Huang Se Se, Putri keluarga kaya yang lahir di tahun 2200. Gadis cantik yang memiliki ilmu bela diri dan pengobatan. Dia adalah seorang pemimpin pasukan khusus di sebuah organisasi militer.
Pada malam pernikahannya, dia diberi obat bius oleh suaminya. Dia meninggal dalam penyesalan dan membawa dendam yang sangat besar.
Gadis itu mengira kehidupannya telah berakhir, namun saat dia membuka matanya, dia mendapat kesempatan baru untuk hidup di dunia yang berbeda, status yang berbeda, tubuh yang berbeda tetapi dengan nama yang sama.
Huang Se Se dilahirkan kembali ke tubuh seorang putri Perdana Menteri di jaman ribuan tahun yang lalu. Putri yang dirumorkan sombong dan angkuh.
Dia mendapat perintah dari Kaisar untuk menikah dengan Raja Wei yang terkenal dengan sifat kejam dan sadis.
Hidupnya penuh dengan luka, banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuhnya. Ibu tiri dan kedua adik tirinya selalu mencari cara untuk membuatnya menderita.
Bagaimanakah perjalanan hidupnya?
Yang penasaran ayo segera dibaca ✌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemilik sapu tangan
Kasim istana datang mengantarkan undangan. Undangan itu wajib dihadiri oleh semua gadis bangsawan yang belum menikah.
"Ibu, kita harus menghalangi jalang itu agar dia tidak bisa ke istana." ucap Ling Wan.
"Benar ibu, aku tidak mau dia merebut perhatian pangeran-pangeran di sana. Wajah penggodanya mirip sekali dengan ibu kandungnya yang jalang itu! Huhhh..." keluh Min Wan
"Baik, baik! Ibu akan memikirkan cara untuk menghalanginya ke istana." jawab Nyonya Xin.
Nyonya Xin berbisik ke telinga pelayan disampingnya. Rencana licik terlihat dari senyumannya. Dia memanggil seorang pengawal.
HARI BERIKUTNYA
Kediaman Huang dipenuhi dengan tamu-tamu undangan Nyonya Xin. Para tamu berkumpul di halaman dan sebagian ada di aula utama sedang berbincang dengan Nyonya Xin.
"Linwan, kenapa Putri Huang tidak terlihat?" tanya Nyonya Cin.
"Kakak sepertinya masih ada urusan. Sejak pagi saya belum bertemu dengannya." jawab Lin Wan.
"Sayang sekali, padahal aku ingin bertemu dengannya. Sudah beberapa tahun tidak melihatnya." ucap Nyonya Cin.
Nyonya Cin adalah saudara jauh dari Ibu kandung Se Se. Sudah lama dia tidak berkunjung ke kediaman Huang.
"Bagaimana jika saya mengantarkan Nyonya ke kamar kakak?" ajak Lin Wan.
"Bolehkah?"
"Tentu saja boleh Nyonya Cin. Silahkan ikuti saya." ucap Lin Wan sambil mengeluarkan senyum liciknya.
Beberapa nyonya bangsawan mengikuti mereka ke kamar gadis itu karena penasaran dengan wajah gadis yang belakangan ini menjadi topik pembicaraan.
"Tok! Tok! Tok!"
"Coba lihat siapa yang mengetuk pintu!" perintah Se Se.
Ling Er membuka pintu dan melihat sekelompok nyonya bangsawan sedang berdiri di depan pintu itu.
"No...Nona..." ucap Ling Er panik.
Merasa ada yang janggal, Se Se melangkah ke pintu dan melihat Lin Wan membawa sekelompok nyonya tak dikenal ke tempatnya.
"Mau apa kamu kemari?" tanya Se Se.
"Kak, hari ini Ibu mengadakan pesta. Kenapa kakak masih berada di kamar? Bukankah tidak sopan jika tidak menyapa tamu?" ucap Lin Wan mencibir.
"Aku tidak mendengar ada pesta di kediaman ini. Tidak ada orang yang memberitahuku." jawab Se Se dengan raut wajah tak peduli.
"Kak, walaupun kakak malas keluar dari kamar, kakak tidak boleh mengatakan omong kosong. Pelayan sudah memberitahukan kepada kakak tentang pesta ini tadi pagi." ucap Lin Wan berbohong.
"Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang melelahkan." batin Se Se.
Dia melangkah ke depan kemudian menundukkan sedikit kepalanya dan mengatakan, "Nyonya-nyonya yang telah hadir di sini, saya mohon maaf karena sudah berlaku tidak sopan. Silahkan kembali ke aula utama untuk melanjutkan pesta."
Lin Wan tersenyum licik, dia kembali memojokkannya. "Kak, kenapa kakak sangat aneh hari ini? Apakah ada sesuatu yang kakak sembunyikan?"
"Nona ketiga, Nona pertama sedang kurang sehat hari ini. Tolong mengertilah? biarkan Nona beristirahat." ucap Ling er.
"PLAKKK!!"
Lin Wan menampar wajah Ling Er. Pelayan itu terjatuh dan di sudut bibirnya terlihat bekas darah.
"Siapa yang memberimu izin untuk mengeluarkan suara? Berani sekali pelayan rendah sepertimu ikut campur!". ucap Lin Wan
"Ling Er keluarlah!" perintah Se Se.
"No...Nona..." ucap pelayan itu sambil memegang pipinya yang terasa perih.
"BRAKKK!"
Tiba-tiba terdengar suara dari arah lemari. Seorang pria berpakaian pengawal terjatuh ke lantai. Pria itu keluar dari dalam lemari pakaian.
Para nyonya yang ada di sana merasa terkejut dan memulai gosip-gosip mereka.
"Ternyata Putri Huang menyembunyikan laki-laki di lemari."
"Wow... Putri Huang ternyata mempunyai hubungan dengan seorang pengawal."
"Huhhh... pantas saja sejak tadi dia ingin segera mengusir kita ke aula utama.
"Tidak tau malu!"
"Gadis murahan!"
"Pantas saja pernikahannya dengan Raja Wei dibatalkan"
Se Se mengerutkan alis, dia memijit pelan keningnya dengan jari jempol dan telunjuk. Sejenak kemudian, dia melirik ke pria yang masih duduk di lantai itu.
"Siapa kau? Kenapa kau ada di sini?" tanya Se Se.
"Sa.... Sayang... Kenapa kau pura-pura tidak mengenalku?" jawab pria itu.
Se Se tersenyum dingin dan berjalan mendekatinya. "Apa kau sedang bercanda denganku?" tanya Se smSe dengan tatapan hendak membunuh pria di depannya.
"Sa...sa...yang... ki...ki...kita su...sudah be...bersama selama setahun. Kenapa kau tidak mau mengakuinya." ucap pria itu terbata-bata.
"Setahun? Hehhh... Apa kau tau akibat dari mengangguku? tanya Se Se dengan aura yang membuat merinding semua orang disana.
"HUANG SESE!!
Apa kau tidak tau malu? Bagaimana bisa ada gadis murahan sepertimu. Kau bahkan berhubungan dengan seorang pengawal." teriak Nyonya Xin yang baru saja datang.
"Nyonya Xin, mulutmu boleh digunakan untuk makan apa saja, tapi jangan digunakan untuk berbicara sembarangan!" ucap Se Se kesal dengan hinaannya.
"Saksi dan bukti sudah di depan mata. Huang Se Se! Apalagi yang ingin kau katakan?" gertak Nyonya Xin.
"Siapa saksinya? dan mana buktinya?" tanya Se Se.
"Para Nyonya di sini adalah saksinya dan pria itu adalah buktinya. Jika kau menyukai pria itu, kau bisa mengatakannya pada ibu. Ibu pasti akan membujuk ayahmu menyetujuinya." ejek Nyonya Xin.
"Pencuri yang bersembunyi, berubah menjadi orang yang ku sembunyikan, hanya karena kau menyebutnya seperti itu? Nyonya Xin, bukankah kau terlalu naif? dan juga, Ibuku sudah meninggal, jangan menyebut dirimu sebagai Ibuku." ucap Se Se menggertakan giginya, menahan amarah yang sudah memuncak.
"Nona pertama, jangan menyembunyikan hal ini lagi. Bukankah Nona sudah menerima sapu tangan sebagai tanda bukti cinta?" ucap seorang pelayan.
"Siapa kau? jangan mengatakan omong kosong!" ucap Se Se pada pelayan itu.
"Nona, hamba melihat sapu tangan itu saat mencuci pakaian Nona. Sapu tangan itu memang benar milik seorang pria." jelas si pelayan.
Nyonya Xin tersenyum seolah dirinya sudah menang.
"Pengawal, cepat geledah lemari Nona pertama. Temukan sapu tangan itu." perintah Nyonya Xin.
"Baik Nyonya!"
Semua orang menunggu pengawal mencari barang bukti. Beberapa menit kemudian seorang pengawal melihat sebuah kotak di atas lemari.
Dia mengambil kotak itu dan membukanya. Di dalam kotak itu ada beberapa sapu tangan, dan salah satu sapu tangan itu, terdapat sulaman dengan kata "XUAN".
"Sudah ditemukan Nyonya." ucap pengawal itu sambil menyerahkan sapu tangan kepada Nyonya Xin.
"Bukti sudah ada di sini. Apa kau masih tidak mengakuinya?" ucap Nyonya Xin.
"Bukankah sapu tangan itu diberikan Ling Er kepadaku di malam itu?" tanya Se Se dalam hati.
"Apa kau mengenali sapu tangan itu?" tanya Se Se pada pria di lantai.
"Te..tentu saja. Aku memberikannya padamu sebagai tanda cinta kita. Sayang, apa kau melupakannya?" jawab pria itu.
"Siapa namamu?" tanya Se Se lagi.
"Fu Xi Zin." jawab pria itu.
Se Se tersenyum dingin dan melanjutkan pertanyaannya. "Lalu, kenapa kau memberikan sapu tangan milik orang lain sebagai tanda cintamu?"
"Sapu... tangan... itu... milikku. Bu... bu...kan milik orang lain." jawab pria itu ketakutan.
"Sapu tangan ini jelas tersulam kata Xuan, dan itu, bukanlah namamu. Apa kau masih ingin meneruskan sandiwara ini?" tanya Se Se yang masih menahan amarah nya.
"I...i...itu karena..." ucapan pria itu terhenti.
"SRINGGGG..."
Se Se mencabut pedang dari sarung seorang pengawal dan mengarahkannya ke leher pria itu.
"Katakan, Siapa yang menyuruhmu untuk berbohong?" tanya Se Se.
^^^BERSAMBUNG...^^^