Mikha merupakan seorang agent yang sangat cantik. Bukan hanya cantik, namun
dia juga mempunyai banyak keahlian.
Karena kecantikannya tidak sedikit pemuda yang jatuh cinta kepadanya.
Mikha harus tewas saat ia sedang menjalani sebuah misi. Tubuhnya hancur lebur dikarenakan bom.
Namun ternyata dia masih diberikan kesempatan kedua di dunia yang yang penuh dengan intrik dan siasat licik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perawatan pasien
Hyun memeriksa lelaki itu dengan serius. Dahinya mengernyit bingung. Namun tiba-tiba penjaga sistem memberitahu kondisi lelaki tersebut.
"Lelaki ini terkena Virus C. Obat yang ia butuhkan antara lain rimpang dua belas, gandheli, Ginkgo biloba, rasberi dan gingseng.
Sebenarnya ada obat yang bisa diminum secara langsung. Namun hal itu dapat menimbulkan kecurigaan bagi banyak pihak. Untuk itu kamu harus meracik obat itu sendiri," ucap penjaga sistem memberi penjelasan. Sebelum Hyun menimpali, dia melanjutkan ucapannya.
"Agar nona tidak tertular penyakit tersebut, ada baiknya anda meminum pil yang sudah tersedia di ransel."
"What!" pekik Hyun dengan suara yang agak tinggi.
"Ada apa? kenapa kamu kaget begitu?" tanya pangeran Ji Won dengan khawatir.
"Sebentar."
Hyun membuka tas ransel yang ia bawah. Ternyata ada sebotol pil yang sesuai dengan instruksi penjaga sistem. Dia mengambil pil tersebut satu butir dan menelannnya.
"Ini buat kakak. Minumlah agar kita tidak tertular oleh penyakit ini!"
Hyun memberikan satu butir pil pada pangeran Ji Won. Jin Hu pun ia beri satu butir. Pangeran Ji Won dan Jin Hu meminumnya tanpa ragu.
Hyun memberitahu semua informasi yang ia peroleh dari penjaga sistem. Keduanya menyimak dengan seksama.
"Kalau begitu tunggu apa lagi. Jin Hu...kamu cari semua tanaman yang diminta oleh Hyun!" titah pangeran Ji Won dengan tegas .
"Baik tuan muda."
"Ayo kita keluar!"
Ketiganya keluar dari kamar. Kemudian Jin Hu bertindak sebagai tabib pada umumnya. Memberitahu kondisi pasien pada keluarga. Kemudian menjelaskan apa saja yang dibutuhkan untuk kesembuhannya.
"Bukankah di sini banyak tabib. Bagaimana kalau kita sekarang mencari tabib itu. Siapa tahu mereka memiliki bahan yang kita butuhkan," ucap Dao dengan semangat.
"Saat ini beberapa tabib berada di lapangan. Disana mereka membuat posko pengobatan. Meskipun hingga saat ini mereka belum menyembuhkan seorang pun," ucap si wanita menimpali ucapan Dao.
"Oh iya Bu ...bagaimana dengan kedua anak ibu?" tanya Hyun yang mengingat jika bukan hanya suaminya saja yang terkena virus tersebut. Kedua anaknya pun juga terserang.
"Mereka ada di kamar yang disebelah," jawabnya sambil menunjuk kamar yang ditempati kedua anaknya.
"Kalau begitu tabib Yu dan yang lain lebih baik pergi kelapangan untuk bertemu dengan tabib yang ada disana. Disini saya, kak Ji Won dan tabib Yao akan memeriksa kondisi anak-anak itu."
"Baik."
Dao dan yang lain keluar dari rumah dan pergi ke lapangan. Sedangkan Hyun memeriksa kondisi kedua anak wanita itu. Tidak ketinggalan pangeran Ji Won dan Jin Hu.
Hyun langsung meneteskan matanya begitu melihat kondisi keduanya. Mereka menatap Hyun penasaran.
"Kamu siapa?" tanya sang kakak dengan lemah. Usianya sekitar sebelas tahun.
"Aku akan memeriksa kondisimu," jawab Hyun sambil mengusap air matanya.
"Memangnya kamu tabib?"
"Tentu saja."
"Jangan bercanda. Usia ku masih lebih banyak darimu, jadi tidak mungkin jika kamu tabib," jawab anak itu dengan lemah.
"Sepertinya kondisimu lebih baik dari ayahmu."
Hyun mengambil tangan anak itu untuk memeriksanya. Ternyata sesuai perkiraannya. Virus itu belum lama menyerangnya.
"Bagaimana?" tanya pangeran Ji Won.
"Kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan."
"Sekarang apa yang harus kita lakukan, Nona?"
"Pertama kita keluarkan keduanya terlebih dahulu. Kemudian sterilkan ruangan ini."
"Sterilkan? maksudnya bagaimana?"
"Ruangan ini perlu di bersihkan. Kondisi mereka tidak akan pulih jika ditempatkan diruangan seperti ini," jawab Hyun dengan jujur.
Apa yang ia ucapkan bukan tanpa alasan. Di dalam ruangan tersebut terdapat barang-barang tidak berharga yang menumpuk.
Jendela juga tertutup rapat. Sehingga udara tidak tersikulasi dengan baik.
Jin Hu membicarakan hal itu pada sang ibu. Tentu saja sang ibu setuju. Yang penting kedua anaknya bisa disembuhkan.
Setelah kedua anak itu dikeluarkan, ruangan itu dibersihkan. Hyun turut membantu membersihkannya.
Bukan hanya disapu, ruangan itu juga di pel dengan air hangat. Setelah semua selesai keduanya dikembalikan kedalam kamar.
Tak lama kemudian Dao dan yang lain datang. Wajah mereka nampak tegang. Namun obat-obatan yang Hyun pinta berhasil mereka bawah.
"Kalian kenapa?" tanya pangeran Ji Won penasaran.
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan tuan muda. Bolehkah saya minta waktunya?" pinta Dao dengan serius.
Pangeran Ji Won yakin jika ada masalah serius yang ingin dibicarakan oleh Dao. Jadi dia mengajak nya keluar.
Kini tinggal Hyun bersama Jin Hu di ruangan itu. Untuk sang ibu, Hyun memintanya untuk merebus obat yang diperoleh dari para tabib.
Sejak tadi tingkah Hyun menjadi perhatian kedua anak yang terbaring di atas ranjang. Mereka tidak menyangka jika anak seusia mereka sudah memiliki keahlian sebagai tabib.
"Apakah jika aku sembuh kamu mau menjadi istriku?" pinta anak yang usianya lebih tua.
Uhk Uhk Uhk
Jin Hu yang berdiri tidak jauh dari Hyun langsung terbatuk mendengarnya. Bahkan anak sekecil itu sudah ingin menikah.
"Memangnya kamu sudah bekerja?" tanya Hyun dengan santai. Namun tak khayal wajahnya memerah.
"Belum."
"Lupakan saja."
"Apa kamu ingin aku bekerja?" tanya anak itu dengan semangat.
"Tidak," jawab Hyun dengan cepat dan tegas
"Kenapa?"tanya anak itu dengan lemas.
"Karena aku tidak menyukai."
Suasana mendadak sunyi. Anak kecil itu tidak menyangka jika Hyun akan menjawab tanpa pikir panjang.
Tak lama kemudian pangeran Ji Won kembali. Wajahnya namaku kusut.
"Ada apa?" tanya Hyun penasaran.
Pangeran Ji Won menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin ia memberitahu pembicaraaanya dengan Dao. Karena itu bisa membocorkan identitasnya.
"Sebenarnya apa penyebab penyakit ini?" tanya pangeran Ji Won mengalihkan perhatian.
"Saya juga masih belum bisa menebaknya. Mungkin setelah kondisi mereka membaik, kita bisa menyelidikinya," jawab Hyun dengan jujur.
"Baiklah kalau begitu."
Disisi lain pangeran Jung Hee dan pangeran Jung Hwa tinggal di sebelah desa Ruo. Keduanya tiba lebih dulu dari mereka.
Keduanya mengutus semua tabib yang datang bersama mereka untuk langsung ke desa Ruo. Sedangkan mereka memutuskan untuk tinggal disana sementara waktu.