EKSLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!
FB: Erna Liasman
IG: Erna Less22
Melisa adalah agen rahasia yang terkuat, sayangnya ia malah mati di tangan sang kekasihnya karena atas perintah ketua agennya.
Namun, ia di beri kesempatan kedua hidup di tubuh seorang wanita lemah yang mati akibat jatuh dari tangga.
Di saat kesempatan kedua ini lah ia pun membalaskan dendamnya kepada kekasih dan ketua agen rahasia itu, dan juga membalas mereka yang menyiksa pemilik tubuh yang ia tinggali itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana hubungan ia dan sepupunya? Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Oh, anak kamu rupanya? Katakan padanya untuk berbicara dan bersikaplah dengan etika," jawab Grameisya.
"Hey! Anakku tidak perlu kamu yang mengajari sopan santunnya! Karena ada aku yang akan mengejarinya! Kamu yang tidak ibu itu yang tidak tahu sopan santun, karena tidak ada yang mengajarinya!" bentak mama Gladis yang bernama Gina.
"Nah, itu dia. Aku tidak punya Ibu tidak ada yang mengajari sopan santunnya, nah anak mu yang punya orang tua lengkap saja tidak tau sopan santunnya, kalau begitu kapan kau mengajari dia sopan santunnya. Memalukan tau! Punya orang tua tapi nggak punya etika, itu menandakan jika orang tuanya juga nggak punya etika," ucap Grameisya mengangkat bahunya sambil mencibir.
"Kamu ... kamu ...."
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya kakeknya yang baru saja datang.
Mereka semua terkejut karena kakek tidak datang sendirian. Deval juga datang bersama seorang wanita.
Grameisya menekuk alisnya. "Siapa yang dia bawa?" tanya Grameisya pelan.
"Ayo duduk di kursi kalian masing-masing!" perintah kakeknya.
Para anak dan cucunya duduk di kursi. Sedangkan Deval dan seorang wanita cantik dan modis yang di bawa berdiri di samping kakeknya.
"Papa, dia siapa?" tanya Defgi papa Defli.
"Kalian semua diam dulu. Baiklah Adinda, kamu perkenalan dirimu dulu," ucap kakek Andes kepada wanita yang ia panggil Adinda.
"Selamat malam semuanya," sapanya dengan suara khasnya.
"Malam," jawab mereka semuanya. Masing-masing istri melihat ke arah suaminya biar tidak tergoda dengan kecantikan wanita tersebut.
Tapi siapa yang tahan, para suami melayangkan senyum menggoda kepada wanita tersebut.
"Perkenalkan, nama saya Adinda. Saya seorang model di Negera F. Saya juga punya seorang Papa pengusaha, kemungkinan besar saya yang akan menjadi pemimpin perusahaan Papa. Salam kenal semuanya," ucap wanita itu ramah dan sopan santun.
"Wah, adik Adinda sangat cantik sekali malam ini, tidak tahu datang ke sini ada hajat apa?" tanya Gio tersenyum mengembang, dia adalah Papa Gladis.
"Kamu ini ya! Tanya ya tanya aja, nggak perlu memujinya!" ucap Gina membelalakkan matanya ke arah suaminya.
"Oh ya, saya datang ke sini karena ingin berkunjung ke sini atas permintaan kakek Andes dan sekalian ingin bersua kembali bersama Deval, teman masa kecil saya dulu," ucap Adinda menatap Deval sambil tersenyum.
"Apa! Teman masa kecil? Hey Deval, di mana kamu ketemu sama dia, kok nggak bilang-bilang, kalau gitukan aku juga mau berteman dengan dia waktu kecil juga," ucap Defgi.
"Papa!" Mama Defli membelalakkan matanya.
"Eh, aku cuma bercanda kok Ma," ucap Defgi berdalih.
"Dia kan tetangga kita dulu, anak yang rambutnya keriting itu. Kalian mana ada waktu main bersama anak kecil, waktu itu kalian semua bermain di Padang bola bersama teman sebaya kalian," jawab Deval.
"Ah benarkah? Kalau aku tahu begitu aku akan urungkan niatku untuk bermain bola dan bermain bersama kalian," ucap Defgi lagi.
Karena kesal, mama Defli pun beranjak dari meja makan dan pergi begitu saja.
"Menyebalkan! Apa aku tidak cukup cantik di matanya? Pas nampak yang mulus aja langsung berpaling!" denggus mama Defli geram.
"Ayo Adinda, kamu duduk. Nggak usah peduli yang lain, kita mulai makan malamnya," ucap kakek Andes.
Para pelayan pun membuka piring dan meletakkan makanan di atas piring mereka masing-masing.
"Oh ya, kamu bilang kamu sudah punya anak, di mana anakmu?" tanya Adinda kepada Deval. Mereka duduk berdampingan.
"Itu dia," ucap Deval menunjuk ke arah Grameisya yang sedang memegang sendok.
"Grameisya, ayo sini, salam dengan Tante dulu," ucap Deval.
Makanya jangan hobi bully orang
kan ame jg hobi bully
tanggung dong ...
kan udah bawa2 pasukan