AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Berbeda dengan John yang sedang berkutat dengan dokumen di kantornya, Palupi berusaha keras mengikuti proses pembelajaran dari Liana. Banyak hal-hal unik dan baru, yang tanpa mereka sadari tercipta, walau mereka sering berkelakuan konyol. Ada saja tingkah lucu yang mereka perbuat semenjak mulai saling dekat.
Seperti sore itu, di saat mereka berdua telah selesai melakukan session berjalan dengan high heels yang merupakan bagian dari pelajaran pembentukan kepribadian; Palupi dan Liana asyik menikmati 'tea time' di bawah pepohonan yang terletak dekat kolam renang.
Palupi gadis remaja yang mulai menemukan 'dunia baru', bertumbuh sebagai remaja yang haus dengan pengetahuan.
Sejak kecil hidupnya sudah ditempa untuk mandiri dan belajar di 'sekolah kehidupan' yang mengajarkannya untuk mengenal karakter setiap orang yang ditemuinya.
Palupi yang semakin dekat dengan Liana merasa nyaman dalam berinteraksi. Palupi mulai merasakan kasih seorang ibu yang tak pernah ia rasakan sedari kecil.
Sambil menyesap teh hangatnya, Palupi betanya karena penasaran,
"Liana, apakah kau juga hidup sendiri, selain dengan para karyawan yang kau miliki?"
Liana terpaku dengan pertanyaan Palupi. Sebab, baru kali ini ada seseorang yang peduli dan bertanya tentang jati dirinya. Jati diri dan kondisi yang selama ini disembunyikannya rapat-rapat.
Liana beralih duduk di sebelah Palupi. "Kamu tahu sayang, saat kita bertemu pertama kali, aku sudah merasakan aura yang berbeda dalam dirimu."
"Eh, benarkah?" Jawab Palupi setengah bercanda namun menyimak semua perkataan Liana.
"Ibuku sudah berpulang sejak usiaku menginjak pendidikan sekolah dasar, dan ayahku...!" Liana sejenak terdiam seakan enggan menceritakan kisahnya kepada Palupi. Tetapi tanpa disadarinya kisah hidupnya mengalir begitu saja.
"Aku tumbuh dan besar tanpa kasih sayang seorang ibu, dan perhatian seorang ayah. Lingkunganku adalah orang-orang pekerja keras.
Ayahku lebih mementingkan bisnisnya dari pada keluarganya.
Mungkin yang ada di pikiran ayahku hanyalah, bagaimana caranya agar kebutuhan keseharian anak-anaknya terpenuhi walau tak pernah kurasakan perhatian dan belaian orang tua.
Mungkin ayahku pikir aku anak laki-laki jadi harus mandiri. Tak ada bimbingan saat aku mencari jati diri."
Dengan tangan agak gemetar, Liana mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya. Liana melanjutkan kisah hidupnya.
"Aku merasakan ketidakstabilan jiwa dalam hidupku. Pertentangan dalam hidupku semakin mengacaukan jiwaku. Aku pergi mencari jati diri dan keluar dari kehidupan keluargaku." Pandangan mata Liana terlempar jauh ke awan.
Hati Palupi serasa diiris sembilu mendengar kisah hidup Liana.
"Oh, maafkan aku, Bu Guru cantik. Aku tidak akan mengulang pertanyaan lagi." Mata cantik Palupi berkedip-kedip manja bagaikan kucing yang ingin di elus kepalanya, dan merasa bersalah dengan awal pertanyaannya.
Liana menghela nafas berat. "Tidak apa Nona, mungkin aku juga membutuhkan tempat untuk bercerita tentang siapa diriku yang sebenarnya untuk mengurangi rasa yang menyesak di dada. Aku harap nona Gulizar bisa menyimpan dengan baik rahasia hidupku ini."
Sifat jahilnya Palupi tiba-tiba muncul dan mengisengi Liana.
"Andai aku ingkar, bagaimana?"
Senyum Liana terkembang.
"Ah... Itu tidak mungkin terjadi. Aku yakin bahwa selama bergaul dengan berbagai teman, sahabat dan kolega kerja, aku memahami kwalitas dirimu Nona. Aku yakin dirimu dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia hidup seseorang yang dipercayakan padamu. Kau gadis baik-baik yang kelak akan menjadi wanita dewasa yang bijaksana, bukan wanita bermulut ember yang suka main kepo alias nyosor di sana-sini." Dengan santai Liana membetulkan tempat duduknya, dan menikmati jus jambu merah yang Merry suguhkan buat mereka berdua.
Liana mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya pelan, sebagai pelepas beban untuk menceritakan siapa dia yang sebenarnya.
"Ayahku, pria yang kaku dan tegas dalam bersikap dan enggan mendengarkan suara hati anak-anaknya. Beliau menginginkan aku sebagai penerus yang kelak bisa mewarisi dan meneruskan semua bisnisnya, sesuai kemauan Ayah dan mendiang ibuku. Aku adalah anak sulung dari tiga bersaudara, dan satu-satunya laki-laki yang beliau inginkan menjadi tulang punggung keluarga dan ahli waris bisnisnya. Kewajiban yang harus kujalani untuk mewujudkan harapan Ayahku tentunya."
Mendung tipis sudah menggelayut, pada netra Liana dan mengembun, "Akan tetapi tidak sesederhana itu persoalan yang harus kuhadapi. Untuk menjalankan bisnis yang akan diwariskan kepadaku aku harus menikahi wanita pilihan ayahku. Aku sungguh kecewa sebab itu bukan kemauanku.
Orang tuaku tak pernah menyadari perubahan perilakuku saat aku menginjak usia remaja. Aku tak pernah menyukai dan jatuh cinta dengan makhluk lawan jenisku. Aku justru menyukai ketua OSIS saat di SMA. Dia sangat macho dan menggetarkan hatiku.
Aku sudah berusaha keras untuk melawan perasan yang semakin menguatnya penyimpangan seksual yang kualami. Tiap malam aku menangis memohon agar ada seseorang yang menolongku. Tetapi semuanya sia-sia dan aku menyimpan rapat-rapat rahasiaku agar ayah dan keluargaku tidak ada yang tahu."
Liana tak dapat membendung air mata yang tiba-tiba mengalir. Dengan setengah terisak dia melanjutkan kisahnya.
"Hingga pada suatu waktu aku mulai melakukan pemberontakan terhadap tekanan yang kurasakan semakin menghimpit. Diam-diam dan tanpa sepengetahuan keluargaku aku sudah 'menikah' dengan laki-laki pilihanku, yang jelas tidak mendapatkan restu dari siapapun."
"Namun badai kehidupan kembali menerpaku. 'Pernikahanku kandas karena 'suami'ku ternyata selingkuh dengan teman sesamaku. Aku terpuruk dan merasa kehilangan segalanya, hingga aku bersembunyi dan berada di kota ini.
"Liana, ma..maaf." pertanyaan Palupi menggantung karena ragu untuk melanjutkannya.
Tetapi cerita Liana tetap mengalir tanpa terbendung.
"Iya Nona, aku tahu yang kaumaksud. Aku adalah manusia bodoh yang kurang mensyukuri berkat Tuhan."
Palupi perlahan mengusap tangan Liana. "Jangan diteruskan kalau itu hanya membuatmu terluka dan bersedih Liana."
Liana menggelengkan kepalanya dan tetap becerita.
"Ayahku adalah pemilik pabrik minuman produk Indonesia dan mempunyai bisnis Wedding Organizer yang lumayan besar. Aku merasa gagal dan tidak bisa melanjutkan semua bisnis yang beliau kelola. Aku kabur hingga ke negeri seberang. Menikmati gaya hidup hedonis. Hidupku kotor Nona Gulizar, bergelimang kenistaan. Aku terlena hingga mengambil keputusan ingin menjadi 'wanita' dengan melakukan operasi kela*min."
Liana tetap melanjutkan ceritanya. "Sejak itu, aku menghilang dari kehidupan ayahku. Aku kabur dan menghindari tuntutan ayahku. Aku tidak ingin menjalani perjodohan yang ayahku 'arranged for me', dan bila rasa rinduku hadir, aku hanya bisa menghubungi adik bungsuku. Dia satu-satunya keluargaku yang masih sudi menghubungiku, walaupun itu hanya akan menambah kesedihan hatiku, namun aku sedikit terhibur olehnya." Liana mengakhiri ceritanya sambil mengusap air matanya.
Palupi menatap dan mendengar semua cerita dengan seksama. "Semoga semua kelak ada hikmahnya. Tak ada yang tahu bagaimana kehidupan kita selanjutnya. Tak seorang pun yang tahu, Liana!
Seperti halnya diriku, akupun juga tidak pernah memimpikan berjumpa dengan ibu kandungku. Semula aku merasa bahwa aku hanyalah anak yang tak pernah diinginkan karena terlahir dari hasil hubungan gelap Juleha dengan pria bule. Aku tak pernah bermimpi bahwa aku akhirnya berjumpa dengan kalian. Bertemu dengan tuan John yang ternyata tidak menjadikanku seorang pela*cur dengan seratus juta tunai." Senyum kecut Palupi sambil meraih gelas minuman nya yang sedari tadi belum ia minum juga.
Liana mengalihkan pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Nona, apakah kau menyintai boss John...?"
Tentu saja mata indah Palupi seketika melotot, "Ohhh no, tidak...! Dia bukan pria idolaku. Bagiku dia laki-laki mesum yang pernah aku temui selama hidupku. Lagi pula dia seperti Oom Oom yang sudah tua. Mana mungkin aku akan menyintai dia."
"He..he..he..., tanyalah yang lainya saja Liana. Yang jelas aku tidak menyukai tuan John!"
Liana mulai tersenyum. "Tapi dia baik padamu Nona, dia bahkan hingga saat ini tidak melakukan hal yang tidak wajar. Kecuali pada hari pertama kalian berjumpa. Mungkin pada waktu itu dia sedang mabuk, atau sedang marah dengan keadaan." Liana tetap saja menonjolkan kebaikan John pada Palupi.
Palupi seketika menunduk, untuk menyembunyikan rasa malu dan cemburunya yang ia simpan dalam-dalam, "Iya, dia baik! Tetapi dia menyakitiku Liana, dan dia menyukai wanita lain, aku tidak bisa!"
"Nona, itu hanya konten video murahan yang sedang on trending saja, itu kelakuan murahan seorang Riris. Toh sekarang video tersebut sudah dihapus dan tidak muncul sama sekali di media sosial." Liana dengan suara khas yang merdu mendayu masih juga mempengaruhi Palupi untuk mengenali John Norman.
Palupi menggeser duduknya lebih dekat kepada Liana. Namun sebelumnya Palupi mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya seperti takut ada orang lain yang mendengarnya.
"Liana, aku ogah sama orang tua itu! Aku hanya ingin bersuamikan cowok yang sepadan denganku. Bukan Oom Oom seperti tuan John, titik."
Palupi menuntaskan minumannya lalu melangkah masuk ke dalam rumah dengan sedikit kegundahan yang mondar mandir dalam sudut hati kecilnya.
Senyum Liana mengembang dan dia masih yakin ada sesuatu yang mengganjal di hati Palupi. Sikap Palupi yang tiba-tiba salah tingkah, memicu semangatnya untuk berupaya menolong dua hati yang sedang mencari muara cinta.
...****************...
Palupi ogah tuh sama om John 🤧
okelah, kita lanjut aja yuk! tetap ikuti cinta Palupi minta rate ⭐🖐️ dunk 😘like and komen dukungan tentunya yah Mak ☺️
I love you by RR😘
TBC....
klo palupi dia terlalu baik