NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:609
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Identitas Baru

“Sekarang, namamu bukan lagi Calista, melainkan Ravenna Everhart. Kau adalah putri dari adik istriku yang ada di kerajaan Embervall, orang tuamu meninggal beberapa bulan yang lalu karena terjadi kecelakaan kereta kuda, hanya kau satu-satunya yang selamat,” ujar Marquess.

Arthur mulai menjelaskan tentang identitas palsu yang akan diberikan kepada Calista. Sebelum debut di pergaulan kelas atas, Calista yang sekarang berubah nama menjadi Ravenna itu akan diberikan seorang guru untuk mengajarinya tata krama dan etiket di kekaisaran ini, sampai calon suaminya, Alister Valdemar, kembali dalam pertempuran melawan monster di wilayah utara.

Alister dan Angelica sudah lama bertunangan, Arthur sendiri yang meminta kaisar untuk membuat putrinya bertunangan dengan Alister setelah Arthur berhasil menyelamatkan nyawa kaisar dari para pemberontak.

“Vincent, lebih baik kau ajak Ravenna untuk berkeliling mansion,” perintah Arthur.

“Baik, ayah” timpal Vincent, tidak lagi protes, hal itu membuat Arthur sedikit bingung. Padahal sebelumnya putranya itu sangat menentang kehadiran Calista. Namun pria itu tak ambil pusing dengan perubahan sikap putranya.

Ravenna berjalan mengikuti Vincent keluar dari ruang kerja Marquess. Gadis itu merasa heran, mengapa pria di sampingnya itu bersikap ramah padanya, padahal, sebelumnya ia jelas-jelas mendengar sendiri, kalau Vincent tidak menyukai kehadirannya.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Vincent kemudian saat mereka tengah berjalan santai.

Ravenna mengerutkan keningnya, “Sepertinya belum pernah, mungkin tuan muda melihat orang yang mirip dengan ku.”

“Begitu ya. Kau tidak perlu memangilku tuan muda. Karena sekarang kau adalah bagian dari keluarga ini, kau bisa memanggil ku kakak,” ujar Vincent ramah.

Ravenna tak segera menjawab, gadis itu mulai melamun. Sebutan kakak mengingatkannya pada kak Axel, membuat tatapan matanya mulai redup.

“Ravenna?” panggil Vincent untuk yang kedua kalinya. Heran melihat Ravenna melamun.

“Oh iya, tu- ah maksud ku kakak,” ujar Ravenna kikuk, tersadar dari lamunannya.

“Apa yang kau pikirkan?” tanyanya heran.

“Tidak ada, aku hanya kagum dengan rumah ini yang besar,” timpal Ravenna tersenyum sembari melayangkan pandang ke sekitar.

Mereka berdua berkeliling di dalam mansion, Vincent membawa Ravenna ke perpustakaan, ruang tamu, dapur dan ruangan lain yang ada di sini. Mereka berdua sekarang memasuki ruang penyimpanan barang-barang penting peninggalan keluarga.

Ravenna berdecak kagum, tidak hanya terdapat barang-barang antik seperti patung, disini juga adalah tempat penyimpanan senjata. Terdapat senjata seperti panah yang dipajang di dinding, pedang yang diletakkan di kotak kaca dan senjata kecil lainnya.

Vincent mengambil sebuah belati dengan sarung emas di dekatnya, “Belati ini milik kakek ku, dia membuatnya dari tulang moster yang berhasil dia bunuh sendiri,”

“Wah, belati ini pasti sangat berharga,” ucap Ravenna menatap berbinar belati itu.

“Apa kau mau? Aku bisa memberikannya pada mu,” tawar Vincent.

Ravenna menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu, senjata ini terlalu berharga. Lagi pula aku hanya orang luar,” timpal Ravenna.

“Kau bukan orang luar, kau memiliki nama Everhart sekarang, itu artinya kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini,” ujar Vincent tersenyum tipis.

“Apa tidak apa-apa?” tanya Ravenna sekali lagi.

“Sebuah senjata baru bisa berharga saat digunakan, ambillah!” Vincent memberikan belati itu kepada Ravenna.

“Terima kasih” ucap Ravenna seraya mengambil senjata itu sedikit ragu.

Setelah menghabiskan waktu melihat-lihat ruangan di mansion, Vincent mengajak Ravenna pergi ke ruang makan, karena sebentar lagi waktunya makan siang.

Di salah satu lorong menuju ruang makan, mata Ravenna terpaku pada sebuah lukisan yang tertempel di dinding. Gadis itu berdecak kagum pada lukisan berukuran besar di depannya. Seorang gadis muda bersurai perak dengan bola mata biru itu terlihat seperti malaikat. Kulitnya yang halus seputih porselen, bibirnya yang kecil dan pandangan matanya yang lembut membuat gadis ini terlihat sangat cantik.

“Kakak, siapa gadis yang ada di lukisan ini?” tanya Ravenna menunjuk seorang gadis bertopi lebar dengan pita biru melingkar di topinya.

“Angelica Everhart, adik perempuan ku, dia meninggal satu bulan yang lalu,” timpal Vincent. Ravenna dapat melihat sorot sedih pada mata pria itu.

Ravenna menatap Vincent merasa bersalah, “Maafkan aku, aku tidak bermaksud…”

“Bukankah dia cantik?” tanya Vincent memotong ucapan Ravenna sambil tetap menatap lukisan.

Ravenna kembali menatap lukisan itu, “Benar, sangat cantik, wajahnya sama persis dengan namanya, dia benar-benar seperti malaikat,” timpal Ravenna jujur seraya tersenyum tipis.

‘Guk Guk Guk’

Seekor anjing poodle berbulu putih entah dari mana datangnya tiba-tiba berlari menuju kearah Ravenna. Anjing kecil itu mengibaskan ekornya di dekat kaki Ravenna, membuat gadis itu menatap kaget kearah anjing di bawah kaki nya.

“Sepertinya dia menyukaimu, namanya Snowly, dia anjing peliharaan Angelica,” ujar Vincent manarik ujung bibirnya.

Ravenna mengelus lembut kepala anjing itu, “Snowly, anjing ini imut sekali, pantas saja namanya Snowly. Bulunya seputih salju,” ujarnya tersenyum lebar. Dari dulu, gadis itu selalu menyukai hewan-hewan lucu seperti kucing dan anjing, namun karena ibunya alergi bulu, dia tidak di izinkan untuk memelihara hewan di rumahnya.

Setelah makan siang, Vincent kembali mengajaknya berkeliling beberapa ruangan lagi di mansion kemudian beralih melihat taman dan halaman luar.

Malam tiba, Ravenna melemparkan tubuhnya diatas kasur, langit sudah gelap dan ia sudah berganti pakaian tidur. Seharian ini baginya cukup melelahkan berkeliling mansion yang luas ini. Gadis itu menghela nafasnya kemudian membenarkan posisi tidurnya, hari ini ia harus tidur cepat, karena besok ia sudah mulai belajar dengan guru privatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!