Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka-teki Keranjang Buah
Sesampainya di rumah Darren nampak lesu, itu cukup menyita perhatian bu Alin.
"Sudah pulang sayang, kok tuh muka mendung gitu sih."
"Hi... " Darren menampakkan gigi putihnya memasang muka senyum terpaksanya lalu berjalan melewati bu Alin dan segera menuju kamar.
"Bocah, nggak jelas banget di tanya bukanya di jawab main nyelonong aja, atau mungkin sedang ada masalah dengan Naya. Ya mungkin saja, tidak biasanya pulang kerja cemberut." Bu Alin berdialog dengan dirinya sendiri. Akhirnya bu Alin memutuskan menghubungi Kanaya.
Di deringan pertama masih tidak ada jawaban, sampailah ke deringan yang ke tiga terdengar suara Naya yang agak serak.
"Hallo tante." Sapanya setelah telephone tersambung.
"Sayang lagi apa? kok suaranya bergetar, serak? kamu sakit?"
"Sedikit masuk angin tante, tapi ini alhamdulillah sudah sembuh."
"Lho beneran sakit, kok Darren nggak kasih tahu mama? emang dasar kelewatan dari dulu nggak pernah peka. Maaf ya sayang mama nggak tahu kalau kamu sakit."
"Nggak pa-pa tan, sudah sembuh kok."
"Beneran? Mama jemput aja ya tinggal disini dari pada di kost sendirian."
"Nggak usah tante, terimakasih. Kebetulan Naya tinggal berdua dengan teman Naya, tante nggak usah khawatir."
"Ooh gitu ya, ya udah nanti kalau butuh apa-apa jangan sungkan hubungi Mama."
"Siap tante, terimakasih."
"Oke sayang, baik-baik ya panggilannya Mama tutup."
"Iya tante, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Bu Alin tampak lega setelah mengetahui kondisi calon mantunya, dia berinisiatif besok pagi menjenguk ke kostnya. Lalu bu Alin menuju dapur menyibukkan diri membantu menyiapkan makan malam yang sedang di masak ART nya.
Setelah semua tersaji di meja makan, bu Alin memanggil keluarga lainya untuk makan malam bersama.
Bu Alin menuju kamar utama dimana suaminya berada, mereka keluar bersama setelah menunaikan sholat isya. Kamar kedua Bu Alin mengetuk pintu Darren, tak ada jawaban, dia pun membuka pintunya.
Ceklek
Begitu kamar di buka, anak sulungnya sedang sholat. "Ooh... sholat to pantesan nggak ada jawaban."
Kamar ke tiga di ketuk.
Tok.. tok.. tok...!! "Cha..."
"Iya Ma..." Teriak Icha dari dalam kamarnya
"Makan malam nak."
"Siap ma."
"Di tunggu cepetan." Icha bergegas keluar menuju ruang makan.
"Kak Darren mana Ma? belum pulang?"
"Ada dikamar lagi sholat, eh bik tolong panggilin lagi."
"Iya Buk." Jawab bik Ida seraya berjalan menuju kamar Darren.
Tok.. tok...
"Mas Da..." belum sempat membuka suara, kamar sudah di buka dari dalam.
"Sudah ditunggu Ibu sama Bapak di ruang makan." Katanya seraya menundukan kepalanya.
Darren hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan ART nya yang masih berdiri di depan pintu. Darren menggeret kursi dan duduk manis di sebelah Icha, masih dengan muka datarnya dan irit bicara. Itu terbukti tidak ada obrolan kecil di meja makan, hening, hanya ada suara dentingan garpu dan sendok.
"Ma, Icha ke kamar dulu ya.. sudah kenyang." Pamit Icha yang sudah selesai makan.
Darren bersiap berdiri dan...
"Ren, Naya sakit? kok nggak kasih tahu mama sih."
"Sudah sembuh kok ma." Mama Alin tidak puas dengan jawaban Darren.
"Sakit apa? besok tolong anterin Mama ke kostnya ya.. Mama pingin jengukin calon mantu Mama." Mama Alin sebenarnya sudah tahu kondisinya Naya, dia hanya ingin tahu tanggapan Darren dan memancing agar banyak bercerita. Namun nihil si sulung itu tetap datar dan irit bicara.
"Hemm..." Hanya deheman yang keluar dari mulutnya, lalu beranjak dari meja makan kembali ke kamarnya.
Tinggalah Bu Alin dan Pak Dahlan.
"Naya beneran sakit Ma? kasian sekali tinggal di kost, jauh dari orang tua malah sakit."
"Iya Pak, besok rencananya Mama mau kesana."
"Iya Ma di jenguk kasian, kalau mau suruh tinggal di sini aja toh sebentar lagi mau jadi anak kita."
"Besok coba Mama bujuk Pa, siapa tahu Naya mau. Rasanya udah nggak sabar ya Pa.. pingin anak kita nikah."
"Tunggu waktu yang tepat Bu, kita bicarakan lagi kepada keluarga Faisyal."
"Iya Pa, jangan nunggu Naya lulus kelamaan, nikah sambil kuliah kan nggak pa-pa."
"Iya Ma, ya sudah ngobrolnya lanjut di kamar aja Ma." Seraya mengerlingkan matanya.
Sementara Darren sedang duduk di kasur empuknya, dia sedang memeriksa tugas-tugas dari mahasiswanya yang di bawa pulang. Sekilas pikiranya menerawang, hanya Naya yang belum mengumpulkan tugas tersebut karena dia sakit, senyum licik tersungging di bibirnya, sepertinya dia merencanakan sesuatu.
Dia lagi apa ya? sudah sembuh belum? Tiba-tiba terlitas di pikiran Pak Darren, dia kepo dengan keadaan Kanaya. Yang di kepoin lagi asik ngobrol sama sahabatnya.
Ya setelah teman-temannya pulang menjelang maghrib, Naya segera masuk ke rumah.
"Han dari siapa?" Matanya menuju ke arah keranjang buah.
"Coba tebak dari siapa?" Naya hanya mengedikkan bahunya.
"Beneran nggak tahu, tapi aneh juga sih kalau Pak Darren datang ke sini, Jangan-jangan... dia suka sama loe Nay."
Uhuk... uhuk...
Kanaya tersedak air mineral yang sedang di tengguknya.
"Ngomong apa sih Han, nggak jelas."
"Tadi tuh pas gue mau masuk, gue lihat Pak Darren sedang ngintip-ngintip ke arah sini seperti mau masuk tapi ragu, alhasil kita berbincang-bincang, eh lebih tepatnya gue menyapa dan akhirnya dia nitip ini."
"Beneran tadi Pak Darren kesini?" Naya pura-pura terkejut supaya Hana nggak curiga.
"Iya nih buktinya. Eh tapi aneh nggak sih dia perhatian banget sama loe, Jangan-jangan beneran deh ada rasa, hayo ada hubungan apa loe sama Pak Darren."
"Hana... ember loe, udah tidur sana."
"Kaya ada suatu yang di sembunyikan, ayo ngaku lo selingkuh ya sama Pak Darren... duh... kasihan banget Riko, ganteng-ganteng di tinggal selingkuh."
"Bawel ya..." Naya melayangkan bantal ke arah sahabatnya.
"Iya emang ada hubungan!"
"Serius loe?"
"Hubungan gue sama pak Darren, antara Dosen dan mahasiswanya, puas loe. Udah tidur nggak usah gosip." Naya berbaring di kasurnya dengan arah membelakangi Naya, ranjang mereka lumayan dekat hanya di sekat meja kecil di tengahnya.
"Nay... beneran udah mau tidur."
"Hemm...."
"Yah... padahal gue masih mau ngobrol. Nay... minta buah ya."
"Hemm...ambil aja." Matanya sudah terpejam tapi hati dan pikirannya masih ke mana-mana. Naya sedang mencerna kata-kata Hana tentang Pak Darren.
Beneran dia mau jengukin gue? tapi kasian juga ya udah nyampe sini malah nggak ketemu. Ah salah sendiri nggak masuk aja. Tapi ... ada benernya juga sih, nggak mungkin kan dia kesini sebagai calon suami gue. bisa perang Dunia. Duh... kok jadi mikirin dia sih. Bodo' ah.... dan akhirnya Naya tertidur.
***
Terimakasih yang sudah mampir ke karya recehku...
Jika kalian suka ayo dukung karya ini dengan
Like
komen
Vote
Terimakasih keZeyengen😍😍😍