NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 22

Setelah kepergian Nafisa, Nana pun langsung membawa adik-adiknya ke kamar. Kedua adiknya masih sesenggukan. Mata Nana jadi berkaca-kaca. Baru beberapa hari ibunya tidak ada, rumah sudah terasa begitu hampa. Tak ada kebahagiaan. Hanya ada air mata dan kesedihan.

Perlahan, rinai air mata menuruni pipi putih Nana. Gadis itu menangis dalam diam. Hatinya begitu sakit melihat adiknya yang perlahan memejamkan mata. Sepertinya mereka benar-benar kelelahan menangis hingga akhirnya tertidur.

Setelah kedua adiknya tertidur, Nana beringsut ke lantai. Perlahan, tangisnya pun pecah. Penyesalan demi penyesalan memborbardir benaknya. Rasa bersalah seakan mencengkeram jantungnya hingga rasanya begitu menyesakkan. Nana nyaris kesulitan bernafas karena rasa bersalah pada sang ibu. Betapa jahatnya ia selama ini. Ia bukan hanya pembangkang, tak pernah mau membantu meringankan pekerjaan sang ibu, tak mau membantu menjaga adik-adiknya, selalu mendebat, dan berbicara dengan ketus, tapi ia juga dengan terang-terangan membandingkan sang ibu dengan wanita lain yang dianggapnya lebih segala-galanya dari sang ibu.

Tapi kini, ia akhirnya tahu bagaimana sifat asli wanita yang pernah ia banggakan itu. Ia sungguh menyesal telah menyakiti hati sang ibu dengan kata-katanya.

"Ibu, maafin, Nana, Bu. Maafin, Nana. Nana mohon, maafkan Nana. Jangan tinggalin Nana. Nana mohon," lirih Nana yang tergugu dalam pilu penyesalan. Begitulah penyesalan, selalu hadir belakangan.

Dengan sesenggukan, Nana mengambilkan ponsel dan mencoba untuk menghubungi ayahnya untuk memberitahukan kelakuan Nafisa pada ayahnya. Namun hingga panggilan ke-lima, sang ayah tak kunjung mengangkat panggilannya. Nomor sang ayah masih saja sibuk. Nana hanya bisa menghela nafas panjang.

Sementara itu, di saat Nana mencoba menghubungi sang ayah, ternyata sang ayah sudah dihubungi terlebih dahulu oleh Nafisa. Ia mengatakan yang tidak-tidak tentang Nana pada sang ayah.

"Nana kok jadi beda banget sih, Mas? Masa' dia ketusin aku gitu. Bukan itu aja, dia marah-marahin aku dan yang paling parah, dia usir aku dari rumah kamu. Padahal niat aku baik mau bantu jagain adik-adiknya, tapi sikapnya malah gitu," adu Nafisa dengan bernada sedih. Sesekali ia terisak. Isakan palsu pastinya. Tujuannya tentu saja agar Amar lebih percaya padanya. Nafisa yakin, pasti Nana akan mengadukan tentang dirinya pada Amar. Jadi sebelum hal itu terjadi, Nafisa pun bergerak lebih dulu. Ia yakin, Nana tidak akan menghubungi Amar terlebih dahulu sebab ia harus mendiamkan adik-adiknya yang masih menangis.

"Benarkah? Tapi bukannya Nana selama ini baik banget sama kamu? Jujur, aku sampai heran dia bisa sedekat itu sama kamu," ucap Amar sangsi. Kalaupun iya, mengapa Nana bisa berubah secara tiba-tiba seperti itu? Pasti ada yang melatarbelakanginya, bukan? Tidak mungkin seseorang yang awalnya dekat, tiba-tiba jadi menjauh dan bersikap sebaliknya seperti itu.

"Nah, itu juga yang buat aku penasaran. Apa jangan-jangan ada yang mempengaruhinya ya, Mas? Aneh tau nggak? Atau jangan-jangan dia takut aku menggantikan ibunya?"

Amar seketika tersentak. Ia tidak menduga Nafisa akan mengeluarkan pertanyaan seperti itu. Amar jadi teringat perubahan sikap Aliyah beberapa Minggu yang lalu. Semua berawal dari ucapannya mengenai Nafisa. Sepertinya kata-katanya waktu itu benar-benar melukai Aliyah. Dan puncaknya adalah beberapa hari yang lalu sehingga membuat Aliyah memutuskan untuk menyerah.

Bukan menyerah dari hubungan mereka berdua, tapi ... menyerah untuk hidup. Sepertinya, apa yang ia lakukan selama ini telah benar-benar melukai jiwa dan raga Aliyah. Hingga akhirnya Aliyah memilih menyerah dan tidak ingin kembali hidup.

"Mas ... "

"Mas Amar ... "

Amar tersentak saat menyadari panggilannya dan Nafisa masih terhubung. Di saat bersamaan seorang suster memanggil nama Amar agar segera masuk ke ruangan dokter.

"Maaf Sa, aku tutup dulu panggilannya. Namaku sudah dipanggil," ujar Amar. Tanpa menunggu respon dari Nafisa, Amar pun segera menutup panggilan itu.

Di ruangan dokter.

"Hasil observasi ibu Aliyah sudah keluar dan hasilnya benar-benar di luar dugaan." Sang dokter melepaskan kacamatanya, lalu memijat sekilas pangkal hidungnya. Gelagat sang dokter jelas saja membuat Amar khawatir. Ia dapat membaca dari gerakan sang dokter kalau hasil observasi itu menyatakan Aliyah tidak sedang baik-baik saja.

Yah, meskipun memang saat ini Aliyah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, tapi tampaknya hasil observasi itu menunjukkan sesuatu yang lebih parah dari yang mereka ketahui.

Dengan perasaan was-was, Amar menunggu penjelasan dokter selanjutnya.

Sang dokter kembali mengenakan kacamatanya.bLalu ia kembali membaca isi dari hasil observasi tersebut.

"Menurut hasil observasi, bisa dipastikan istri Anda selain mengidap kanker otak stadium lanjut, ia juga mengalami asam lambung kronis dan juga ... gagal ginjal."

Amar tersentak hebat.

Bagaimana Aliyah menyembunyikan penyakitnya selama ini? Dari kata-kata sang dokter, bisa ia pahami kalau ini bukan hanya gejala, tapi sudah menjadi penyakit yang entah sejak kapan mulai ada di dalam tubuh sang istri.

Bagaimana Aliyah bisa bertahan selama itu dengan tiga macam penyakit yang bisa kapan saja merenggut nyawanya?

Bagaimana Aliyah bisa terus berdiam diri di saat penyakit itu terus menggerogoti tubuhnya hingga kini berakhir kehilangan kesadaran seperti ini?

"Aliyah ... "

"Aliyah ... "

"Aliyah ... "

Nama itu kian menggema di otak Amar seiring munculnya segala kecamuk ingatan akan keburukannya selama ini pada Aliyah.

"Bagaimana itu bisa terjadi, dok?"

Amar tak habis pikir, mengapa penyakit itu bisa muncul di dalam tubuh sang istri?

"Asam lambung sendiri muncul karena kebiasaan makan tidak teratur. Sesuai hasil pemeriksaan, tampaknya istri Anda memang sering melewatkan jam makannya. Alhasil, asam lambung istri anda kian hari kian parah. Apalagi istri Anda tidak pernah melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Ia hanya mengkonsumsi obat warung dan obat-obatan tanpa resep dokter. Begitu juga sakit kepala yang kerap dirasakannya. Istri Anda terlalu sering mengkonsumsi obat tanpa aturan yang jelas. Padahal obat warung dan obat-obatan tanpa resep dokter hanya bisa dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Bila sakit masih berlanjut, diharapkan diperiksa ke dokter. Tapi istri Anda tidak melakukannya. Ia justru menambah dosis dan bergonta-ganti jenis obat, berharap sakit yang ia rasakan bisa segera hilang, tanpa ia tahu ia justru tengah menumbuhkan penyakit lain di tubuhnya. Dan ya, akhirnya istri Anda mengalami gagal ginjal. Penyakit ini timbul karena kebiasaan istri Anda yang mengkonsumsi obat tanpa resep dokter ataupun konsultasi terlebih dahulu secara berlebihan dan di luar ambang batas. Sangat disayangkan Anda sebagai seorang suami membiarkan saja kebiasaannya ini," papar dokter tersebut sekaligus menyayangkan sikap Amar yang ia yakini acuh tak acuh dengan kebiasaan Aliyah tersebut.

Amar terpaku dalam diam. Ia memang kerap sekali memergoki Aliyah mengkonsumsi obat-obatan tersebut secara berlebihan. Tapi ia diam saja dan menganggap hal itu biasa saja. Ini bukanlah salah Aliyah. Ini salahnya sendiri karena menganggap remeh penyakit Aliyah.

Pernah Aliyah meminta diantar berobat ke dokter, tapi ia justru meremehkannya. Sementara untuk berobat seorang diri, Aliyah memikirkan anak-anaknya. Siapa yang akan menjaga anak-anaknya selama ia berobat. Mau diajak pun rasanya tak mungkin. Apalagi setahunya berobat tidak menggunakan pembayaran secara mandiri biasanya pelayanannya sedikit lambat karena harus antri yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, setelah mendapatkan penolakan dari Amar, Aliyah pun sudah tak memedulikan lagi kesehatan dirinya. Seperti kata orang, seorang ibu itu harus kuat, harus tangguh, tak peduli sakit, ia harus tetap kuat. Namun sayang, kekuatan dan ketangguhan itu seketika runtuh saat mengetahui sang suami memiliki wanita idaman lain.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Mirani Rani
Lumayan
Mirani Rani
Luar biasa
Husnul Khalifah
baru baca pala udah puyeng apalagi kalo ada di posisi aliyah
Yovita Vita
gak seru,polisinya polisi india
Yovita Vita
pasti si penjahat budi
Yovita Vita
ayahnya amar yg datang
Yovita Vita
budibyg mukul amar
Yovita Vita
dasat nafisa sundal
Yovita Vita
aliyah😭😭😭
Yovita Vita
alaram yg berbunyi di ponsel aliyah
Yovita Vita
amar dn fisa kakak beradik
Yovita Vita
baru tau rasa,amar laki brengsrk
Vivi Abdi Aza
Luar biasa
Vivi Abdi Aza
Lumayan
Yovita Vita
gk tega q,Ikutan 😭😭
CikCintania
perkara paling menakutkn di dunia kehilangan org paling d sayang.. 😭😭
CikCintania
lah kenapa xpenjarakn saja.. nanti d luar makin teruk pula🤭🤭
CikCintania
Ayok adik beradik kali🤭🤭
Yovita Vita
batu baca bab 1 udh mancing emosi
CikCintania
Didikn Bundanya sdh betul anaknya sendiri yg maw jadi setan ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!