Pawang Tuan Impoten

Ara mengoles roti dengan selai cokelat lalu dia mengambil tasnya seraya berjalan keluar dari apartemen.

Gadis itu memencet tombol lift dengan roti yang ada di mulutnya. Hari ini dia bangun kesiangan jadi harus buru-buru ke kampus.

Namun, ada hal mengejutkan saat Ara menuruni lantai dengan lift.

Saat lift terbuka ada seseorang yang dikenalnya masuk.

"Kau?" Ara tidak percaya Zester pagi-pagi sudah ada di gedung apartemennya. "Ish, kau memang penguntit, ya."

"Penguntit apanya, kita tetangga sekarang," balas Zester.

"Tetangga? Aku ingat jelas di mana apartemenmu berada," tanggap Ara. Dia merasa kalau lelaki itu mengada-ada.

"Aku baru membelinya kemarin," jawab Zester dengan menaikkan kedua alisnya sambil menatap Ara.

Sepertinya Ara mulai terbiasa dengan kesombongan lelaki itu jadi dia tidak terlalu terkejut, gadis itu tidak mau bertanya lagi.

Ara mencoba menghabiskan rotinya sambil menunggu lift sampai ke lantai dasar basement parkiran.

"Hari ini ada rapat penting lebih baik selesai jam mata kuliahmu, kau langsung ke perusahaanku," ucap Zester tiba-tiba.

Ara mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Kau diterima magang di perusahaanku," jawab Zester tanpa beban.

"Uhuk!" Ara sampai tersedak mendengarnya.

Zester menjadi panik, bersamaan dengan itu pintu lift terbuka, lelaki itu langsung menggendong Ara ke pundaknya dan berlari menuju mobilnya.

"Aku punya botol minum dalam mobilku!" seru Zester.

Untuk ukuran orang yang habis sunat, Zester termasuk cekatan. Sepertinya memang ular Zester mulai membaik.

"Cepat minum!" Zester memberikan botol minumnya ketika berhasil membuka mobilnya.

Ara buru-buru minum sampai menghabiskan air setengah botol.

"Akhirnya," ucap Ara ketika merasa sudah tersedak lagi.

Kemudian dia memicingkan mata pada Zester di sana.

"Ini semua karenamu, Tuan Direktur!" protes Ara.

"Kenapa jadi menyalahkan aku?" Zester merasa tidak terima menjadi tertuduh.

"Itu karena kau berbicara hal aneh, bagaimana mungkin aku magang di perusahaanmu," lanjut Ara.

"Kau sendiri yang bilang mau magang, walaupun hal itu dilakukan supaya pak kades tidak curiga, itu adalah ide briliant," ucap Zester sambil mengacungkan jari jempolnya.

"Jangan sampai kau dicap anak penuh dusta karena membohongi pak kades!"

Zester mulai menakut-nakuti Ara, dia tahu bagaimana interaksi kedekatan keluarga gadis itu.

"Kau memang seorang pebisnis yang tidak mau rugi, ya. Padahal misi ular akan mulai beroperasi menunggu kau benar-benar pulih," balas Ara yang merasa Zester curang.

"Obat dari dokter ternyata cukup manjur, pekerjaanku juga banyak jadi aku tidak bisa diam saja seperti pengangguran," jelas Zester.

Ara membuang nafasnya kasar, dia sepertinya akan menerima tawaran Zester, dia bisa mempunyai pengalaman kerja di kantor lelaki itu.

"Baiklah, aku akan ke perusahaanmu kalau mata kuliahku selesai," ucap Ara.

"Bagus," Zester tersenyum smirk.

Lelaki itu mengeluarkan dua dasi dari kantong jasnya.

"Sebenarnya pagi ini aku bingung dengan dua dasi ini, menurutmu bagus yang mana?" tanya Zester minta pendapat.

Ara melihat dua dasi itu dan memilih warna blueblack tanpa motif. "Warna ini bagus karena cocok dengan jasmu apalagi kau akan rapat pasti terkesan berwibawa!"

"Kalau begitu, bisa pasangkan untukku?" pinta Zester.

Ara mengambil dasi itu dan mencoba memasangnya supaya semua cepat selesai, dia sudah hampir terlambat ke kampus.

"Badanmu tinggi jadi menunduklah!" perintah Ara.

Zester membungkukkan badannya yang membuat wajahnya sejajar dengan wajah Ara, jarak diantara mereka jadi begitu dekat dan mata mereka saling bertemu.

"Aku mengira kau adalah bidadari yang jatuh ke bumi saat aku pertama kali melihatmu di telaga," ucap Zester yang mengingat kejadian ular menyembul.

Nafas Zester berhembus di wajah Ara yang membuat gadis itu merinding.

"Ini terlalu dekat," ucap Ara mencoba mendorong dada lelaki itu.

Tapi, tangannya ditangkap oleh Zester dan tanpa dia duga lelaki itu menciumnya.

"Tolong cegah aku untuk menikah supaya aku mempunyai alasan membatalkan pernikahanku," pinta Zester seperti orang kesambet.

Ini di luar prediksi NASA dan BMKG.