Aku Bukan Istri Mandul

Selamat membaca!

Berbeda dengan suasana di rumah Vania. Rumah kediaman Rendy kala itu terasa hampa karena sudah tidak ada keberadaan Maharani yang terlihat sibuk setelah selesai salat subuh, entah sibuk memasak, menyiapkan pakaian untuk Rendy berangkat kerja ataupun merapikan kamarnya yang memang sudah menjadi tugasnya sehari-hari.

Sepulangnya dari klinik ibu dan anak, Celine meminta Rendy untuk membawanya pulang ke rumah suaminya itu. Ia ingin menikmati, bagaimana rasanya menjadi istri sesungguhnya dari Rendy dengan tinggal di rumah yang dulu ditempati oleh Maharani karena memang proses pembelian apartemen yang Rendy berikan untuk Celine masih belum selesai diurus oleh Notaris.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, sepasang suami istri yang hanya menikah siri itu tampak masih pulas tertidur di atas ranjang yang terlihat sangat berantakan, karena semalam keduanya terlibat pergelutan hebat di atas ranjang.

Tak lama kemudian, Rendy mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Pria itu baru terjaga dari tidurnya semalam yang tidak nyenyak karena tak terbiasa tidur tanpa Maharani di sampingnya.

Kehilangan Maharani sungguh membuat Rendy merasa hidupnya sangat jauh berbeda. Terlebih saat semalam, Celine tak bisa berbuat apa-apa ketika dirinya diserang oleh rasa lapar. Hal yang membuat Rendy jadi teringat dengan Maharani yang selalu bisa diandalkan saat dirinya hendak meminta dibuatkan masakan apapun, ketika merasa lapar di tengah malam.

Pria itu pun bangkit dari posisi tidurnya dan memandangi Celine yang saat ini masih tertidur lelap. Ada perasaan yang timbul di dalam hatinya dan itu lebih ke arah penyesalan karena kebodohannya membuat Maharani kini sudah tak lagi ada di tempatnya yang biasa ia tiduri.

"Ya Allah, belum juga 24 jam aku kehilangan Maharani, tapi waktu berjalan terasa begitu lama. Kenapa kemarin itu aku begitu bodoh, dengan mudahnya aku mengucapkan talak tiga pada istriku yang sudah hidup bersamaku selama lima tahun ini, dia selalu ada untukku, tapi kenapa aku malah mengkhianatinya!" batin Rendy meremas rambutnya erat-erat, ia begitu menyesali segala perbuatan bodohnya yang mengakibatkan dirinya harus kehilangan Maharani.

Saat ini kerinduan dan rasa kehilangannya seketika membuatnya merasa ragu akan hidup yang akan dijalaninya ke depannya tanpa Maharani.

"Apakah keputusanku yang kemarin itu benar? Apa aku bisa bahagia bersama Celine, seperti aku bahagia saat hidup bersama Maharani? Kenapa tanpa kehadiran Maharani rumah ini terasa begitu sepi? Bahkan seruan lembutnya saat membangunkanku untuk salat subuh kini sudah tidak terdengar lagi," gumam Rendy yang mulai merasa kehilangan.

Saat ini Rendy menatap ke arah jendela kamar yang masih tertutup tirai dengan pandangan matanya yang kosong. Jendela kamar yang diterpa oleh cahaya dari mentari pagi yang mulai masuk melalui celah-celah tirai, hingga menghangatkan seisi ruangan kamar.

Rendy pun segera bangkit dari ranjang dan mulai melangkah untuk membuka semua tirai yang menutupi jendela kamarnya, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama menikah dengan Maharani karena wanita itu selalu mengerjakan semuanya sendiri.

"Ran, andai kamu tidak mengetahui semua rahasiaku tentang Celine, pasti saat ini kamu masih ada di sini," gumam Rendy kembali yang begitu menyesal karena Maharani bisa mengetahui semua rahasianya.

Setelah membuka tirai kamarnya, kini Rendy lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya, yang masih tampak lusuh karena baru saja terbangun dari tidurnya.

Selesai dengan semua itu, Rendy pun memutuskan keluar dari kamar untuk pergi mencari makanan di dapur. Saat ini perutnya terasa sakit karena sejak semalam Rendy memang menahan lapar karena Celine tak bisa memasak untuknya.

Kedua mata Rendy langsung tertuju ke arah meja makan yang biasanya sudah ada banyak hidangan beberapa menu yang dimasak oleh Maharani. Namun, saat itu hanya terlihat dua porsi nasi goreng yang tersedia di atas meja itu.

"Selamat pagi, Pak. Maaf pagi ini saya hanya memasak nasi goreng karena bahan persediaan untuk masak di kulkas sudah habis. Biasanya Ibu Maharani yang berbelanja seluruh isi kulkas dan kebutuhan dapur lainnya setiap seminggu sekali, seharusnya hari Jumat kemarin Ibu Maharani pergi belanja mingguan di super market, tapi ternyata kemarin itu Ibu Maharani pergi dan tidak kembali lagi sampai sekarang," ucap Marni yang terlihat begitu sedih karena harus kehilangan Maharani yang sudah menganggapnya seperti keluarganya sendiri. Terlebih alasannya karena kehadiran orang ketiga yang dihadirkan oleh Rendy.

Pria itu tampak mendengus kesal. "Ya, tidak apa-apa kalau pagi ini saya sarapan nasi goreng bersama Celine, tapi tolong sekarang kamu pergi belanja Mingguan untuk menggantikan Maharani ya, saya ambil uangnya dulu di kamar!" titah Rendy yang segera beranjak pergi untuk kembali ke kamarnya.

"Baik, Pak." Marni menjawabnya dengan cepat, walau kedua matanya masih tampak berkaca-kaca saat mengingat Maharani.

Setelah Rendy pergi menjauh dari hadapannya, Marni kembali menyayangkan kepergian Maharani karena permasalahan jam tangan yang ia temukan sampai berujung dengan perpisahan itu.

"Andaikan Ibu Maharani masih tinggal di sini, biasanya pagi-pagi begini semua makanan sudah terhidang rapi di atas meja untuk Pak Rendy, tapi kenapa nasib Ibu harus tragis seperti ini, orang sebaik beliau masih saja disakiti. Padahal kalau dilihat-lihat Ibu Celine tidak seperti wanita baik-baik, sudah siang begini saja belum bangun dan tidak mau menyediakan makanan dan kopi untuk suaminya, sikapnya jauh sekali dari Ibu Maharani," gumam Marni yang sangat menyayangkan nasib pernikahan kedua majikannya yang harus berakhir karena adanya orang ketiga.

...🌺🌺🌺...

Bersambung ✍️

📢 Yuk penuhi kolom komentar.

Berikan gift kalian juga ya.

Terima kasih banyak atas dukungannya.

Follow Instagram Author juga ya : ekapradita_87