Ketulusanku

Keesokan harinya. Di sebuah salah satu kamar mewah di dalam hunian besar. Aditya tengah memasang dasinya di bantu oleh Aline sang istri. Sejak tadi Aline selalu tersenyum, setiap hari juga begitu. Sangat jauh berbeda dengan Aditya yang diam saja tanpa ekspresi.

"Mas aku boleh gak nanti keluar. Bareng sama temen-teman aku.. lagian aku udah gak jadi model lagi, kan bosen kalo di rumah mulu..." Ucap Aline menatap sang suami. Namun Aditya hanya diam saja.

Aline menarik nafas, Selalu saja begini. Aditya yang dulu bukanlah Aditya yang sekarang. Bukan Aditya yang banyak bicara, Ramah perhatian. Sekarang? Pria itu berubah seratus delapan puluh derajat menjadi dingin, dan datar.

"Mas... aku tuh ngomong sama kamu loh.. dengerin kek..."Aditya masih diam. Pria itu mengambil sebuah kaos kaki serta sepatutnya dan mulai mengenakannya.

"Mas.. aku ngomong sama kamu.. denger gak sih!.."Aditya medongak. Lagi-lagi Aditya hanya menatap datar Aline.

"Ya! Aku denger.. kamu mau keluar kan? Lagian ngapain kamu keluar.. bisa gak di rumah aja..

"Yaudah iya... aku gak mau kemana-mana hari ini.."Ucap Aline pasrah. Pria itu bangkit berjalan ke arah pintu, membukanya dan turun tangga menuju ke ruang makan.

Sementara di belakangnya Aline ikut turun dengan wajah cemberut. Semenjak kepergian Kanaya dan terbongkarnya kelicikannya, Aditya langsung berubah, Tidak hanya kepada dirinya tapi juga kepada mamanya.

"Eh Menantu mama udah turun. Ayo sini sarapan... "Baru sampai di ruang makan sudah di sambut oleh sang ibu mertua dengan baiknya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan fres itu mengelus perut Aline yang masih rata.

"Ayo duduk kita sarapan biar cucu mama sehat.." Ucap mayang. Disaat mayang menyambut hangat kedatangan sang menantu sangat jauh berbeda dari respon yang lain.

Tuan Wira diam, Shayra asyik sendiri dan Aditya? Entahlah.. Pria itu seakan pria yang paling sibuk sedunia dan tidak peduli siapapun.

"Adi..

"Hmm..

"Kamu tuh kenapa sih.. Kok malah jadi kayak gini... perhatiin Aline donk.. dia tuh lagi hamil anak kamu....

"Tapi dia bisa kan melakukannya sendiri tanpa di bantu. Kanaya saja dulu apa-apa bisa melakukannya sendiri, masak Aline tidak bisa..."Bukan Aditya yang bicara, melainkan Tuan Wira sendiri.

"Ya beda donk pa...

"Apanya yang beda.. ? Tapi ya, Terserahlah manjakan saja dia dirumah ini. .. Tapi ingat! aku tidak mau ikut campur jika ada sesuatu yang terjadi..."Setelah mengatakan itu,Tuan Wira bangkit dari kursinya dan segera pergi darisana di ikuti oleh Shayra yang hendak berangkat sekolah.

Aditya juga demikian. Pria itu ikut pergi meninggalkan dua Wanita berbeda usia disana. Aline berdecak kesal, Sungguh ia tidak suka jika harus di banding-bandingkan apalagi yang di buat perbandingan adalah Seorang pelayan seperti Kanaya.

"Udah kamu gak usah dengerin omongan papa.. Dia kan emang sayang sama Si pelayan itu..."Ucap Mayang memecah keheningan

"Tapi Papa selalu aja banggain dia ma... Dan aku gak suka itu...Lagian ya, Sebenarnya kemana ya si perempuan itu .. jadi penasaran....

"Dimanapun dia berada, Terserah, mama udah gak peduli. Lagian ngapain kamu mikirin dia, Gak usah.Mending kamu pikirkan diri kamu sendiri dan Aditya, bagaimana caranya agar sifat Aditya itu kembali seperti dulu. Setelah kamu berhasil, Baru kita bicarakan pelayan kampung itu. Kalo perlu kita bayar mahal orang buat cari dia.."Aline setuju. Ia harus tau dimana Kanaya berada, Mustahil jika wanita itu pergi jauh. Kanaya hanya wanita kampung yang tidak paham seluk beluk jalanan di kota ini.

.

.

.

Aditya sampai di dalam ruangan pribadi miliknya. pria dua puluh delapan tahun itu hanya duduk dan diam. Ia menarik nafas panjang, Selalu saja jika dalam keadaan seperti ini, Aditya merasa sendiri.

Pikirannya melayang-layang dan selalu berpikir dimana Kanaya berada. Bahkan para anak buahnya yang ia perintahkan belum memberi kabar sedikitpun.

Aditya sadar ia sudah punya istri dan sekarang dirinya adalah calon seorang ayah. Tapi entah kenapa ia tetap merasa sendiri. Andai ia bisa sabar dan menjalani kehidupannya bersama Kanaya dengan mengikuti aliran seperti air, pasti dengan berjalannya waktu Ia bisa mencintai gadis kecilnya itu.

Lagi-lagi Aditya mengeluarkan kalungnya. Sebuah kalung yang pernah ia berikan kepada Aya,nya. Seorang gadis kecil sembilan tahun putri dari seorang pria baik yang dengan tulus telah menolongnya,merawatnya hingga sembuh total. Tapi apa balasannya aditya kepada pria itu. Tidak ada.. Tidak ada balasannya sama sekali.

Aditya mengecup liontin itu berkali-kali. Pantas saja Kanaya tidak memakainya, karena kalung tersebut memang sudah putus. dan kemungkinan Kanaya tidak mempunyai biaya untuk membenahinya. Mengingat Bahan kalung tersebut dari luar negri.

"Maaf.. maafin mas ya.. Mas menyesal.."Ya sungguh sangat menyesal Aditya. Andai ia bisa bertemu Kanaya, Ia berjanji pada diri sendiri jika pria itu akan menceraikan Aline demi Kanaya. Tapi apa mau di kata, Kanaya sudah pergi dan sampai sekarang ia tidak tau ada dimana Gadis kecilnya itu.

Tok.. tok..

"Masuk.."Erik sang asisten muncul di balik pintu sembari membawa beberapa berkas di tangannya.

"Maaf Tuan .. ada Morgan di luar..

"Suruh saja masuk.."Erik mengangguk dan menyuruh pria yang Bernama Morgan tersebut agar masuk ke dalam ruangan super luas itu.

"Tuan..

"Bagaimana? "Morgan tampak diam dan menunduk. Pria itu menggeleng membuat Aditya menarik nafas panjang.

"Kau ini adalah orang pilihan Morgan! dan tugas-tugas yang aku perintahkan selalu berakhir memuaskan. Tapi sekarang? Lihat? mana hasilnya?? mencari satu orang Wanita saja kau tidak becus!!..

"Maaf Tuan... tapi saya dan para anak buah yang lainnya sudah berusaha, Tapi kami sungguh-sungguh tidak bisa menemukan keberadaan nona Kanaya....

"Huuufftt.. baiklah.. sekarang kau boleh pergi..."Morgan mengagguk pria berbadan besar itu keluar dari ruangan tersebut. Pria itu menutup pintu dan kembali menoleh ke arah pintu.

"Maafkan saya Tuan..karena saya lebih berpihak pada Tuan Wira....

.

.

.

TBC