Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kerjasama..
"Aku akan berusaha, yah" akhirnya Hana membuka hatinya kembali. Kenapa tidak mencoba dulu, pikirnya.
Entah kenapa hatinya terasa tentram setelah mendengar penjelasan Li. Dulu menutup hatinya karena cemburu, memutuskan untuk tidak mengetahui tentang Avril, dan ingin sekali move on dari Li, tapi tak bisa, setiap malam merindukan Li. Bahkan sekrang, ia luluh kembali.
"Berarti kamu mau menemui nona?"
"iya, aku mau menemui nona" Hana mengangguk dan tersenyum.
"Terimakasih, sayang " kecupan hangat dikening Hana.
Hana mengangguk.
"Nanti malam kita bertemu di hotel A, makan malam bersama, Noah dan Reino juga diajak ya"
"Nanti malam? Di hotel A? Berarti nona ada di Turki juga? Hotel A kan berdampingan dengan hotel ini!??" Hana menebak sekaligus bertanya.
"iya benar, kami ada di sini, sedang melakukan perjalanan bisnis"
"Berarti semua sudah kamu rencanakan? Paket liburanku dan anak-anak disini.. Pertemuan nanti bersama nona.. Itu sudah kamu rencanakan?"
"Tentu saja.." Li tersenyum penuh kemenangan.
"Ish.. Kamu pandai sekali dalam memperhitungkan segala sesuatu"
"Tentu saja, semua harus sesuai dengan rencana. Makannya aku sampai mati-matian membujuk kamu sampai mau.."
"Ish.. Apaan mati-matian!"
Li terkekeh.
"Lihat, aku melakukan apapun demi nona, juga demi kamu" mengangkat dagu Hana dan menatapnya
"membujuk wanita lebih melelahkan daripada mengejar buronan"
Cupp.. Kecupan dibibir Hana.
Hana ikut terkekeh.
"Memang kamu pernah mengejar buronan?"
"Tidak ada kerjaan lain apa!. Untuk mengejar buronan, aku mengandalkan anak buahku. Tapi untuk mengejarmu, harus aku sendiri yang berusaha" jelasnya.
"Tentu saja, wanita suka dikejar" Hana tidak mau kalah.
"cihhh.. Merepotkan!"
Mereka tertawa mengingat kejadian tadi.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar hotel dibuka dan masuk kedua anak laki-laki Li. Mereka masuk sambil berdebat kecil. Hana ingin bangkit dari pelukan Li, tapi Li menahannya dengan erat. mendengarkan celotehan anak-anaknya.
"Kau duluan yang mengambil makananku!" suara Noah
"Kau sendiri tidak memakannya!" suara Reino.
"Aku menyimpannya, buat nanti! Kau habiskan!"
"Jadi orang jangan serakah!"
"Siapa yang serakah!? Kau mengambil makananku tanpa izin."
"Aku minta izin, dalam hati.. Blee" Reino menjulurkan Lidah.
Noah kesal dan ingin membanting tasnya pada Reino. Namun hanya mengambang diudara, karena Li keburu memanggilnya
"Hei kalian!" suara besar Li.
Sontak Reino dan Noah langsung melihat ke arah suara.
"Ayah" ucap keduanya berbarengan. Mereka langsung berhamburan ingin memeluk Li. Tapi berhenti, saat melihat Hana tengah dalam pelukannya, menutup wajahnya karena malu.
"Kemarilah" ucap Li yang melihat Reino dan Noah hanya mematung melihat ibunya.
"Ibu sedang rindu pada ayah, sampai dia tidak mau melepaskan pelukannya"
Hana terbelalak, ia memukul dada Li. Reino dan Noah malu sendiri melihat orang tua mereka bercanda.
"Aduh.. Hahaha" Li tergelak memegangi dadanya.
"Kau yang menahan ku!" Malu.
"Dih tidak mau ngaku!" terus tertawa.
Tangannya melambai pada Reino dan Noah, memintanya mendekat.
"Ayah kenapa ada disini?" Reino.
mereka ke arah Li, mendekat ke masing sisi Li, mengisi ruang untuk bisa berpelukan bersama.
"Ibumu merindukan ayah, jadi ayah menemuinya"
"Bohong ya!" Hana tak terima.
"Ibu kalian tidak mau mengaku"
Hana mendengus kesal. Pipinya merona, ia ingin bangkit dari dekapan Li. Tapi Li kembali menahannya.
"Tunggu, tunggu" Li menarik kembali tubuh Hana ke pelukannya.
Mereka berpelukan bersama, ah bahagianya. Reino dan Noah berbeda dua tahun, Reino berusia 9 tahun, Noah 11 tahun. Namun sekarang mereka terlihat seperti anak kembar saja.
"Kalian makin keren, anak-anak ayah" ucap Li mencium kepala Noah dan Reino.
"Hehe.. Tentu ayah. Aku sudah keren dari lahir" ucap Reino percaya diri.
"Cihh.. Keren apanya!" ejek Noah.
"Apa kau!!" Reino tidak terima.
"Diamlah..!" pinta Li
akhirnya mereka diam dan kembali berpelukkan. Tangan Noah digeplak oleh Reino. Usil sekali si Reino. Noah ingin membalas, namun tangannya hanya mengambang. Kesal tapi takut dimarahi.
"Kalian menjaga ibu dengan baik?"
"Aku selalu menjaga ibu ayah" Noah
"Noah nakal, ayah. Suka merepotkan ibu!" provokasi Reino
"Diam kau!"
Tak peduli dengan pelototan Noah.
"Aku selalu menjaga ibu dengan sangat baik ayah"
Li mengangguk. Faham dengan kelakuan anak-anaknya.
"Ayah percaya pada kalian, kalian pasti menjaga ibu dengan baik. Terimakasih ya "
"iya ayah.."
Derrtt derrtt...
suara ponsel Li berbunyi.
"Reino tolong ambilkan" tunjuk Li pada ponselnya di atas meja dekat kamar mandi, ia menyimpannya saat pergi ke kamar mandi tadi.
Reino dengan semangat mengambilkan ponsel. Lalu menyerahkan pada Li.
"Halo" diangkatnya.
"Paman! Dimana? Aku sudah siap menghadiri pertemuan, 20 menit lagi kata Fani"
"Ya Tuhan .. Baik nona, saya segera datang" Li langsung terperanjat. melepaskan pelukan dari istri dan anaknya.
"Cepatlah.. tidak biasanya paman telat"
"maaf nona"
Tut.. Telpon ditutup.
Li segera meraih tas dan mengambil pakaiannya yang berada di dalam. Hana dan kedua anaknya hanya menatap keburu buruan Li.
"Ayah, ibu bantu ya" meraih baju Li.
"Cepatlah!" Li dengan cepat memakai celana, kemudian Hana memakaikan baju. Bathrobe nya dilempar ke sembarang arah. Segera merapikan pakaian dan Hana memasangkan dasi.
Setelah selesai semua, rapih dan wangi. Li pamit pada Hana dan kedua anaknya lalu segera pergi.
Sesampainya di halaman hotel, bertemu dengan nona Avril dan Fani beserta yang lainnya juga.
"Paman ada di hotel sebelah ternyata!" Avril menatap tak percaya saat kedatangan Li.
"sudah tidak ada waktu nona, ayo cepat" mereka berjalan ke arah mobil dan segera pergi ke tempat tujuan untuk menghadiri pertemuan.
Avril hanya fokus pada ponselnya, terlihat tidak mood, karena tidak ada kabar dari Kei sedari tadi, di telfon tak diangkat, pesan tidak dibalas. Fani yang sedang berceloteh menjelaskan kembali apa yang mesti dilakukan nona Avril di pertemuan nanti, tidak didengarkan oleh Avril.
"Nona, nanti anda akan bertemu dengan pak Harry selaku teman bisnis, dan juga akan ada Master John Morgan, tuan Criss Morgan dan blablabla.. " panjang lebar namun tidak didengar Avril. Pikirannya fokus pada Kei.
"Tuan Criss tidak bisa mendengar nona, jadi anda hanya akan berbincang dengan master John Morgan saja dan yang lain" lanjut Fani , yang juga tidak didengar Avril.
*****
Avril duduk dengan anggun disamping kolega bisnisnya bernama pak Harry, mereka tengah berbincang-bincang dengan hangat. Avril hanya sesekali menimpali pembicaraan dengan tak luput senyum manis selalu ia pancarkan. Di depannya tiga orang asing yang sangat terkenal di dunia bisnis bagian barat, bernama Master John morgan , Criss Morgan yang merupakan anak Master John Morgan. Satu lagi asistennya bernama Liu. mereka akan melakukan kerja sama bisnis dengan Avril dan pak Harry. Jika keadaan sesuai dengan apa yang mereka inginkan maka kerjasama akan disepakati.
Dimana Li, tentu saja ia berada di samping Avril. Berdiri tegak dengan raut wajah datarnya.
Kalau biasanya Avril tidak terlalu peduli dengan pembicaraan, toh ada Li selaku kartu memori Avril yang siap merekam dan mengingat apa yang tengah diperbincangkan baik itu saat meeting atau saat seperti ini. Namun saat ini, ia terlihat antusias dan bersemangat karena didepannya seseorang yang sangat terkenal di kerajaan bisnis, dan yang paling penting adalah karena mereka tampan semua dan muda. Enak dilihat, pikirnya.
Tunggu, kenapa laki-laki keren itu hanya diam, dan sesekali tersenyum saat melihatku? Avril menatap Criss yang hanya dibalas senyuman manis dari wajah tampan itu.
Avril berbisik pada pak Harry disampingnya.
"Pak, kenapa Criss hanya diam? Apa dia tidak bisa bicara?" Bisiknya.
"Nona, pak Criss. Dia tuli" bisik pak Harry.
Oohh.. dalam hati.
Akhirnya Avril menggunakan bahasa isyarat untuk menyapa Criss Morgan.
"Tuan Criss, anda sangat tampan. Berapa usiamu?" Bahasa isyarat Avril. Ternyata lancar juga dia. Tak lupa terus tersenyum pada laki-laki tampan itu.
Criss terkejut nona Avril menyapanya dengan ramah.
"Halo nona, terimakasih, anda pun begitu cantik dan mempesona, usiaku dua puluh lima tahun" jawab Criss Morgan dengan bahasa isyarat.
Avril tersenyum dan mengangguk dengan lembut.
"Nona, saya sudah mengetahui tentang anda, anda sangat luar biasa hebat" lanjut Criss.
"Terimakasih tuan, anda baik sekali" tangan lentiknya menggerakkan bahasa isyarat dengan lembut.
"Nona, bolehkah saya berkunjung ke perusahaan mu?, saya ingin melihat perusahaan mu lebih dalam"
"Dengan senang hati, tuan Criss Morgan, kami akan menyambutmu dengan suka cita"
Master John Morgan terkejut dengan perbincangan nona Avril dan Criss, ia tidak menyangka gadis itu bisa bahasa isyarat dengan anaknya. Sungguh pemandangan yang sangat menghangatkan. Ia takjub sekaligus bangga pada Avril.
Begitu juga yang lain yang berada di ruangan itu, mereka asyik menyaksikan perbincangan dengan bahasa isyarat itu, walau tidak semua faham. Tapi melihat raut wajah Avril dan Criss yang begitu mempesona karena saling melempar senyuman saat berbincang, mereka terlihat bahagia.
"Nona" sapa master John Morgan.
"Iya Master?"
"Anda sangat mahir sekali berbahasa isyarat"
"Benar master, saya suka mempelajarinya saat senggang di rumah" tak lupa tersenyum semanis gula.
"Benarkah nona? Anda sangat luar biasa, cantik dan cerdas. Apa yang membuatmu ingin belajar bahasa isyarat?"
"Saya mempelajari bahasa isyarat karena itu merupakan langkah nyata untuk mendukung inklusivitas dan mempererat hubungan antarkomunitas, terutama dengan komunitas Tuli." Jawab avril dengan ucapan juga tangannya menggunakan bahasa isyarat agar Criss juga memahami apa yang ia ucapkan.
Master John mengangguk dan merasa bangga.
"Anda menggunakan bahasa isyarat dengan sangat baik nona"
"Iya master, itu karena dengan memahami bahasa isyarat, kita tidak hanya membuka jalur komunikasi, tetapi juga menunjukkan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan pengalaman hidup yang unik"
Master John terlihat puas sekali dengan jawaban Avril.
"Belajar bahasa isyarat membawaku lebih dekat pada tujuan bersama, yaitu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan kaya akan empati. Dan hal yang terpenting untukku mempelajari bahasa isyarat adalah bahwa, perjalanan ini bukan hanya tentang menguasai bahasa, tetapi juga tentang membuka hati dan pikiranku untuk saling memahami". Lanjut avril.
Lihat, Li sangat bangga dengan Avril, ia tersenyum medengar penjelasan Avril yang begitu baik dalam menyampaikan kata.
Apa kau belajar bahasa isyarat saat berada di ruang kerja Tuan Edward, nona?. Kau bahkan tidak membiarkanku masuk ke dalam ruangan itu. Kupikir kau hanya sedang bermalas-malasan disana. Pikir Li
Perbincangan dengan bahasa isyarat masih berlanjut.
"Saya mempelajari bahasa isyarat sebagai langkah kecil yang membawa dampak besar bagi kehidupan, karena komunikasi adalah jembatan untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, ramah, dan menghargai perbedaan"
Criss manggut-manggut, ia semakin tertarik dengan nona Avril.
"Nona, senang sekali mendengar penjelasan darimu, saya akan sangat bersyukur jika bisa terus bekerja sama denganmu" ucap Criss
Aaa... Betapa bahagianya Avril, langkah awal baru untuk Avril. Memperluas jaringan bisnisnya ke seluruh dunia.
Pada akhirnya kesepakatan bekerja sama terjadi, mereka sangat puas dengan penyampaian dari Avril.
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...