Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUSING
Nou mengerjapkan mata bergantian menatap Satria lalu ke Dini, sedangkan gadis cantik itu tiba-tiba menangis sesenggukan. Satria hanya memasang wajah datar. Tak mau salah paham, Nou pun memegang pundak Dini, ia tak mau ada permainan apalagi urusan hati.
"Mbak, saya bukan pacar Mas Satria kok," jelas saja pengakuan Nou itu membuat Dini berhenti menangis, sedangkan Satria berdecak sebal. Ya wajar sih, Nou gak dibriefing, Satria yang salah main mengaku pacar saja.
"Beneran?" tanya Dini memastikan dan Nou mengangguk.
"Ya iya dia gak mengakui, emang aku masih PDKT sama dia, berarti aku yang suka sama dia," sewot Satria, bahkan Nou kaget banget ternyata pria easy going itu bisa juga ngamuk. Dini kembali menangis, Nou pun mendelik ke Satria seolah memberi signal ngapain bilang begitu?
Satria gak peduli, ia masih marah dengan Dini. Satria dan Dini sudah berpacaran sejak SMA, kuliah mereka beda kampus dan jurusan. Namun, Satria bekerja di rumah sakit milik keluarga Dini, saat menjadi dokter umum dulu, karena kesibukan mereka sekarang, Satria dan Dini jarang bertemu, eh pas ketemu Dini malah kencan bersama seorang laki-laki yang diakui sepupunya. Andai saja Dini tak bohong, mungkin Satria akan percaya kalau laki-laki itu sepupu Dini.
Saat mereka kencan itu, Dini mengaku sedang lembur di kantor sang papa, tapi kenyataannya makan bebek sambal hijau bersama pria ini. Bahkan Satria yang sudah mengenal papa Dini, langsung memotret pria itu dan bertanya langsung pada papa Dini, hasilnya Oh itu bukan sepupu Dini, dok Satria. Itu kolega saya yang kebetulan baru sampai dari luar kota siang ini.
Dan sekarang Dini mau minta kembali pada Satria? Hah, capek-capek kuliah kedokteran, masa' iya menjadi bodoh karena urusan cinta. Gak bakal Satria mau, toh dia juga sekarang tidak bekerja di rumah sakit milik keluarga Dini lagi.
"Selesaikan urusan kalian saja dulu, jangan melibatkan orang lain, karena nanti akan merugikan banyak pihak," nasehat Nou, kemudian dirinya pamit, tak mau tahu urusan Satria. Dia bisa dekat bahkan makan bareng murni karena urusan pekerjaan saja.
Nou kembali dibuat pusing keesokan harinya oleh Wicaksono, dia memanggil Nou tanpa melalui Yesi. Jelas kaget lah, banyak mata yang sudah penasaran mengapa dia dipanggil. Bahkan Adrian menyuruh Nou merekam pembicaraan antara Nou dan bos.
Maunya Nou sih gak masuk ruangan ini lagi, bawaannya emosi mulu, hanya saja Nou tetap profesional, siapa tahu Pak Wicak memang mau koreksi hasil kerjaan Nou.
"Aku minta tolong ya, No'. Bukan sebagai atasan kamu, melainkan seorang laki-laki yang tak mau harga dirinya diinjak-injak," ucap Wicaksono dengan wajah tegang. Nou bingung, drama apa lagi ini.
"Minta tolong apa, Pak?" tanya Nou mode waspada.
"Kamu jangan curiga atau punya pikiran aku melecehkan kamu, atau aku memanfaatkan kamu, aku cuma gak mau Audrey mengincarku lagi," jelas Wicak memberi pengantar, namun Nou sudah tahu arah pembicaraan Wicak ke mana. Hampir saja dengan Satria kemarin malam, dan Nou jelas menolak.
"Maaf, Pak. Saya tidak mau ambil resiko. Kemarin Mas Satria juga berniat mengaku saya sebagai pacarnya, untuk memanas-manasi Mbak Dini," Wicak melotot langsung, jadi Satria mengajak janji temu Nou untuk kerja sama. Wicak memang tahu hubungan Satria dan Dini sudah kandas, karena perselingkuhan gadis itu. Tapi tak menyangka saja Satria akan meminta Nou sebagai pacar bohongan mereka. Aish, kalau sampai Nou mau, jelas bukan pacar bohongan, bisa-bisa cinta seiring berjalannya waktu.
"Tapi, Nou. Saya mohon please, bayangkan saya datang ke nikahan teman saya, sedangkan Audrey jadi istri teman saya. Jelaslah mereka mengejek saya, duh jomblo ya. Kasihani aku, Nou!" ucap Wicak memohon.
"Lah terus kenapa Bapak harus minta tolong ke saya, padahal Mbak Yesi ada, Mbak Elsa, Mbak Tasya juga ada," sebut Nou sembari mengabsen nama rekan kerja di tier 1.
"Kalau mereka yang saya ajak kelihatan banget dong, saya gak tertarik. Saya mau bikin Audrey kebakaran jenggot, awal dia tahu kamu, dia sudah gak suka."
"Gak boleh, Pak, balas dendam itu. Lagian kalau mau membakar jenggot tinggal dibakar saja," Nou mengalihkan ketegangan dengan lelucon garing. Wicak malah berdecak sebal.
"Nou, please!" Nou menggeleng, dan segera pamit saja daripada bos merengek gak jelas. Perempuan berjilbab di luar sana juga banyak, dan pasti kesemsem dengan Wicak, malah lebih natural nanti.
Baru juga melipir, hendak membuka pintu, Wicak membuat gebrakan yang membuat Nou linglung setengah mati. Wicak menarik tangan Nou dan langsung mengungkung gadis itu di balik pintu, jantung Nou serasa mau copot, ditambah tatapan Wicak yang tajam dan terlihat menekan pihak lawan. "Kalau gak mau, maka jangan salahkan saya untuk berbuat lebih dari ini," ujar Wicak sedikit mengancam sembari menyentuh dagu Nou.
Sebenarnya Nou keder, tapi kalau diteruskan dia bakal ditekan oleh Wicak, bukan tak mungkin bisa dilecehkan juga. "Coba, berbuat berlebih yang bagaimana? Saya tidak takut!" ucap Nou dengan wajah menantang. Bos semena-mena apalagi tak profesional harus dilawan, pikir Nou Wicak akan memberi SP atau bahkan memecatnya, tapi ternyata tidak. Wicak secara perlahan mendekatkan wajahnya pada Nou. Gadis itu merinding, namun ia tetap berdiri tegak agar tidak terlihat lemah, ingin rasanya menangis juga, tapi kok air matanya tidak keluar sih. Sialan.
Hanya tinggal beberapa centi saja, Nou langsung memalingkan muka, dan Wicak memejamkan mata, tangannya mengepal memegang daun pintu. "Please, Nou. Bantu aku, Audrey bakal merecoki hidup saya. Dia bakal minder dan tahu diri saat saya dekat atau bahkan pacaran sama kamu, please!"
Nou tetap menggeleng, Wicak kok ditolak, tangan lebarnya sudah masuk ke jilbab Nou ke arah leher, Nou tak mau dilecehkan ia langsung menendang area vital Wicak hingga bos itu mengadu, langsung limbung ke lantai. Kesakitan sekali.
Nou takut khawatir tendangan lututnya berakibat fatal, "Maaf, Pak. Aku sengaja, sakit ya," sindir Nou sudah di atas angin. Pasti Wicak sudah kesusahan untuk berdiri. Saat Nou berbalik, ia lupa kalau pintu ruangan Pak Bos terkunci dan harus dibuka by sidik jari atau kode tertentu. Sial.
"Buka pintunya, Pak!" giliran Nou yang memohon, duh di luar sana pasti banyak yang sudah berpikir aneh-aneh. Apalagi sudah lebih dari 10 menit.
Wicak menolak, ia melambaikan tangan sembari memegang area vitalnya. Nou jadi pusing. Ia pun dengan terpaksa membantu Wicak berdiri dan memapahnya ke sofa. "Makanya jangan usil, sakit kan sekarang."
"Sumpah, kalau sampai kenapa-napa sama adik aku, kamu harus tanggung jawab."
Nou meringis, "Ya Bapak sudah kelewat batas, kurang ajar banget, saya cuma melindungi diri, kok!" Nou masih tak mau disalahkan. Wicak minta diambilkan air, dan Nou memaksa dibukakan pintu.
"Jadi pacarku ke nikahan Audrey baru saya buka, kalau gak mau jangan harap bisa keluar dari sini," ucap Wicak tak mau ditolak.
SINTING, batin Nou mengumpat kesal.
persaingan pengusaha muda vs dokter anak semakin kocak 🤣🤣
weh Weh emang bosmu gendeng cembukur dia
stop udah jangan di kirim lagi keterusan ga mandiri