan itu.

Aliza yang merasa tangannya digenggam kuat perlahan membuka mata. Cahaya pagi yang lembut membuatnya menyipitkan mata sejenak sebelum pandangannya jatuh pada sosok Tuan Muda Nadeo yang sudah terjaga, tengah menatapnya dalam diam. Seketika jantungnya berdegup kencang. Ia buru-buru menarik tangannya dari genggaman itu, wajahnya memerah menahan gugup.

“Maaf, Tuan Muda,” ujarnya dengan suara pelan dan terbata, “saya… ke tiduran. Tadi malam saya cemas melihat suhu tubuh Tuan Muda sangat tinggi.”

Nadeo tak segera menjawab. Ia hanya terus memandangi Aliza—rambutnya sedikit berantakan, matanya sembab karena begadang, dan wajahnya yang menampakkan kelelahan tulus. Sesuatu di dada Nadeo kembali bergetar.

“Jadi… kau begadang menjagaku?” tanyanya pelan, suaranya berat namun tidak sekeras biasanya.

Aliza menunduk. “Saya hanya melakukan kewajiban saya, Tuan.”

Namun nada suaranya bergetar, seolah ada perasaan lain yang berusaha ia sembunyikan.

Nadeo mengerjap perlahan, menatap Aliza yang kini berdiri di samping tempat tidur sambil merapikan selimutnya. Suaranya terdengar lembut namun tetap sopan saat ia berkata,

“Apakah masih ada yang sakit, Tuan Muda? Nanti Dokter Raymond akan datang ke rumah untuk memeriksa Tuan.”

Nadeo menarik napas dalam-dalam, lalu menatap ke arah jendela yang terbuka sedikit, membiarkan udara pagi masuk. “Tidak terlalu… hanya sedikit pusing,” jawabnya lirih. “Sepertinya aku sudah lebih baik.”

Aliza mengangguk pelan, tapi masih terlihat khawatir. “Tuan Muda tetap harus diperiksa. Tadi malam suhu tubuh Tuan tinggi sekali, saya takut itu kambuh lagi.”

Sekilas senyum tipis muncul di wajah Nadeo—jarang sekali Aliza berbicara dengan nada penuh perhatian seperti itu.

“Kau selalu cerewet kalau soal kesehatanku,” katanya setengah menggoda.

Aliza menunduk, tak berani membalas tatapan itu. “Saya hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tuan.”

Hening sejenak memenuhi ruangan. Hanya suara detak jam dan hembusan angin dari jendela yang terdengar. Nadeo memandangi Aliza lama, sebelum akhirnya berkata pelan,

“Terima kasih, Aliza.”

Aliza menatap Tuan Muda Nadeo yang kini tampak lebih segar dari semalam. Ia baru saja selesai merapikan selimut ketika mendengar suara berat itu memecah keheningan pagi.

“Tidak perlu berterima kasih, Tuan. Ini sudah menjadi kewajiban saya,” ujar Aliza lembut sambil menunduk.

Namun sebelum ia sempat beranjak, Nadeo menahan batuk kecil. Ia menatap ke depan, mengusap tenggorokannya pelan.

“Tenggorokan saya sedang gatal sekali,” ucap Tuan Muda dengan suara serak dan sedikit parau.

Aliza spontan mendekat, ekspresinya berubah cemas. “Apakah Tuan masih merasa tidak enak badan? Mungkin suhu tubuh Tuan belum benar-benar turun,” katanya khawatir.

Nadeo menggeleng perlahan. “Tidak, hanya tenggorokan. Mungkin karena semalam terlalu lama diam di ruang ber-AC.”

Aliza segera mengambil segelas air hangat dari meja kecil di sudut kamar dan menyerahkannya. “Silakan diminum, Tuan. Air hangat bisa membantu meredakan gatalnya.”

Nadeo menerima gelas itu, jemarinya sempat menyentuh tangan Aliza tanpa sengaja. Keduanya terdiam sejenak. Suasana kamar mendadak terasa hening dan canggung.

“Terima kasih,” ujar Nadeo akhirnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.

Aliza menunduk, tidak berani menatapnya. “Sama-sama, Tuan.”

Melihat Tuan Muda Nadeo masih berdehem pelan sambil memijat tenggorokannya, Aliza segera berdiri. Tatapannya dipenuhi rasa khawatir yang tulus.

“Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan buatkan air jahe hangat,” ucapnya lembut, lalu melangkah cepat menuju dapur.

Sampai di dapur, Aliza membuka satu per satu laci dan rak bumbu. Tangannya sibuk mencari jahe segar di antara tumpukan rempah yang tersusun rapi. Udara pagi bercampur aroma bawang dan kayu manis yang samar.

Tak lama, langkah seseorang terdengar mendekat. Bu Nur — kepala pelayan rumah itu — muncul di ambang pintu dengan wajah penuh tanya.

“Nona Aliza, sedang apa pagi-pagi begini di dapur?” tanyanya, nadanya datar tapi matanya waspada.

Aliza menoleh sopan, tangannya masih memegang pisau kecil dan sepotong jahe. “Saya ingin membuat air jahe, Bu. Tuan Muda mengeluh tenggorokannya gatal.”

Bu Nur terdiam sejenak. Tatapannya berpindah dari wajah Aliza ke jahe yang baru saja dikupas. Ada keraguan yang jelas terpancar dari sorot matanya.

“Air jahe… untuk Tuan Muda?” tanyanya pelan, seolah ingin memastikan.

“Iya, Bu,” jawab Aliza tenang. “Hanya untuk membantu meredakan tenggorokannya. Tidak ada maksud lain.”

Namun Bu Nur masih tampak ragu. Ia melipat tangannya di dada, napasnya terdengar berat. “Nona, maaf… tapi saya tidak bisa begitu saja membiarkan siapa pun menyiapkan minuman untuk Tuan Muda tanpa izin.”

Aliza menatapnya, sedikit terkejut, namun tetap berusaha menahan diri. “Saya mengerti, Bu. Tapi saya hanya ingin membantu. Saya tahu bagaimana membuat ramuan ini, dan—”

“Bukan itu masalahnya,” potong Bu Nur pelan tapi tegas. “Saya hanya… tidak ingin mengambil risiko. Apalagi setelah kejadian dulu.”

Aliza terdiam. Kata-kata itu membuat suasana dapur terasa dingin seketika. Ia menunduk, menggenggam jahe di tangannya lebih erat.

“Bu Nur,” ujarnya dengan suara lembut tapi tegas, “kalau Ibu khawatir, Ibu boleh ikut melihat saya membuatnya. Saya tidak punya niat buruk sedikit pun terhadap Tuan Muda.”

Bu Nur menatapnya lama. Akhirnya, ia menghela napas pelan dan mengangguk. “Baiklah. Tapi saya akan mengawasi.”

Aliza mengangguk sopan. “Tentu, Bu.”

Dengan hati-hati ia mulai menyiapkan air jahe di bawah pengawasan ketat Bu Nur. Suara didihan air yang lembut memenuhi dapur, sementara dua perempuan itu terdiam—masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Beberapa menit kemudian, aroma jahe yang hangat mulai memenuhi udara. Aliza memarut jahe segar, mencampurnya dengan madu dan sedikit perasan lemon. Tangannya cekatan, meski matanya sesekali terpejam karena kantuk yang belum hilang sejak semalam.

Ia kembali ke kamar dengan nampan kecil di tangan. Uap tipis mengepul dari cangkir porselen putih yang dibawanya.

“Silakan diminum, Tuan. Ini air jahe hangat, bisa membantu meredakan gatal di tenggorokan,” katanya lembut sambil menaruh cangkir di meja sisi ranjang.

Nadeo menatap cangkir itu, lalu menoleh ke arah Aliza. “Kau yang membuatnya sendiri?” tanyanya dengan nada pelan.

Aliza mengangguk. “Iya, Tuan. Saya biasa membuatnya saat Ibu saya sakit dulu.”

Tuan Muda Nadeo menatap cangkir di tangannya dengan raut ragu. Uap hangat dari air jahe itu perlahan naik, memenuhi udara dengan aroma tajam namun menenangkan. Tapi matanya tidak lepas dari cairan kekuningan di dalam gelas itu — seolah sedang menimbang sesuatu.

Aliza yang berdiri di samping ranjang memperhatikan perubahan ekspresinya. Ia bisa membaca dengan jelas keraguan di wajah Tuan Muda.

“Tuan,” ucapnya pelan, mencoba memecah keheningan, “tenang saja… saya tidak memberi racun pada minuman itu.”

Nada suaranya lembut, tapi ada sedikit getir di ujungnya. Ia menunduk sejenak, lalu menambahkan, “Bu Nur mengawasi saya selama membuatnya.”

Ucapan itu membuat Nadeo menoleh cepat, menatap wajah Aliza yang tampak serius. Ada keberanian yang jarang ia lihat di sana — ketulusan tanpa pembelaan berlebihan.

Hening beberapa detik. Lalu, perlahan, sudut bibir Nadeo terangkat sedikit. “Kau berani juga bicara begitu padaku,” katanya pelan, seolah menahan senyum.

Aliza hanya menunduk lebih dalam. “Saya tidak bermaksud kurang ajar, Tuan. Saya hanya tidak ingin Tuan berpikir buruk.”

Nadeo menatapnya lama. Akhirnya, ia menghela napas dan membawa cangkir itu ke bibirnya. Diteguknya sedikit air jahe itu — hangat, pedas, dan manis bercampur jadi satu.

Ia menatap kembali Aliza. “Tidak buruk,” katanya singkat. “Kau benar, ini membantu tenggorokan.”

Aliza mengangguk pelan. “Syukurlah kalau begitu, Tuan.”

Sensasi hangat segera menyebar di tenggorokannya. Ia menghela napas lega.

“Rasanya… enak,” ucapnya singkat, tapi tatapannya lembut, berbeda dari biasanya.

Aliza tersenyum samar, lalu menjawab pelan, “Syukurlah kalau cocok di lidah Tuan.”

Namun di balik sikap tenangnya, ia bisa merasakan sesuatu berubah — bukan hanya di wajah Tuan Muda, tapi juga di dalam hatinya sendiri.

1
partini
asisten stres atau gimana ini,tidak menyukai tapi bos mu kan suami istri malah dukung Clara dan ga mau terlibat aneh banget ga masuk otak
partini
good 👍👍👍
partini
dihhhh asisten somplak
partini
hemmmm kamu aja yg sedikit bego ngapain di pikirin Mulu
hati dah mulai suka ma istri tapi munafikun kamu ,tunggu aja nanti jg nongol lagi bikin huru hara
partini
👍👍👍👍❤️
Mericy Setyaningrum
Halloween Kak aku mampir
Raa
menarik
partini
baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!