NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

²² Bakwan Jagung

"Mas, saya ke toilet sebentar."

Aku segera berlari ke belakang, setelah bertanya pada pelayan di mana letak toiletnya. Ketika hampir sampai toilet, aku merasa seperti ada bayangan seseorang mengikuti ku. Aku pun segera menoleh ke belakang.

"Aneh, perasaan tadi ada orang yang mengikuti ku, tapi kok nggak ada ya...." Gumamku sebelum menutup pintu.

Di dalam kamar mandi, aku kembali memuntahkan isi perut pada tempat pembuangan. Aku merasa lemas dan tak berdaya.

"Mas, saya nggak kuat. Saya mau pulang saja," ujarku ketika sampai di samping Mas Nata.

Makanan di atas meja itu hanya berkurang sedikit. Suami ku pun juga tidak menyentuhnya. Apa dia tidak lapar? Pikirku.

"Lah, ini makanannya gimana?"

"Di bungkus aja, biar nanti di makan Angga," ujarku seraya meninggalkan Mas Nata.

Aku menunggu di depan mobil, hingga suamiku datang dan menenteng kotak makanan. Di sodorkannya kotak tersebut kepadaku.

"Maaf, Mas, bolehkah kotak makanan itu di taruh di jok belakang saja? Saya nggak kuat mencium aromanya," pintaku memelas.

"Hah? Oh, iya... iya."

Mas Nata seperti kelihatan bingung, tapi kemudian mengerti.

"Maaf jadi merepotkanmu, mungkin asam lambung saya sedang naik. Jadi mual mulu."

Kembali aku bersandar pada sandaran jok dan menempelkan hoodie berwarna mocca. Entah kenapa aroma dari kain ini membuatku merasa rilex. Nanti jika sudah sampai rumah, aku bakal tanya ke Arif lah, dia memakai parfum merk apa?

"Iya, gapapa, Sayang. Apapun yang terjadi padamu, saya akan tetap menyayangi dan mencintaimu."

Suamiku sudah berada di belakang kemudi, tangannya dengan lembut mengucek rambutku.

Mas, ku mohon jangan membuatku dilema. Jika perlakuanmu selembut ini padaku, bisa-bisa aku luluh dan melupakan keinginan untuk minta cerai.

Namun, saat ingatan tentang kejadian di hotel kemarin kembali terlintas dalam pikiran, rasa sakit itu seolah merenggut seluruh kebahagiaanku.

Mas Nata mempercepat laju mobil begitu jalanan lengang. Tepat pukul dua belas, kami tiba di hunian yang di janjikan Mas Nata tidak akan pernah ada air mata kesedihan yang akan keluar dari rumah ini.

Namun, sekarang nyatanya? Ah....Setelah mengantar ke kamar dan membaringkan tubuhku di ranjang, pria itu keluar dari ruangan ini untuk beberapa saat sebelum datang kembali dan pamit mau membeli buah-buahan. Katanya, isi lemari es kosong.

"lya, pergi saja, Mas. Saya nggak papa, kok, sendirian di rumah."

Setelah Mas Nata pergi, aku memilih tidur. Rasanya badan ku pegal semua. Bunyi keroncongan yang berasal dari perut membangunkan ku. Lapar, tapi kok malas makan yaa, hmm.

Aku pergi ke dapur membuka lemari es, barangkali ada makanan yang masih bisa di nikmati. Benar kata Mas Nata, buah-buahannya habis. Ku tutup kembali pintunya dengan raut kecewa.

Tiba-tiba aku teringat bakwan jagung yang rasanya segar kemarin.

"Sepertinya kemarin aku taruh di meja makan, tapi, kok udah nggak ada?" gumamku ketika membuka tudung saji.

Rasa kecewa merambat ke hati ketika ku lihat kotak makan tempat menyimpan bakwan jagung kemarin sudah berada di rak piring.

"Pasti Angga yang sudah memakannya. Huffh."

"Perut ku laper banget, tapi Mas Nata juga belum pulang. Apa enaknya aku ke rumah Bulek Siti aja ya?"

Berpikir sejenak, kemudian beranjak ke kamar, mau mengambil hoodie.

"Sekalian mengantar ini dan mengucapkan terimakasih. Kemarin juga aku belum sempat membayar ongkos ojeknya."

Aku berlalu dengan membawa dompet dan menyampirkan hoodie di pundak.

"Eh, tapi 'kan ini masih kotor bekasku. Masa iya, aku mengembalikan barang milik orang lain dalam keadaan kotor, sih?" Bermonolog sendiri.

Akhirnya aku meninggalkan hoodie dan dompet itu di kamar. Hanya membawa amplop yang sudah ku isi dan ku jilat ujung lemnya agar merekat.

Amplop itu ku taruh di saku hingga tidak kelihatan. Tidak lupa ku ambil kotak makan yang berada di rak piring untuk ku kembalikan pada empunya.

"Assalamualaikum, Bulek." Ku sapa wanita sepuh yang tengah menjaga warungnya.

"Eh, Neng Rifani udah pulang. Sini sini, masuk sini." Perempuan itu menyambut ku dengan hangat.

"Bulek, saya mau mengembalikan kotak makan ini. Oh iya, Bulek. Hari ini buat bakwan jagung lagi, nggak? Sepertinya saya ketagihan dengan bakwan jagung buatan, Bulek. Hehe."

"Yaah, aye belum bikin, Neng, tapi tenang. Di kulkas masih ada jagung muda kok, kita bisa bikin sama-sama. Oke?"

"Ide bagus, Bulek. Jadi 'kan nanti pas di makan, bakwan jagung nya masih hangat," ujarku bersemangat.

"Aariiif...," panggil Bulek Siti dengan suara lantang.

Tidak lama kemudian, Arif keluar dari kamarnya. Dia tampak terkejut melihatku.

"Iya, Mak. Ada apa?"

"Tolong jagain warung sebentar, aye mau ke dapur sama Neng Rifani dulu."

Lelaki itu berlalu ke warung setelah tersenyum canggung ke arahku.

Di dapur, aku membantu Bulek Siti mengupas jagung dan menyisirnya. Sementara wanita sepuh itu menyiapkan bumbu-bumbu. Setelah jagung di tumbuk dan di campur dengan bumbu.

Bulek Siti memasukkan adonan bakwan sedikit demi sedikit ke wajan yang sudah terisi minyak panas. Aroma yang keluar dari penggorengan itu seolah menyentil hidung ku.

Aku yang tidak kuat, langsung lari ke kamar mandi yang berada di belakang, sebelum minta izin pada empunya. Aku sudah pernah ke kamar mandi ini sebelumnya, jadi sudah tahu tempat nya tanpa bertanya lagi.

"Neng, Neng Rifani kenapa? Kok muntah-muntah gitu? Masuk angin kah, Neng?" Bulek Siti yang panik melihatku berlari, mengikuti di belakang.

"Iya mungkin, Bulek. Sejak pagi tadi mual-mualnya. Mungkin karena masuk angin, atau asam lambung naik karena hingga jam segini belum kemasukan makanan," jawab ku setelah keluar dari kamar mandi.

"Ya ampuuuun, Neng. Bisa-bisanya jam segini belum makan. Ayok, bulek ambilin makanan. Bakwannya juga sudah matang itu."

"Iya Bulek, terima kasih. Oh iya, boleh nggak, jika saya makannya di warung saja? Saya nggak kuat mencium aroma penggorengan," pintaku pada Bulek Siti.

"Oh iya, nggak papa, Neng. Aye kelarin goreng bakwannya dulu ya."

Aku membawa sepiring nasi dengan lauk bakwan jagung ke depan.

"Makan, Rif," ucapku berbasa-basi.

"Oh silahkan, aku sudah kok, Mbak." Arif pun menanggapi dengan berbasa-basi.

"Oh iya, Rif. Semalam sampai rumah jam berapa?" tanyaku sambil mengunyah makanan.

Sebenarnya hal seperti ini tidak sopan, tapi aku sangat penasaran dan khawatir dengan keadaan Arif kemarin.

"Sekitar jam tujuh, Mbak."

"Kemarin kamu meninggalkan hoodie mu padaku. Pasti kamu kedinginan 'kan?"

"Ah gak terlalu. Aku 'kan cowok, Mbak. Jadi, lebih kuat. Hehe."

"Lagian, kenapa kamu meninggalkanku begitu saja? Kita 'kan berangkatnya sama-sama, jadi pulang nya juga harus sama-sama dong." Aku berpura-pura merajuk dengan mengerucutkan bibir.

1
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!