Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22.
Author's POV.
Sean hanya mengantar Fany sampai di depan rumah keluarganya. Ia tidak ikut masuk meskipun hanya sekedar untuk memeluk ibunya. Ia sangat terlihat terburu-buru sehingga membuat Fany tidak mempermasalahkan apa yang Sean lakukan.
"Lo, Sean mana? Kamu kok sendirian saja?" Tanya Keisha begitu melihat menantunya berdiri di depan pintu rumahnya.
"Sean sibuk, mom. Ada urusan pekerjaan katanya." Jawab Fany seperti apa yang dikatakan Sean.
"Urusan pekerjaan? Kamu kan sekretarisnya, kamu tidak tahu?" Tanya Keisha.
"Beberapa hari ini saya mengambil cuti, mom." Jawab Fany.
"Kamu sakit?" Tanya Keisha, Fany menggelengkan kepalanya. "Masuk dulu yuk! Kita bicara di dalam saja. Kebetulan daddy kalian juga baru berangkat bekerja. Mommy jadi kesepian di rumah." Lanjut Keisha menarik menantunya masuk ke dalam rumahnya.
"Iya mom." Jawab Fany. Sejak menikah dengan Sean, ini adalah pertama kalinya Fany menginjakkan kakinya di rumah mertuanya. Selama ini mertuanya lah yang mengalah untuk mengunjungi mereka. Untuk itu, Fany langsung setuju begitu saja saat Sean memintanya untuk berkunjung ke rumah mertuanya meskipun hanya sebentar.
"Jadi kenapa kamu cuti? Kamu memiliki masalah dengan pekerjaan kamu?" Tanya Keisha setelah mereka duduk di ruang tengah.
"Bukan mom. Hanya saja ada sesuatu yang mungkin akan sangat menggembirakan yang perlu Fany katakan pada mommy." Kata Fany.
"Apa itu, sayang? Jangan membuat mommy penasaran! Mommy ini orangnya mudah kepikiran loh." Ujar Keisha penasaran dengan hal menggembirakan yang dimaksud oleh Fany.
"Jadi, sebenarnya saya mengambil cuti karena belakangan ini saya merasa tidak enak badan. Setelah saya test, ternyata saya positif hamil, mom." Ucap Fany akhirnya. Keisha terdiam membuat Fany khawatir. Bagaimana jika ternyata Keisha adalah alasan kenapa Sean memintanya meminum pil KB setiap harinya. "Mom." Guman Fany khawatir. Keisha tersenyum gembira setelah sadar dari keterkejutan nya.
"Ini bukan hanya berita menggembirakan. Tapi ini sangat sangat sangat menggembirakan. Jadi, sudah berapa bulan?" Tanya Keisha.
"Belum tahu, mom. Saya rencananya mau pergi ke dokter hari ini." Jawab Fany.
"Sean belum tahu?" Tanya Keisha.
"Saya belum memberitahu siapapun selain mommy. Saya ingin memberitahu Sean saat dia ulangtahun besok, mom." Jawab Fany.
"Wah, benar juga. Ya sudah mommy yang temani kamu ke dokter saja. Yuk!" Ujar Keisha.
"Memang tidak apa-apa mom? Mommy tidak sibuk?" Tanya Fany sedikit merasa sungkan.
"Memangnya hal apa yang bisa membuatku sibuk? Untuk kamu dan calon cucuku , mommy tidak akan merasa disibukkan." Jawab Keisha. "Ya sudah, mom ganti baju dulu!" Lanjut Keisha sambil pergi ke kamarnya dengan perasaan penuh bahagia. Akhirnya ia akan mendapatkan cucu dari anak bungsunya.
........
"Sekarang semua sudah jelas. Kamu jelas-jelas sedang mengandung cucu mommy. Jaga kesehatan kalian ya!" Ujar Keisha setelah mereka baru pulang dari dokter kandungan. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa Fany memang positif hamil dan kondisi janinnya baik-baik saja.
"Iya mom." Jawab Fany.
"Kamu istirahat saja dulu. Yuk mom antar kamu ke kamar Sean. Kamu harus istirahat yang cukup. Jangan terlalu capek!" Ujar Keisha.
"Iya mom. Fany pasti akan menjaga cucu mommy ini." Ucap Fany.
Keisha mengantar Fany ke kamar Sean. Ia ingin menantunya dan juga calon cucunya sehat-sehat saja.
Saat masuk ke dalam kamar Sean, Fany merasa bahwa ia seperti masih mencium aroma parfum milik Sean yang selalu Sean pakai. Ternyata selera Sean dari waktu ke waktu tidak pernah berubah. Fany duduk di pinggiran ranjang dan penasaran dengan isi laci meja kecil Sean. Jika seorang anak gadis biasanya menyimpan buku diary di dalam laci meja kamarnya, apa yang akan Sean simpan di dalamnya.
Dengan rasa penuh penasaran, Fany memberanikan diri untuk menarik gagang laci itu sampai terbuka. Fany mengernyitkan matanya. Ia menemukan selembar foto di dalamnya.
"Ternyata Sean masih menyimpan wanita ini." Gumam Fany melihat foto Arinka yang tengah tersenyum bersama Sean. "Ah, aku akan menelfon Sean dan mengingatkannya untuk makan siang." Ujar Fany kemudian mengambil ponselnya di tas kecilnya dan menghubungi Sean.
Tidak pernah terjadi sebelumnya, ponsel Sean tidak dapat dihubungi dan itu membuat Fany merasa cemas. Padahal di jam seperti saat ini Sean biasanya tidak akan menonaktifkan ponselnya karena menunggu pesan atau telepon dari Fany meskipun hanya sebuah pesan mengingatkan untuk makan siang.
Kemudian Fany memutuskan untuk menghubungi sekretaris Jane. Sekretaris wakil presdir yang biasanya juga berurusan dengan Sean.
"Hallo, sekretaris Jane, disini, ada yang bisa saya bantu?" Suara lembut dan sopan Jane membuat Fany merasa agak sungkan menelfon hanya karena menanyakan keberadaan suaminya.
"Selamat siang, apa pak Sean ada di tempat? Saya sepupunya. Saya tidak bisa menghubungi pak Sean." Ucap Fany karena tidak ada yang tahu tentang status pernikahan mereka.
"Oh, pak Sean tidak hadir di kantor hari ini. Kemarin juga tidak kembali setelah makan siang." Ucap Jane membuat Fany membulatkan matanya. Jika tidak ada di kantor, kemana perginya Sean?
"Oh, baiklah terimakasih informasinya." Ucap Fany kemudian memutuskan panggilan teleponnya.
Kemana Sean?
Kenapa tidak bisa dihubungi?
Fany tidak bisa berhenti memikirkan Sean. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Sean? Apa ia harus menceritakannya pada Keisha? Atau ia harus menunggu sampai Sore saat seharusnya Sean pulang? Entahlah, Fany tidak bisa berfikir jernih saat ini.
........
Hari sudah menjelang sore, ponsel Sean belum juga bisa dihubungi. Bagaimana Fany tidak merasa kebingungan? Sean tidak pernah menghilang seperti saat ini. Ia kini masih ada di kamar Sean sambil memegang kertas foto Arinka dan Sean bersama.
"Fan." Suara Sean membuat Fany segera menoleh mencari sumber suara.
"Sean. Darimana saja kamu? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" Tanya Fany sambil meletakkan kembali lembaran foto itu. Pria itu tersenyum kemudian memeluk istrinya dan mengecup singkat keningnya.
"Maaf, batrai ponselku habis tidak sempat mengisi." Jawab Sean.
"Kau sangat sibuk?" Tanya Fany.
"Ya, banyak pekerjaan di kantor." Jawab Sean.
"Tapi, sekretaris Jane bilang kau tidak datang ke kantor, kemarin setelah makan siang, kamu pergi ke mana?" Tanya Fany. Tubuh Sean menegang.
"Ehm.. Itu. Kemarin aku bertemu teman lamaku dan pergi bersama. Hari ini aku eee... pergi ke kantor kak Danniel. Aku merasa bosan dan mengerjakan pekerjaanku dari sana." Jawab Sean.
"Jangan ulangi lagi! Aku sungguh mengkhawatirkanmu." Ucap Fany.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi. Kalaupun ada apa-apa, aku pasti akan menghubungimu." Kata Sean. Fany mengangguk. "Sekarang kita pulang yuk!" Lanjut Sean.
"Kamu nggak bicara dulu sama mommy. Mommy pasti merindukanmu." Ucap Fany.
"Sudah. Mommy juga mengizinkan kita pulang. Sepertinya mood mommy sedang bagus." Kata Sean. Fany mengerti bahwa Keisha memang sedang senang karena kehamilan Fany.
"Baiklah." Jawab Fany.
Bersambung....