Istri Gemoy Kesayangan Pak Kapolres

"Aduh, pinggangku sakit dan tubuhku pegel-pegel kayak digebukin orang sekampung!" keluh Fiona sambil meraba pinggangnya yang nyeri.

Ia masih tidak bergerak dari atas tempat tidur karena tubuhnya benar-benar lemas dan mau menggerakkan pahanya saja sangat susah saking gak punya tenaganya.

Ternyata Pak Kapolres benar-benar merealisasikan niatnya untuk menunda kepergiannya untuk mengunjungi keluarga Pakde di kota sebelah.

Zion yang awalnya kikuk dan kaku karena mereka sama-sama baru pertama kali melakukan hubungan suami istri menjadi beringas dan liar seperti kuda liar saat Fiona mengeluarkan suara emasnya.

Tubuh Fiona di bolak balik seperti tempe goreng oleh Zion yang kecanduan adegan bercocok tanam sehingga berbagai macam gaya mereka lakukan hingga keduanya terkapar kelelahan dengan hati sama-sama puas.

Deru napas Zion berhembus di tengkuk belakang Fiona karena posisi gadis yang sudah berganti status jadi wanita itu membelakangi Zion yang memeluknya dari belakang. Keduanya masih berada dalam satu selimut tanpa sehelai benang yang menempel karena sehabis salat subuh tadi Pak Kapolres kembali menyerang sang istri dengan alasan belum puas.

"Bismillah, sssshhhh!" ucap Fiona pelan sebelum menggerakkan semua anggota tubuhnya untuk balik badan agar berhadapan dengan sang suami.

"Aduh!!!" pekik Fiona kelepasan tanpa sengaja karena rasa sakit di area pribadi sungguh luar biasa.

Zion langsung membuka matanya begitu mendengar suara kesakitan sang istri dan langsung duduk seketika itu juga.

"Sayang, apa masih sakit?" tanya Zion dengan nada khawatir.

"Huaaaa, masih! Mas suami jahat banget! Tega bener bikin aku kayak gini! Aku gak mau lagi ikut operasi mode apapun meskipun itu operasi militer ala James Bond!" rengek Fiona menangis tanpa air mata.

"Hehehe, beneran gak mau? Padahal siapa hayo yang bilang "Mas, gerak cepet! Aku gak mau mau jika gerakannya kayak keong! Faster, Mas!" hayo, masa lupa?" goda Zion sambil terkekeh geli.

Fiona yang diledek langsung mengambil selimut dan menutupi mukanya hingga membuat Zion tertawa terpingkal-pingkal.

Pria itu langsung meraih bokser yang tergeletak dilantai lalu memakainya. Dengan gerakan cepat ia menarik selimut yang menutupi tubuh sang istri lalu menggendongnya hingga Fiona memekik sambil memeluk erat leher sang suami.

"Mas!! Kenapa kau ambil?? Aku malu digendong kayak gini?" pekik Fiona dengan memeluk erat leher Zion takut terjatuh.

"Malu? Mas kan udah lihat semuanya, bahkan udah ngerasain semuanya lagi!" sahut Zion santai sambil berjalan menuju kamar mandi.

Pria itu tersenyum bahagia melihat tubuh sang istri penuh dengan jejak merah keunguan tanda bukti kegansannya semalam. Dari leher hingga paha dalam penuh dengan jejak-jejak tersebut tanpa terkecuali area gunung kembar yang sintal dan area kerang basah yang pink merona.

Teringat semua itu membuat junior Zion kembali bangun dan membengkak didalam boksernya.

"Astaga Gatot, baru keingat aja kamu udah baper pakai bangun segala dari tidurmu! Tapi wajar sih kamu bangun karena rumah baru kamu benar-benar legit dan menggigit! Rasanya nyesel banget kenapa kamu baru ketemu sama si Degem tadi malam, kenapa gak kemaren-kemaren aja ketemuannya!" batin Zion mengomeli juniornya yang diberi nama Gatot alias gagah berotot.

Dengan hati-hati Zion meletakkan Fiona atas kloset lalu mengisi bath up dengan air panas dan air dingin. Setelah merasa suhu airnya sudah pas, Zion kembali mengangkat Fiona dan memasukkannya kedalam bath up.

"Ayo, Mas mandiin!" ucap Zion dengan maksud tertentu.

"Gak! Yang ada nanti Mas malah nambah lagi! Tuh, si Gatot udah siap tempur aja! Aku emoh, si Degem alias dedek gemes masih sakit!" tolak Fiona dengan cepat saat tanpa sengaja melihat bokser suaminya sudah menggembung.

"Yah, ketahuan deh!" sungut Zion dengan sengaja memasang wajah sedih.

"Emoh, aku gak peduli! Gak usah bikin muka kayak anak kucing gitu! Gak cocok dengan badan gede kamu, Mas suami! Dah, keluar sana! Nanti gantian mandinya!" keukeh Fiona tidak terpengaruh dengan muka melas sang suami.

Zion memasang wajah merenggut dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan muka lesu.

"Kamu sih Gatot, bangun gak tau tempat! Mentang-mentang udah tau gimana rasanya di Degem main bangun aja! Tuh kan, kita jadi diomeli dan gak dapat apa-apa!" omel Zion sambil menatap boksernya.

Ck, dasar Pak Kapolres omes. Si Gatot pake disalahin, bilang aja sampean doyan dan gak pernah puas-puasnya mentang-mentang baru perdana buka puasa.

Tidak ingin semakin tersiksa membayangkan enaknya si Degem, Zion memutuskan untuk mandi di kamar mandi dapur aja.

Sementara didalam kamar mandi, Fiona menatap miris tubuhnya yang tidak berbentuk karena penuh dengan tanda cinta yang dibuat sang suami.

"Suamiku benar-benar ganas kayak orang kesurupan! Gak ada celah lagi tubuhku dibikin stempel kayak gini! Mana tadi malam di bolak balik lagi kayak tempe goreng dengan berbagai gaya. Aku curiga, katanya baru pertama kok kayak pro banget mainnya?" gumamnya sambil membuang kasar napasnya.

Rasa sakit pada area sensitif nya perlahan hilang setelah berendam dengan air hangat. Namun rasa ada yang mengganjal masih tetap ada sehingga saat berjalan keluar dari kamar mandi Fiona berjalan seperti pinguin.

Fiona berpegangan pada dinding menuju lemari untuk mengambil pakaian bersih. Dirinya tersenyum saat melihat seprei biru muda diatas kasur ada bercak darah yang sudah mengering. Zion yang sudah berpakaian rapi dengan celana pendek dan kaos tanpa lengan tertegun melihat istrinya masih menggunakan handuk yang hanya menutupi bagian dada hingga kepaha saja.

"Sayang, kok gak pakai baju? Nanti kamu kedinginan loh?" tanya Zion dengan menghampiri sang istri.

"Mas, aku gak bisa pake celana dalam?" rengek Fiona dengan manja sambil memperlihatkan celana dalam warna merah maroon di tangan kirinya.

"Gak usah pakai celana dalam, Yank! Nanti si Degem aku olesi obat biar gak sakit lagi! Ayo, pakai dulu bra sama daster aja!" ucap Zion sambil terkekeh.

Ia dengan sigap mengambil bra Fiona tanpa merasa canggung dan malu bersama satu daster selutut tanpa lengan. Begitu matanya melihat kearah kasur, senyum cerah terbit dari wajahnya melihat bercak darah yang menghiasi seprei tersebut.

Zion melepaskan seprei tersebut dan melipatnya dengan rapi sehingga membuat Fiona bingung.

"Loh, Mas! Kok malah dilipat? Kan mau aku taruh dikeranjang cucian?" tanya Fiona dengan bingung.

"Gak usah dicuci! Mau tak simpan buat kenang-kenangan jika tanda ini adalah sebagai pengingat jika kamu adalah milik aku!" jawab Zion santai yang langsung membuat Fiona tersipu malu dengan jawaban yang tidak Fiona duga sama sekali.

Bersambung...