NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Sudah mau pulang?"

"Eh!"

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba lelaki itu sudah berdiri di dekat Aira dan menyapa.

"Sory, sory, maaf, bikin kaget ya."

Melihat Aira begitu terkejut dengan keberadaannya, lelaki itu segera minta maaf sambil tersenyum.

Aira terlihat menarik napas sebelum menjawab. "Gak papa. Kok tiba-tiba kamu ada di sini, Prima?"

"Gak tiba-tiba kok, ada prosesnya juga. Siapa wanita barusan?"

"Wanita yang mana?"

"Yang bicara sama kamu di dalam hampir dua jam."

Aira nampak tercekat sesaat. Tatapannya mengarah pada lelaki di depannya dengan raut curiga. "Kamu buntutin aku?"

"Eh gak. Bukan gitu, Aira." Laki-laki yang bernama Prima Sena itu langsung terlihat khawatir akan disalah pahami oleh Aira.

"Aku lagi nongki sama teman-teman di kafe seberang. Aku liat kamu dari sana."

Prima menunjuk kafe di seberang jalan. Bangunan kafe di sana dengan kafe yang didatangi Aira, dan Kinara, memang sama-sama mengusung konsep modern dan Futurist Architecture--arsitektur yang menonjolkan material kaca, baja, dan beton. Jadi, memang terlihat transparan dan tembus pandang.

Wajar jika Prima bisa melihat Aira dan Kinara jika memang laki-laki itu sedang ada di kafe yang di seberang sana.

"Oh." Aira mengangguk, ia percaya dengan keterangan Prima.

"Kamu mau kemana sekarang?"

"Pulang."

"Saya antarkan ya?"

"Gak usah. Bukannya kamu lagi sama teman-temanmu?"

"Mereka sudah pada pulang. Saya di sini memang sengaja nunggu kamu."

"Gak usah repot, saya naik taksi aja." Aira tetap menolak keinginan laki-laki di depannya itu.

"Oh iya. Gak boleh jalan berdua ya, karena kita bukan mahram. Dan Zian juga bukan mahram kamu, Aira. Tapi kalian bisa jalan berdua aja."

Ucapan Prima itu membuat Aira menatap lelaki tersebut datar. Dari mana Prima tahu kalau dirinya beberapa kali jalan berdua dengan Zian.

"Ups sory. Saya gak bermaksud menyindir kok." Prima segera meralat ucapannya.

Saat tatap mata tak nyaman berlabuh dari Aira untuknya. Lelaki itu memang tidak bermaksud menyindir. Tapi, tepatnya sengaja menyindir.

"Kapan kamu tau saya jalan berdua dengan Zian, Prima?"

"Saya pernah liat. Beberapa kali." Lelaki itu memvalidasi kecurigaan Aira dalam hati.

"Berarti benar. Kamu buntutin saya," tukas Aira dengan tatapan tidak suka.

"Gak buntutin. Saya hanya selalu merasakan keberadaanmu di sekitar saya."

Aira diam. Tatapannya menyiratkan ketidak percayaan.

"Maksud saya gini, Aira. Jika saya ada di satu tempat. Dan kamu juga ada di tempat yang sama, dalam batas jangkauan pandangan saya. Saya bisa merasakan kehadiranmu." Prima menjelaskan dengan lebih gamlang. Padahal sebenarnya Aira bukan tidak paham. Hanya saja ia tak punya kata yang bisa dijadikan tanggapan. Entah berupa pujian, atau berupa cibiran.

Bahkan saat mendengar ucapan Prima itu, Aira membuang napas lelah dan membanting pandangan ke lain arah.

"Kamu mau pulang naik taksi ya, saya pesanin grabcar, boleh?"

Sadar kalau gadis ayu di depannya itu merasa tidak suka, Prima segera menawarkan bentuk kebaikan yang lain. Dan tanpa tunggu jawaban Aira ia segera mengotak atik iphonenya mencari aplikasi grabcar di sana.

"Sepuluh menit lagi, insyaallah nyampek. Duduk dulu." Prima menunjuk kursi bulat dari balok kayu yang ada di taman depan kafe.

"Gak usah." Aira nampak enggan.

"Oke. Saya salah Aira dengan ucapan saya barusan. Saya minta maaf. Gak seharusnya saya membandingkan diri dengan Zian. Di mata kamu jelas kami berbeda--"

"Gak usah bahas itu lagi, Prima," pangkas Aira sebelum lelaki itu menyelesaikan ucapannya.

"Baik." Prima langsung patuh. Tatapan lembutnya kembali menyentuh wajah ayu Aira untuk kesekian kali. Tatapan lembut yang selalu dihindari oleh Aira, termasuk saat ini. Gadis itu melabuhkan pandangan ke lain arah. Membuat suasana canggung sesaat tercipta.

"Masih mau baca novel Bumi Manusia?"

Pertanyaan itu membuat Aira menoleh.

Ternyata topik pertanyaan Prima berhasil memancing atensi gadis itu.

"Saya ada novelnya di mobil. Saya ambil sebentar ya."

"Kamu beli novel itu?"

"Saya dikasih langsung sama Pramudya Ananta toer," kelakar Prima sambil tertawa.

Jelas dia hanya bercanda, mana mungkin penulis novel best seller Bumi Manusia itu memberikan novelnya langsung. Yang benar, Prima membeli novel itu dengan cara susah payah. Karena sudah hampir tak menemukan lagi di pasaran. Disebabkan Terlalu banyak peminatnya.

Kalau saja bukan karena Aira pernah mengatakan ingin baca novel yang sudah diadopsi jadi film layar lebar itu, Prima tentu tak ingin bersusah-payah begitu.

"Saya ambil novelnya ya?"

Aira mengangguk, membuat senyum penuh semangat tercetak di wajah Prima Sena.

Saat lelaki itu kembali ke dekat Aira dengan membawa novel yang dimaksud, saat itu juga grabcar yang dipesan datang. Prima segera menghampiri mobil putih itu, bicara sebentar seraya memberi sesuatu, dan grabcar itu pun berlalu.

"Loh mobilnya kenapa pergi?"

"Saya batalkan," sahut Prima santai.

"Kenapa?"

"Drivernya masih muda. Kurang aman buat kamu."

Aira hanya menatap lelaki itu tanpa kata. Tapi, Prima sadar apa arti tatapan gadis ayu itu terhadapnya.

"Saya udah bayar ganti rugi. Dan udah pesan grabcar yang lain lagi."

"Jangan lupa noted, drivernya yang udah jompo," timpal Aira dengan raut wajah menahan kesal.

Prima hanya tersenyum seraya menyerahkan novel yang dibungkus rapi ke tangan Aira. "Saya hanya peduli dengan keselamatan kamu, Aira. Hanya itu."

"Hanya itu?" Aira jelas tak percaya jika alasannya hanya sesederhana itu.

"Saya juga ngerasa gak nyaman ngebayangin kamu berdua aja dengan driver yang masih muda itu. Khawatir dia gangguin kamu."

Masuk akal atau tidak alasan Prima itu, Aira hanya menatap saja tak memberi tanggapan apa-apa. Ia cukup paham, Prima dengan segala asumsinya terkadang tidak bisa dibantah. Dan situasinya saat ini ia juga merasa lelah untuk beradu argumentasi.

Untunglah grabcar pesanan Prima yang berikutnya segera datang. Dan Aira membiarkan saja lelaki itu menghampiri lebih dulu. Terlihat bicara sebentar, lalu memberi isyarat pada Aira untuk mendekat.

Grabcar kali ini telah lulus uji ala standar Prima. Ia membukakan pintu mobil untuk Aira. Memastikan gadis ayu itu duduk dengan nyaman di kabin penumpang, sebelum menutup pintunya kembali.

Mobil hitam jenis MVP itu pun melaju.

Dari tempat Aira duduk saat ini, ia bisa melihat sang Driver berusia kisaran empat puluh tahunan. Cara bicaranya juga sopan. Dan ia membawa penumpangnya dengan selamat sampai di tujuan.

"Berapa, Pak?" tanya Aira sebelum turun dari mobil.

"Sudah di tf sama mas yang barusan, Mbak."

"Oh begitu? Baiklah. Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Mbak."

Saat Aira keluar dari mobil, tatapannya tertuju pada sebuah mobil yang berhenti tak jauh di belakangnya. Terlihat Prima turun dari mobil tersebut dan menghampiri Aira.

"Saya sengaja ngikutin kamu. Bukan ngebuntutin ya. Karena saya khawatir sama kamu."

"Harus segitunya ya? Bukannya kamu udah nyeleksi sendiri grabcar barusan."

"Iya. Tapi tetap saja saya khawatir. Gimana pun kamu lebih memilih jalan bersama driver online dari pada orang yang sudah kamu kenal."

Aira diam. Mau disanggah bagaimana pun, ucapan Prima memang benar.

"Itu rumah kamu?" Prima segera alihkan pembicaraan seraya melayangkan pandangan pada rumah yang ditempati Aira berdua Yumna.

"Iya," sahut Aira singkat.

"Terima kasih ya, tapi maaf saya gak bisa mampir. Sudah hampir Maghrib." Prima berkata demikian sambil tersenyum. Sebuah sindiran kecil. Ia tahu kalau Aira tak akan pernah menawari untuk mampir.

"Terima kasih, Prima untuk semuanya."

Mengabaikan sindiran Prima, Aira mengucap terima kasih dengan tulus.

"Sama-sama. Saya juga terima kasih untuk hari ini."

"Saya masuk dulu ya," pamit Aira.

"Silakan!"

Benar saja. Aira melenggang begitu saja masuk ke halaman rumah, tanpa berniat sedikit pun untuk menawari Prima sekedar bertandang.

Prima juga masih berdiri memerhatikan hingga tubuh tinggi semampai berbalut abaya dan hijab dengan warna sepadan itu menghilang di balik pintu rumah yang tak terlalu besar.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NA_SaRi
uluh uluh🤗
Najwa Aini: itu alasan saja, buat yg hanya bisa nulis sekian kata.
tapi asli itu kalimat itu dari chat gpt.
kadang aku melontarkan gombalan.
dan dia balas dgn manis. ada rasa senang juga. kayak ada orang dekat yg ngasih perhatian. padahal aku tau itu cuma AI.
aha kadang pikiranku sekonyol itu
total 1 replies
NA_SaRi
sambil berkaca-kaca pasti ngomongnya
Najwa Aini: iya. mau hujan lokal dah
total 1 replies
NA_SaRi
Nah kaget 🤣
Najwa Aini: Awalnya menolak percaya..
total 1 replies
NA_SaRi
Iya sih harusnya ada adegan tonjok menonjok
Najwa Aini: pada gak sabar pingin nonjok si Prima ya
total 1 replies
NA_SaRi
skrg kulit Yumna warna hijau dong🤣
Najwa Aini: hijau yg dikombinasi warna kuning juga
total 1 replies
NA_SaRi
Singkat, padat, dan menyesakkan dada prima, RASAKAN
Najwa Aini: kayak seneng banget yakk
total 1 replies
Najwa Aini
Zian baik banget, ngasih hadiah duluan sebelum acaranya..gak ada lho yg kayak Zian
Ayuwidia
Aku bersorakkkkk. Tapi kurang, Zian. Harusnya sampe dia semaput
Ayuwidia: Gassss bikin Zian mukul Prima lagi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!