Perjalanan Cinta Rinjani

" Kau bisa memanggil ku sebagaimana kau memangil Kak Nurry Sayang!"

" Kak?? apa tidak apa-apa??".

" Memang ada apa??" tanya Ansel menangkup wajah Rinjani, membelai lembut pipi Rinjani yang kemerahan

" Sayang kamu percaya tidak jika aku dan Niel pernah baku hantam gara-gara Niel menyadari perasaan ku pada mu??"

Tentu saja Rinjani terkejut, karena biar bagaimanapun Rinjani sama sekali tidak tahu menahu.

Ansel menuntun Rinjani meninggalkan dapur, meskipun Rinjani belum selesai dengan acara masak nya, tetapi Rinjani mengikuti Ansel yang membawanya .

Ansel duduk di sofa dan menarik sang istri agar ikut bergabung duduk di sampingnya

" Apa maksudnya kalian bertengkar??"

" Ya, Niel mengetahui perasaan ku pada mu" Ansel membenarkan sebelum akhirnya membawa kepala Rinjani bersandar nyaman di lengan nya.

" Selama ini aku tak pernah melibatkan keluargaku saat melakukan apapun dan membangun apapun, tetapi aku juga tidak bisa lari terus bukan?, akhirnya aku memutuskan untuk memberitahukan niat ku pada Niel, itu pertama kalinya aku melibatkan nama keluarga biar bagaimanapun aku sedang membangun yayasan yang cukup besar, dari situ akhirnya Niel tau jika aku memiliki perasaan dengan mu" Ansel mengenggam tangan Rinjani.

" Kau mengakuinya??"

Ansel mengeleng.

" Niel tau saat membantu ku waktu itu, kau masih ingat saat Niel pergi ke kesini untuk membantuku??"

Rinjani mengangguk, Nurry membantu Ansel sebelum Ansel menikahi Bulan

" Yayasan itu ku beri nama atas namamu, Inajnir, dari yayasan Niel langsung menyeret ku ke gudang, aku sempat di buatnya hampir Pingsan , dia menghajar ku tanpa ampun, akhirnya aku terpaksa mengaku, padahal aku sudah membalik namamu tetapi entah mengapa Niel bisa langsung tau" Ansel menghela nafasnya.

" Aku berjanji akan menjauhi kalian, untuk itu aku pergi kesini Sayang!" Ujar Ansel memeluk lengan Rinjani.

Rinjani kehabisan kata-kata, ternyata suaminya tau perasaan adik nya, ya Allah mengapa dirinya jadi penyebab berjaraknya Kaka beradik??

Rinjani tidak tau musti berkata apa dirinya hanya semakin bersandar nyaman di lengan suaminya, selama ini yang dirinya tau hubungan Kaka beradik itu tetap terjalin dengan baik, baik Ansel maupun Nurry terlihat sangat akrab.

" Kau jangan cemas Sayang, setelah aku berjanji dan menikahi Bulan, Hubungan ku dan Niel baik-baik saja, cinta itu misteri bukan? bukan mauku juga untuk jatuh hati pada Kaka ipar, tapi hatiku yang memilih tempatnya berlabuh, kamu, kamu, kamu, tidak hanya namamu bahkan saat mataku terpejam senyum mu, selalu hadir di pelupuk mata, aku sendiri tak ingin seperti itu, dan Niel bisa mengerti."

Ansel mengecup sekilas kening Rinjani

"Bagaimana aku bisa melupakan wanita yang seperti mu?? selama ini wanita yang kutemui selalu menunduk dan hanya berani menatapku diam-diam, sedangkan kamu berani menatapku terang-terangan, selama ini wanita mengagumi kegagahan ku, tapi kamu malah mengataiku si gemulai tralala dan mempertanyakan kelakian ku, kau istimewa dan aku bertekad akan merampas mu dari siapapun entah kau sudah Menikah atau hanya menjalin hubungan dengan pria layaknya kekasih, tetapi ternyata kau adalah wanita Kaka ku, takdir memang sangat misteri"

" Pertemuan pertama kita kau tampak menyebalkan" ucap Rinjani.

" Sayang percayalah rasa bibir mu sampai sekarang masih bisa ku rasakan, Aww____"

Ansel memekik saat Rinjani mengigit lengannya.

Akhirnya keduanya sama-sama tertawa.

" Kita jalan yuk?"

" Kemana ?? Kaka belum pulih"

Ansel tersenyum mendengar Rinjani menyebutnya Kak, sepele! tetapi terasa hangat di hati.

" Kesuatu tempat yang membuat kita merasa bebas"

Rinjani mau protes tetapi Ansel lebih dulu menarik tangan nya untuk di pakaikan mantel hangat, Ansel juga memintanya Menganti celananya dengan legging yang hangat dan tebal, tidak lupa sarung tangan dan penutup kepala harus di pake.

Rinjani di bikin tercengang saat Ansel membawanya ketempat ice skating. Tempat yang belum pernah Rinjani datangi sekali pun

" Ansel kita ngapain kesini??"

" Membawamu menari dan merasa bebas"

" Aku tidak bisa"

" Akan ku ajari, itulah alasannya aku membawamu " Ucap Ansel tersenyum tipis.

Ansel membawa Rinjani untuk menyewa sepatu seluncur nya.

" Cobalah dengan posisi duduk sayang, agar bisa pas" Ansel memberi tahu.

Rinjani mengikuti arahan Ansel, setelahnya Ansel membawa Rinjani untuk berjalan di luar es, sejenis mantras karet yang bisa di injak dan berjalan di atasnya.

Ansel masuk kearea es terlebih dahulu , sebelum tangan nya terulur untuk menyambut Rinjani.

" Kemarilah, kau akan mudah beradaptasi menyeimbangkan diri , fokuskan pandangan mu kedepan, jangan khawatir kau akan baik-baik saja"

Rinjani awalnya ragu tetapi Ansel terus meyakinkan nya, hingga akhirnya Rinjani benar-benar berdiri di atas es.

" Aku akan menarik mu perlahan, fokus kedepan sayang" Rinjani melakukan gerakan squat, Ansel menarik ya pelan, lama-kelamaan Rinjani sudah mulai berani berdiri.

" Kemarilah"

Ansel melepas kedua tangan Rinjani, dan meminta Rinjani mendatangi nya.

" Pelan-pelan"

Ansel benar-benar sabar dan tekun dalam mengajarkan, Rinjani yang belum pernah sama sekali mulai terbiasa.

Kakinya berayun pelan, mulai meluncur perlahan.

" Jangan mengerem, biar aku yang menangkap mu"

Entah sudah berapa jam mereka bermain seluncur es, tetapi saat ini Rinjani sudah benar-benar bisa, bahkan wanita itu mulai mengayunkan tangan nya seperti mengepakkan sayap, dari seluncuran pelan sampai kejar-kejaran, Rinjani tersenyum dan tertawa sendiri saat bisa meluncur dengan mulus, dirinya merasa terbang.

Ansel tidak hanya mengajaknya seluncuran saja bahkan mengajak Rinjani menari di atas es, awalnya Rinjani memang kaku lama-lama mengikuti arus, satu pasang, dua pasang sampai berpuluh-puluh pasangan mulai ikut menari bersama mereka, Rinjani membekap bibirnya kagum.

Hingga di ujung tarian Rinjani di tarik kedalam pelukan hangat suami nya.

Dada Rinjani masih berdegup kencang, begitu juga dada Ansel, mereka menunggu momen perlahan sampai napas mereka mereda kembali.

Rasanya sangat menakjubkan bagi Rinjani, bisa berdiri bahkan bisa menari seperti saat ini, mengapa Ansel selalu mampu membuat hatinya sebahagia ini?

Mengalahkan kebahagiaan saat mendapatkan berlian ataupun mas batangan, Ansel selalu memberinya sebuah pengalaman dan momen yang tak bisa terlupakan.

Menyanyi, menari?? astaga Rinjani tak pernah senarsis itu dulu, mengapa hidup bersama Ansel Rinjani bisa merasa seperti kembali muda, tidak ada hentinya Rinjani terus bersyukur, mensyukuri segala takdir yang Allah berikan untuk nya.

Ternyata benar kata pepatah, habis gelap terbitlah terang, setelah kesedihan di tinggal suami, Rinjani di berikan pengganti yang juga luar biasa baik dan tulus.

" Kau terlihat capek sayang"

" Aku sedang sangat senang Kak" jujur Rinjani.

" Senang karena bisa merasa terbang seperti burung??"

" Ya, dan senang karena Kaka udah mengajariku banyak hal"

Ansel tersenyum dan membawa Rinjani menepi dengan bergandengan tangan.