NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:220
Nilai: 5
Nama Author: Kelly Astriky

Kelly tak pernah menyangka pertemuannya dengan pria asing bernama Maarten akan membuka kembali hatinya yang lama tertutup. Dari tawa kecil di stasiun hingga percakapan hangat di pagi kota Jakarta, mereka saling menemukan kenyamanan yang tulus.

Namun ketika semuanya mulai terasa benar, Maarten harus kembali ke Belgia untuk pekerjaannya. Tak ada janji, hanya jarak dan kenangan.

Apakah cinta mereka cukup kuat untuk melawan waktu dan jarak?
Atau pertemuan itu hanya ditakdirkan sebagai pelajaran tentang melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kelly Astriky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 2 Rumah nenek

Malam itu, temanku menelfonku dan mengatakan ada lowongan pekerjaan di Bali. Aku sangat senang, dan mungkin hidupku akan menjadi lebih baik setelah bekerja disana. Tapi ibuku tidak mengizinkanku untuk pergi. Dia khawatir denganku.

Bahkan aku masih ingat, 4 bulan yang lalu, mantan pacarku berjanji akan membawaku ke Bali untuk bersenang senang. Menikmati laut dan bercerita tentang senja. Tapi itu tidak pernah terwujud, karena dia lebih dulu meninggalkanku. Banyak janji yang harus dia bayar, tapi aku tidak akan pernah menagihnya. Biarkan semuanya lenyap bersama waktu.

Dan karena hatiku terlalu berat untuk ditampung di kamar yang sama, aku memutuskan untuk pergi.

Meninggalkan kota yang penuh kenangan, menuju Jakarta. Ke rumah nenek yang sejak kecil jadi tempatku berteduh.

Aku tidak membawa apa-apa selain sepotong hati yang retak, dan beberapa pakaian yang tak pernah cukup untuk menutupi luka.

Kereta melaju dan angin membawaku. Seperti alam semesta sedang ikut menarikku pelan-pelan keluar dari lubang hitam itu.

Sepanjang perjalanan, aku memandang jendela, mencari wajahku di balik pantulan kaca.

Siapa aku sebenarnya?

Apa yang kucari?

Apakah cinta?

Atau hanya jawaban?

Atau sekadar pengakuan bahwa aku pantas dicintai, tanpa dilukai?

Suara roda kereta menyanyikan lagu hampa, sementara pikiranku sibuk merajut tanya.

Di mana keadilannya, Tuhan?

Mengapa aku yang mencintai sepenuh hati, justru ditinggalkan begitu saja. Tanpa penjelasan, tanpa akhir?

Tapi aku tidak ingin terpuruk. Aku tidak ingin kisahku berhenti di sana. Aku hanya ingin sembuh, meski aku belum tahu, apakah perjalanan ini akan menyembuhkanku?

Atau justru membawaku pada luka yang baru?

Entahlah....!!!

Aku tiba di rumah nenekku menjelang senja. Matahari mulai turun perlahan di antara pohon mangga tua yang masih berdiri kokoh di halaman.

Udara Jakarta sore itu lembab, tapi kehangatan menyelimuti langkahku saat kaki ini menginjak lantai rumah yang tak pernah berubah. Lantai yang dulu sering kupijak saat aku masih kecil. Yang menjadi saksi jatuh bangunnya aku belajar tentang hidup.

Aku masih bisa mendengar teriakan masa kecilku. Aku masih mendengar suara anak kecil yang berlari kesana kemari. Tertawa bahagia tanpa beban.

Aku mendengar tangisan kecilku dipojok pintu. Rumah ini banyak sekali menyimpan kenangan.

Aku menarik nafasku pelan. Lalu menyimpan tasku diatas kursi.

Nenek menyambutku dengan pelukan diam. Tanpa banyak kata. Seolah tubuh rentanya tahu, bahwa cucu perempuannya ini sedang patah. Dan pelukannya cukup untuk menampung serpihan-serpihan kecil dari jiwaku yang berserakan.

"Cucu nenek yang manis, apa kabar? Nenek kangen kamu"

"Alhamdulillah kabarku baik nek. Nenek apa kabar? Nenek terlihat sangat cantik hari ini".

Kataku, dengan mengusap pipi nenek dengan tekstur kulitnya yang begitu lembut.

“Nenek baik baik aja sayang. Oh ya, nenek buatin teh ya,” katanya pelan.

Dan untuk pertama kalinya, aku merasa tidak sendiri lagi.

Malam datang seperti selimut yang ditarik pelan ke atas tubuhku.

Aku berbaring di kamar kecil dengan jendela menghadap langit. Langit yang sama, tapi kini terasa lebih asing.

Di sana aku menangis, bukan lagi karena lelaki itu, tapi karena aku sedang kehilangan diriku sendiri. Namun di tengah isak yang lirih, aku berkata dalam hati,

"Aku akan baik-baik saja! Entah kapan, entah bagaimana… tapi aku harus sembuh!"

Dan dari balik tirai malam, aku tidak pernah tahu. Mungkin semesta sedang menyiapkan sesuatu.

Sesuatu yang tak pernah kutulis dalam doa, tapi ternyata lebih dari apa yang pernah kuharapkan.

Dan, matahari pagi mulai mengetuk jendela kamarku.

Untuk pertama kalinya, aku merasa punya waktu untuk berdamai lagi.

Bukan dengan masa lalu, tapi dengan diriku sendiri.

Di sudut kamar mungil itu, aku duduk bersandar di dekat jendela. Ponselku menyala, bukan karena ingin,

tapi mungkin karena hati ini pelan-pelan mulai rindu sesuatu yang baru.

Aku mengunduh aplikasi kencan.

Entah apa yang kupikirkan, entah kenapa jemariku bergerak begitu saja.

Mungkin, aku hanya ingin didengar.

Atau mungkin, aku ingin membuktikan bahwa hatiku belum mati.

Aku mulai menaruh tiga fotoku disana, dan satu foto gambar kucing gembul yang sedang duduk diatas salju. Aku mulai mengisi bioku dengan kalimat yang tidak begitu penting. Hanya sebagai simbol saja.

Beberapa profil seorang pria, kulihat lewat layar.

Wajah-wajah asing dengan bio yang klise.

Beberapa menyapaku dengan basa-basi yang terasa hampa.

Namun hatiku belum sepenuhnya percaya.

Setelah sekian lama aktif, aku merasa tidak ada yang special bagiku. Aku mulai menonaktifkan aplikasi itu dan aku keluar kamar. Menemani nenek yang sedang asyik menonton TV.

"Nenek udah sarapan?"

"Udah, tadi pagi bibi siska datang kerumah ngasih nenek sarapan. Dia nanyain kamu, tapi kamu masih tidur. Kalau kamu mau makan, ada roti didapur."

"Oalah, nanti deh nek aku belum lapar. Dan mungkin agak siangan aku main ke rumah bibi siska."

Bibi siska adalah adik dari ayahku.

Kami terhanyut dalam obrolan ringan bersama nenek. Nenekku berusia 70 tahun. Tapi dia masih sangat sehat. Nenek selalu bangun lebih pagi. Sembahyang dan setelah itu dia suka berjalan jalan dihalaman rumah untuk sedikit menggerakkan tubuhnya. Dan syukurnya, nenekku belum pikun. Dia bahkan masih mengenali siapapun yang bertemu dengannya. Ah aku ingin sekali seperti nenek, walaupun aku tau, mungkin saja usiaku tidak akan mencapai 70 tahun. Haha!

Dan sore itu, aku kembali kekamarku. Rencananya aku ingin tidur. Lalu aku membuka aplikasi kencan itu lagi. Wow, banyak sekali pria mengirimku pesan. Bahkan banyak juga pria dari negara lain yang ingin berkenalan denganku dan mengatakan sedang berada diindonesia untuk berlibur. Tapi jujur saja tidak ada satupun yang membuatku tertarik.

Karena apa? Mereka terlalu dingin. Atau mungkin, hatiku masih beku menerima sapaan dari mereka.

Dan akhirnya aku tidur. Berharap mimpi indah akan menghampiriku malam ini......!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!