Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badai apa Petir?
Kanjeng Mami tak henti mondar mandir di Ruang keluarga, ia masih kesal dengan sikap Maher yang mengusir dari kamarnya serta Renald yang mengejeknya.
Kusut, runyam, semrawut dan masih banyak lagi, melekat tepat di wajah Kanjeng Mami. Danger bukan main situasinya bagai Bom TNT dalam serial game Crash Team Racing (CTR) di PlayStation akan meledak dalam hitungan detik bila menabraknya.
Kepalan tangan yang semakin kuat hingga otot terlihat jelas di balik kulit tangan Kanjeng Mami. Pikiran nya tersusun banyak rencana, entah akan di ledakan sekaligus atau bertahap.
"Awas kalian ya ..." geram nya sambil mondar-mandir di Ruang Keluarga.
Tak lama kemudian, Maher keluar dar kamar nya dengan keadaan rapih, bersih dan wangi bahkan terlihat lebih tampan di hari sebelum nya. Dengan santai, ia bersiul tak henti seolah sedang menikmati pagi ini dengan sejuta ke indahan.
Kata Mami, "Akhirnya keluar juga ya, awas kamu ya" kesalnya sambil menatap dengan penuh dendam.
"Maher ....." teriaknya dengan kuat dan keras hingga seisi rumah terguncang. Bahkan Si Mbok yang tengah masak di dapur melompat ke meja dengan tubuh gemetar, karena kaget atas teriakan Mami yang melebihi Toa Masjid.
"Astaga, itu badai apa petir, dahsyat sekali ya" kata Si Mbok di atas Meja asal bicara.
Maher seketika diam tak bergerak, ia tak berani menoleh, karena ia tahu dirinya salah atas sikap nya yang mengusir Mami di kamarnya.
"Ala mak ..., celaka dua belas ini" batin Maher mengeluh.
Ancam Kanjeng Mami, "Sekali kau melangkah kan kaki mu, ku pastikan kau pindah alam hari ini juga" dengan menaikan kedua lengannya di atas pinggang.
"Set dah ..., ini Mami ngeri-ngeri sedap" batin Maher dan perlahan menolehnya.
"Hehe ...," tawa polos Maher seolah ini adalah sebuah lelucon.
"Kenapa kamu ketawa, hah?" Bentak Mami dengan kedua bola mata hampir keluar.
"Dari mimik nya, ini serius deh" batin Maher berpikir.
"Mmm ..., tapi, aku lagi buru-buru Mi" jelas Maher beralasan.
"Tidak ada alasan pokonya, sini kamu"
"Mi ..., please deh, ini udah siang, aku mau berangkat kerja ke Bengkel"
"Bodo amat, ..."
Mau tak mau Maher menghampiri Mami nya yang sedang meluapkan emosinya bagai Bom TNT.
Kesal Mami, "Kamu tuh ya, berani-beraninya usir Mami dari kamar mu, hah" ucapnya sambil menjewer telinga Maher.
"Adu duh duh .., Mi sakit Mi, sakit .." ujar Maher kesakitan.
"Memang enak, ini lah akibat mengusir Mami di kamar mu, kamu pikir Mami kambing segala di usir"
"Memang mirip Mi" keceplosan Maher. "Ups," sambil menutup mulutnya.
"Apa kata mu ..." bentak gahar Mami.
"Ehh, maksudnya bukan mirip, tapi ... Mmm" jelas Maher tak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya bisa merasakan sakitnya di jewer.
Kanjeng Mami semakin jadi atas emosinya, apalagi Maher segala bicara sembarangan, yang ada semakin membuat Mami geram dan gahar bagai Badai petir menyatu sekaligus meratakan isi Bumi.
Bentak Mami, "Siapa itu Aminah, hah?"
"Buka siapa-siapa, Mi" ngeles Maher.
"Bukan siapa-siapa. Tapi, kamu rebut ponsel mu dari Mami, tau Mami lagi enak ngobrol"
"Serius, Mi ..." Maher berbohong.
"Jangan bohong kamu, dia bilang teman dekat mu" ujar Mami.
"Hhmm ..., gak bisa bohong kan gue kalo udah gini" batin Maher.
"Ya, ya, ya ..., aku jelasin, tapi lepasin dulu telinga aku, sakit nih Mi" kata Maher.
Kanjeng Mami melepaskannya, dan mulai duduk di sofa kebanggaannya, sofa model permaisuri yang cetar membahana. Dengan gaya kaki kanan menumpang pada kaki kirinya.
"Jangan main-main kamu sama Kanjeng Mami yang super-super cuantik" katanya dengan lebay.
Keluh Maher, "Iya, iya, iya ..., gimana Mami aja deh"
"Jadi, siapa Aminah?" Tanya serius Mami tak mengurangi pandangannya dengan sinis.
"Mmm ...., Aminah, pacar aku" jawab Maher berkata apa adanya.
"Terus ..?"
"Ya gak terus lah ..."
"Maksud Mami, apa dia kaya, keturunan Sultan, punya perusahaan atau apalah itu, yang jelas Mami ingin tahu semuanya" Ujar Kanjeng Mami menyinyir dengan lebay.
"Ini nih yang gak enak ujungnya, nyesel gue ngomong jujur" Batin Maher menyesali.
"Ayok cepet, Mami pengen tahu, jangan melamun aja, kaya cicak ngebidik nyamuk kamu tuh ..., cek,cek,cek," katanya sambil memperagakan suara cicak dengan wajah konyol.
"Dih, Mami beneran mirip cicak" ejek Maher.
"Terserah kamu, yang jelas Aminah gimana? Mami udah gak tahan nih pengen denger"
"Yaya ...," jawabnya padat. "Aminah tuh, orang kaya, orang sukses, punya Toko Kue termahal di Jakarta" jelas Maher berbohong.
"Hah ...,, serius kamu?" Tegas Kanjeng Mami dengan kedua bola matanya hampir keluar.
"Ya ..." jawab Maher sambil menggaruk kepalanya sebelah. "Duh, kenapa gue asal bicara, bisa berabe urusannya kalo Mami tau aslinya seperti apa, Aminah" keluh batin Maher.
"Akhirnya Mami punya menantu yang super-super Kaya ..., hahaha" jelas Kanjeng Mami terbahak-bahak. "Eh, tapi dia cantik gak?" tanya kembali Kanjeng Mami seusai tertawa dengan terbahak-bahak.
Sambung Maher tak meragukan lagi soal kecantikannya. "Iya lah cantik, masa ya iya doang" dengan tengilnya di hadapan Mami.
"Ini baru anak Kanjeng Mami yang jenius dan super-super tampan ....". Jawab Kanjeng Mami dengan ekspresinya yang lebay.
"Sudah ah, Maher mau ke bengkel, udah siang ini" kata Maher.
"Hati-hati ya sayang."
"Ya Mi ..." jawab Maher dan bersiap untuk pergi.
"Eitzzz, cium pipi kanan pipi kiri mana?" Manja Kanjeng Mami.
"Ya ya ya ..., much, much" kata Maher dan mencium pipi Mami dengan lembut.
"Oh aku suka sekali ..., makasih sayang" ujar Kanjeng Mami tersenyum.
Maher pergi meninggalkan Kanjeng Mami di ruang keluarga seorang diri. Namun, hendak sampai pintu depan Rumahnya. Kanjeng Mami meneriaki kembali Maher dengan keras.
"Maher ...." teriaknya.
"Duh kenapa lagi ini Mami" batinnya dan berhenti didepan pintu sambil menolehnya. "Ya, kenapa lagi Mi?" kata Maher.
"Bilang sama Aminah, jangan panggil Mami dengan panggilan, Ibu! Mami tidak suka itu" ujar Kanjeng Mami yang tidak terlalu penting dibicarakan terhadap Maher.
"Ya ya ya ..." keluh Maher lalu pergi dengan cepat.
"Yes ..., aku suka, aku suka, aku suka itu" jawab Kanjeng Mami seorang diri sambil menari-nari.
"Sepertinya harus aku bicarakan soal Aminah kepada mereka nih" seru Kanjeng Mami sambil memainkan layar ponselnya untuk menelpon seseorang.
"Halo semuanya anak Mami yang cantik-cantik se-Jakarta" Teriak Mami di dalam ponsel dengan panggilan Video Call kepada dua anak perempuannya.
"Halo juga Kanjeng Mami yang super-super cantik" serentak keduanya yang tengah sibuk menghabiskan waktu di rumah mereka masing-masing.
"Ehh ..., tau gak kalian, ada gosip baru beredar di rumah kita yang mewah ini loh" kata Kanjeng Mami dengan lebay.
"Hah .., apa itu Mami" serentak mereka berdua.
"Ishhh .., kalian ini, gak usah kompak gitu deh, pusing tau Mami dengernya" keluh Mami sambil memainkan tangan kanannya di samping kepala seolah benar terasa pusing.
"Ya, ya, ya, " Jawab Mbakyu.
"Memang gosip apa Mi?" tanya Sarah sambil meminum secangkir teh hangat khas negara China.
"Itu loh, Aminah ..." jelas Kanjeng Mami.
"Aminah? Siapa dia ...?" Ujar Mbakyu.
"Hehe ...., Mami lupa, malah ngomong setengah-setengah sama kalian, duh Mami jadi greget deh ..."
"Hhmm ..., Mami ini sudah tua jadi begini-nih" celetuk Sarah.
"Apa kata mu? Mami sudah tua ...!" cibir Kanjeng Mami sedikit kesal.
"Hehehe ..., maaf Mami, becanda kok" kata Sarah menutupi candaannya dengan senyum.
Kata Mami dengan lebay, "Jadi, Aminah itu pacar nya Maher"
"Hah ...,, pacar nya Maher? Seriusan Mi" kaget Mbak yu dan sarah dengan kompak.
"Iya, serius"
"Ah gak percaya, Mami tau sendiri Maher kaya gimana orangnya kalau sama cewe, dia kan tidak pernah pacaran dari dulu."
"Itukan dulu, tapi sekarang berbeda lah, kan anak Mami udah dewasa kali, jadi udah jago meluluhkan wanita" cerita Kanjeng Mami dengan serius.
"Oh gitu ..." singkat Mbakyu seraya berpikir.
"Terus-terus gimana tuh Mi soal Aminah?" Tanya Sarah.
"Aminah itu cantik, kaya, pengusaha kue terkenal di jakarta, pokonya Mami suka itu" Kata Kanjeng Mami menyinyir.
"Serius Mi?"
"Iy lah, masa Mami bohong sih"
"Mami udah ketemu sama Aminah?" Tanya kembali Sarah.
"Hehe ..., belum sih" tawa lugu Kanjeng Mami.
"Hhmm ..., dasar Mami tuh" keluh Mbakyu mencibir bibirnya. "Terus, Mami Kata siapa dia itu cantik, pengusaha kue dan kaya?" Sambung cecar Mbakyu.
"Kata Maher" jelasnya.
"Yakin Mami Percaya apa kata Maher?"
"Percaya lah, Maher kan tidak pernah berbohong sama Mami"
"Ya mudah-mudahan"
"Awas Mami di tipu Maher lagi" potong Sarah.
"Gak mungkinlah sayang, kalo Maher tipu-tipu Mami, berarti Maher bosan hidup" jelas Kanjeng Mami.
"Hihihi ..., kiamat sudah dekat kan Mbakyu kalo Mami sudah ngomong begitu!" Kata Sarah tertawa tipis. "Ya, ya, ya, "sambung Mbakyu.
"Ya sudah, Mami mau luluran dulu ya, Kulit Mami gatal-gatal nih" kata Mami dan lekas menutup Video call nya bersama kedua anak perempuannya.