NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XII: Ujian Kesetiaan

Arion kembali ke rumah menjelang sore. Langkah kakinya di atas marmer terasa lebih berat, bukan karena kelelahan, melainkan karena kesadaran akan nasibnya yang baru. Pria yang tadi ia temui di kafe adalah realita yang mengerikan. Ia bukan lagi menghadapi imajinasi liar dua gadis remaja; ia menghadapi sebuah organisasi yang terstruktur dan tanpa ampun.

Begitu ia masuk, suasana rumah terasa sangat tenang—terlalu tenang. Luna dan Kyra sedang berada di ruang tengah. Mereka mengenakan pakaian rumahan yang santai, tetapi sorot mata mereka yang menatap Arion memiliki intensitas yang berbeda dari biasanya.

Mereka tahu.

"Kak Arion dari mana saja?" tanya Luna, suaranya lembut, tetapi tidak ada rengekan manja yang biasa. Itu adalah pertanyaan langsung yang menuntut kejujuran.

"Dari luar," jawab Arion singkat, melepas jasnya.

Kyra berjalan mendekat, mengambil jas Arion. Ia menyentuh bahu Arion dengan lembut, tetapi tatapannya menyiratkan sesuatu yang lebih.

"Kami tahu Kakak menemui seseorang. Orang yang... tidak baik," bisik Kyra, hanya untuk didengar Arion. Ia tidak bertanya bagaimana Arion tahu tentang pria itu; ia hanya mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui konfrontasi Arion.

Arion menatap mata Kyra, mengagumi sekaligus membenci betapa efektifnya gadis ini sebagai Pengawas. "Ya. Aku bertemu dengan seseorang yang mencoba mengganggu kita. Tapi sudah beres. Dia tidak akan kembali lagi."

Luna dan Kyra saling pandang, lalu tersenyum puas. Senyum itu bukan karena Arion telah memenangkan pertarungan; senyum itu karena Arion telah mengorbankan dirinya demi mereka.

"Baguslah," kata Luna, kembali ke sofa. "Kami hanya ingin memastikan, Kak Arion. Kami tidak suka kalau ada orang lain yang mendekati Kakak."

"Dan kami tidak ingin Kakak mencari tahu lagi tentang hal-hal yang tidak penting. Karena yang penting hanyalah kita bertiga," tambah Kyra, meletakkan jas Arion di kursi dengan hati-hati.

Mereka sedang mengujinya. Mereka ingin melihat apakah Arion akan mundur dari perannya sebagai Jangkar dan kembali ke kehidupan lamanya, atau sepenuhnya menerima takdir barunya.

"Aku mengerti," kata Arion, suaranya tegas. Ia tahu ia harus memotong akar kehidupan lamanya.

Malam itu, saat makan malam berlangsung, Arion sengaja mengangkat topik yang selama ini ia hindari.

"Aku membatalkan makan malam dengan Risa," ujar Arion, memotong dagingnya. Risa adalah rekan kerjanya, seorang wanita yang sedang dekat dengannya, sebuah potensi hubungan yang ia tahu kini harus ia bunuh.

Luna dan Kyra berhenti makan. Mata mereka langsung berbinar, dipenuhi keterkejutan dan kegembiraan yang tulus. Reaksi itu adalah hadiah yang mereka inginkan.

"Risa? Siapa dia, Kak?" tanya Luna, nadanya pura-pura tidak tahu, padahal Arion yakin mereka sudah mengintai semua media sosial dan kontak di ponselnya.

"Hanya rekan kerja. Aku membatalkannya karena aku harus fokus pada tanggung jawabku di rumah," jawab Arion, menatap Kyra. "Aku sudah bilang, aku tidak akan membiarkan ada yang mengganggu kita."

Kyra tersenyum lebar. Itu adalah senyum yang paling bahagia yang pernah dilihat Arion, tetapi itu adalah senyum kemenangan yang paling menyakitkan bagi Arion.

"Kak Arion memang yang terbaik," puji Kyra. "Kami tahu Kakak akan memilih kami."

Makan malam pun menjadi perayaan kecil. Luna dan Kyra menjadi lebih riang, lebih manja, lebih imut dari sebelumnya. Kecemasan mereka mereda, dan Jangkar mereka kini terkunci pada tempatnya.

Namun, di tengah-tengah kegembiraan itu, Arion tidak bisa merasakan apa pun selain dingin. Ia telah memenuhi syarat pertama dari "Ikatan Mata" secara sukarela: mengorbankan kehidupan pribadinya.

Setelah makan malam, Luna dan Kyra menonton film di ruang tengah, sambil berdebat manja tentang tokoh pria di film. Arion memanfaatkan kesempatan ini.

Ia menuju ruang kerjanya, mengambil ponselnya. Ia harus menyusun strategi jangka panjang.

Arion membuka email Danu lagi, membaca detail tentang mekanisme Gelang Luna yang akan terlepas jika terjadi dorongan posesif yang tidak terkontrol.

Arion menyadari bahayanya: Luna tidak boleh marah padanya. Rasa cemburu Luna adalah pemicu bom. Kehidupan pribadi Arion bukan hanya dihentikan, tetapi dilarang.

Arion menyalakan komputer dan menghubungi perusahaan keamanan lagi. Kali ini ia tidak meminta pengacak sinyal. Ia meminta pemasangan sensor gerak infra-merah di seluruh perimeter rumah, dipicu oleh pola gerakan yang tidak biasa—terutama pola gerakan yang cocok dengan sosok pria yang ia temui di kafe.

Ia harus mengubah rumahnya menjadi benteng pertahanan.

Saat ia sedang sibuk menyusun denah rumah dengan perusahaan keamanan, Arion mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Ia menoleh.

Luna dan Kyra berdiri di ambang pintu. Mereka tidak mengetuk. Mereka tidak meminta izin.

"Kak Arion sedang apa?" tanya Luna, wajahnya memancarkan rasa ingin tahu yang tidak bersalah, tetapi ia sudah berdiri di ambang pintu, menghalangi jalan keluar.

Kyra berjalan masuk, mendekati meja kerja Arion. Ia melihat denah rumah di layar—denah yang kini sudah dihiasi dengan simbol-simbol sensor dan perimeter.

Kyra tidak terkejut. Ia tersenyum kecil. "Kakak sedang membuat rumah kita lebih aman. Bagus, Kak Arion. Kami akan membantunya."

Kyra menyentuh layar Arion, tepat di garis perimeter rumah. "Tapi, Kakak harus tahu. Mereka tidak akan datang dari luar. Mereka sudah ada di dalam."

Arion membeku. "Apa maksudmu?"

Kyra menoleh, matanya berkilauan penuh rahasia. Ia menunjuk dirinya sendiri, lalu Luna.

"Mereka sudah ada di dalam diri kami, Kak. Dan hanya Kakak yang bisa mengunci mereka. Lanjutkan saja pertahanan Kakak. Tapi jangan lupa, Kakak harus terus menjadi Jangkar. Jika tidak, kami akan mengambil alih, dan Kakak tidak akan menyukainya."

Luna berjalan mendekat, memeluk Arion dari belakang, dagunya bersandar di bahu Arion. Pelukan itu terasa hangat, intim, dan penuh kepemilikan.

"Kami mencintai Kakak, Arion. Hanya kami. Hanya Kakak. Kita bertiga, selamanya," bisik Luna, suaranya manis seperti madu.

Arion tahu ia telah menyelesaikan "Ujian Kesetiaan" mereka, tetapi ia juga menyadari satu hal: perannya tidak hanya melindungi mereka dari ancaman luar. Perannya adalah melindungi dunia dari mereka.

Ia kini adalah Jangkar yang menerima takdirnya, terjebak dalam sangkar cinta dan rahasia yang dirancang oleh dua bidadari kecilnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!