NovelToon NovelToon
BUKAN ANAK EMAS

BUKAN ANAK EMAS

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Keluarga / Karir / Kehidupan alternatif / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:26.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Seberapa tega orang tua kamu?

Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.

Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TANGISAN

"Makan yuk, No'. Aku lapar," ajak Wicaksono, ternyata dia hanya minum kopi saja tanpa makan. Pikir Wicak, gak enak dong dia makan lebih dulu sedangkan Nou pasti lapar juga. Begitu Nou keluar, Wicak langsung mengajak makan. Meski hanya di kantin rumah sakit.

"Menjaga orang sakit tuh juga butuh tenaga, jangan sampai kamu ikutan sakit, yang bisa jaga ibu cuma kamu toh," ucap Wicak dan diangguki Nou. Rasanya ia ingin menangis, selama ini kalau ada masalah keluarga, Nou dan ibu saling bersandar sejak kematian sang ayah. Tapi sekarang, di saat ibu sakit, harusnya Nou dan Iin saling bersandar untuk menguatkan diri dan saling dukung menjaga ibu. Faktanya, Nou ditemani oleh bosnya. Si adik entah ke mana sampai sekarang belum muncul batang hidungnya. Sungguh, kalau tidak berpikir soal kesembuhan sang ibu, mungkin Nou sudah gampar si Iin itu.

Nou makan dengan sewajarnya, ia harus kuat benar apa kata Wicak, kalau dirinya harus sehat, sang ibu butuh dirinya. "Kamu selama ini kalau ada masalah curhat sama siapa, No'? Tanya Wicak di sela-sela makan mereka.

"Sama ibu, Pak!" Wicak mengangguk, sesuai dengan cerita Mas Dul, dan sepupu Iin, kalau Nou yang memback-up kebutuhan ibunya.

"Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, No'. Gak perlu mengandalkan saudara kalau memang dia gak tanggap buat membantu," Nou langsung menatap Wicak dengan tatapan heran. Wicak hanya tersenyum, ia pun mengaku sudah mendengar sekelumit kisah keluarga Nou, meski hanya sekilas Wicak bisa menyimpulkan kalau Nou tidak akur dengan sang adik, karena karakter keduanya berbeda. "Kalau kamu yang bisa menghandle, maka kerjakan sendiri saja. Tanpa menunggu uluran tangan adik kamu, buat menjaga ibu."

Nou langsung menundukkan kepala, ia menangis. Sudah sejak tadi ia menangis, kembali luruh mendengar ucapan Wicak. "Saya cuma berpikir, Pak. Kalau memang ibu saya sudah kesakitan, setidaknya saya dan adik saya melihat beliau secara langsung dulu, kita berdua saling ikhlas di detik-detik terakhir ibu. Hanya saja adik saya kok gini, sampai sekarang gak datang."

"Habis ini kamu chat lagi, foto kan kondisi ibu!" Nou mengangguk dan segera menghabiskan jatah makannya. Saat sholat, Nou pun kembali menangis, ternyata ia tidak sekuat biasanya saat melihat ibu sakit. Begitu kembali ke HCU ada budhe, pak dhe, bulik dan paman dari pihak keluarga ayah.

"Iin belum ke sini?" tanya Budhe sembari memeluk Nou. Gadis itu hanya menggeleng dengan sesekali mengusap air matanya. Wicak bersama paman dan budhe berbicara, lebih tepatnya mereka menceritakan bagaimana kedekatan Nou dan ibunya.

"Maaf, Mas. Mas ini apanya Nou?" tanya paman Nou, penasaran, kalau setahu mereka Nou tidak pernah mengenalkan seorang pria sebagai pacar atau calonnya, sampai dilangkahi Iin.

Wicak hanya tersenyum, tak mau menimbulkan banyak spekulasi di tengah kesedihan ini. "Saya atasannya Nou, Pak!"

"Saya kira pacarnya, ponakan saya ini jomblo terus sampai dilangkahi adiknya, si Iin," Wicak hanya tersenyum saja. Pantas sang paman memberanikan diri tanya siapa Wicak, tentu bagi keluarga Nou menggandeng pria jelas sebuah momen langka yang perlu diselidiki hubungannya.

Iin datang setelah keluarga ayah pulang, ia datang sendiri. Nou menahan amarah saat melihat kedatangan sang adik. "Gimana, Mbak?"

"Cek saja sendiri di dalam, izin perawat dulu," ucap Nou ketus. Wicak hanya diam dan mengamati dua saudara kandung yang sedang mempertahankan ego masing-masing. Nou menahan emosinya agar tidak menggampar Iin. Sedangkan Iin menahan kekesalannya karena tidak dijelaskan secara langsung tentang keadaan Ibu. "Kenapa gak masuk?" tanya Nou yang melihat Iin malah duduk di kursi tunggu.

Wicak ikut melihat Iin yang malah sibuk bermain ponsel. "Cek Kafa dulu," ucapnya cuek. Nou berdecak sebal, tapi ia juga tidak menyalahkan posisi ibu punya anak balita.

"Aku ke hotel dulu ya, No'. Aku ngantuk banget, ke hotel depan rumah sakit saja," pamit Wicak sengaja memberikan waktu agar Nou bisa mengajak sang adik bicara pada ibu.

"Makasih ya. Pak, maaf merepotkan," ucap Nou tulus. Wicak mengangguk saja, kemudian segera menuju hotel untuk istirahat.

"Pacar Mbak?"

"Bukan."

"Yakin bukan pacar? Mumpung ibu masih ada, segera diresmikan," Nou melongo, tak menyangka Iin bisa berbicara begitu. Bukan fokus berdoa untuk kesembuhan sang ibu malah berpikir urusan nikah.

"Kamu waras gak sih, In. Ibu sakit dibawa tetangga kamu kayak gak gupuh sekali," terpaksa Nou harus membahas hal ini di rumah sakit. Nou sudah tak kuat menahan, dia buka tipe kakak sabar yang memaklumi sikap sang adik. Nou ingin rasanya menabok menampar dan jedotin kepala Iin ke tembok, biar waras, kalau gak bisa waras sekalian saja otaknya hilang.

"Aku kan udah bilang aku masih urus Kafa, Mbak!"

"Gunanya suami dan keluarga mertua lo apa?"

"Ya mereka masih kerja juga gak bisa dititipin sewaktu-waktu."

"Kalau kamu baik sama keluarga mertuamu, kamu gak bakal malu buat titip Kafa di sana. Kakak ipar kamu jaga toko, yang sangat bisa dimintai tolong!" Iin tak bisa menjawab.

"Bisa gak sih, sekali aja hidup kamu berguna buat ibu. Bahkan untuk masuk melihat ibu aja kamu gak mau. Kedatangan kamu gak guna kalau kamu gak melihat memegang ibu di sana."

"Mbak gak tahu rasanya dibeda-bedakan. Aku capek dibedakan sama Mbak terus."

"Kamu dibedakan karena kamu gak sepintar aku? Gak sebanyak aku uangnya? Gak sebaik aku? Tapi pernah gak kamu mikir ibu membantu kamu urusan masak, makan, listrik, mainan anak kamu, jaga anak, bahkan pembagian tanah warisan saja lebih banyak kamu, mikir gak kayak gitu? Kamu terlalu hidup enak sampai kamu gak mau melihat sengsaranya aku."

"Mbak uangnya banyak makanya menjadi anak emas ibu!" Iin mulai teriak.

"Ngaca, In. Ngaca yang jadi anak emas itu siapa? Aku bukan anak emas bagi ibu. Kalau aku anak emas gak mungkin aku dibiarkan ibu kerja keras sampai ke luar kota. Aku bakal dimasakkan ibu tanpa harus repot-repot kos atau beli makanan di warung. Orang yang gak bersyukur itu kayak kamu. Bahkan ibu gak punya pegangan uang, pinjam ke aku biar apa, biar bisa beli beras buat makan kamu, suamimu, dan anak kamu!" Iin diam, tak berani membantah kenyataannya memang begitu. Saat Nou akan mencecar alasan kambuhnya ibu versi Iin, tiba-tiba perawat keluar.

"Keluarga Ibu Rahmini."

Deg, Nou berdiri seketika, dan mendekat ke perawat. "Kami, Sus!"

"Mari ikut saya," ujar perawat dengan sedikit panik.

Iin dan Nou bersama menuju ranjang ibu. Perawat menjelaskan detak jantung ibu semakin lemah, Nou diminta untuk menemani beliau. Nou lemas seketika, ingin ambruk langsung berpegang pada ranjang.

"Bu!" panggil Iin mulai menangis. Justru Nou tak berteriak, tak menangis, berusaha tegar setelah perawat memberi tahu. Nou mendekatkan diri dan mengucapkan kalimat syahadat dan tauhid di telinga ibu. Kemudian Nou mencium kening ibu dengan menahan tangis.

"Bu, kalau ibu terlalu sakit, Nou ikhlas, Bu, agar ibu gak kesakitan lagi," bisik Nou dengan bibir getar. Iin sudah menangis. Tak lama detak jantung pun semakin rendah hingga ke angka 16, dan Nou memejamkan mata sembari mengucap kalimat duka.

"Bahkan Ibu pergi saja menunggu kedatangan kamu," bisik Nou kemudian menuju ke perawat.

1
Kyna Kyomoto
dong banget kamu, Iin. kebiasaan orang ga sadar diri ya gini, dinasehati malah nyerang balik
Lel: agak miring juga
total 1 replies
FiKiBiMi
lah kok..👍
Quinza Azalea
loh kok udah tamat aja sih thor 😭😭
Quinza Azalea: di tunggu karyanya lagi thor💕
total 2 replies
Quinza Azalea
biarkan saja Nou gk usah sedih 😭😭
LindaLW
beneran udh END ini Thor, yah kirain msh lanjuttt
Lel: udah kakak😆
total 1 replies
anggraeni utami
lanjut thorrr😍😍
Sri Wahyuni Abuzar
lhaa kok The End...
lanjuut sesi 2 nya yaa thoor 🥰
Lel: belum kepikiran kak
total 1 replies
muthia
lho kok tamat
Lel: buyarrr ganti cerita lainnn kakkk
total 1 replies
Septyana Kartika
Loooo....sudah buyar Thor....aku udah bawa camilan Lo iki
Lel: udaaaahhh Iiin udah pergi jauh
total 1 replies
FiKiBiMi
yah.. lagi dong.. dang ding dong
Quinza Azalea
setuju Nou,emang banyak di kehidupan nyata yg seperti si Iin ini.
Lel: gak bisa dikasih hati🤭🤭
total 1 replies
Septyana Kartika
Setuju No.....Iin ini waktu pembagian otak pasti datang nya belakangan...jd dptnya cm separo
Lel: seperampat aja gimana🤣🤣🤣
total 1 replies
partini
good 👍👍👍 ,blok aja biar ga bisa menghubungi kasih pelajaran biar dia mikir
Lel: gak papa kan ya
total 1 replies
muthia
selalu sabar menunggu
Quinza Azalea
next thoor💕
Lel: oke ditunggu
total 1 replies
Quinza Azalea
hayo ketauan
Lel: siapa tuch
total 1 replies
Sri Wahyuni Abuzar
yaa salam mbak...segala ukuran dedek manjaah nya pak wicak di tanyain ke nou 🤣🤣
Lel
baik saya dengar 🤣🤣🤣
FiKiBiMi
🤣🤣🤣
Lel: terimakasih kakak
total 5 replies
Ayesha Almira
pa Wicak denger tuh..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!