Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Memang Tidak Pantas
Laras tenggelam dalam proposal yang sedang dia buat. Semua harus terlihat meyakinkan, dan bisnis itu harus menarik agar klient tertarik. Dia sudah mengambil keputusan yang tepat untuk menjebak Dewi.
Dia akan menawarkan kerja sama itu pada seorang pengusaha tua yang memiliki tubuh gemuk. Setahun yang lalu, dia pernah menemui pria itu dan mengajukan kerja sama tapi ditolak mentah-mentah.
Banyak yang bilang, dia adalah pria hidung belang. Untuk menjalin kerjasama dengannya memang sulit, kecuali ada bayaran yang menggiurkan. Gosip itu tentu bukan isapan jempol belaka, waktu itu dia hampir saja dijual Erik demi mendapatkan kerja sama dengan pria gemuk itu tapi beruntungnya dia cerdik.
Dia pun tahu, Erik masih ingin bekerja sama dengan pengusaha itu. Ini adalah kesempatannya. Dia akan menghasut Erik untuk mengutus Dewi. Dengan sikap binalnya, Dewi akan melakukan apapun untuk proyek pertama yang dia tangani.
Laras mengambil gagang telepon, menekan beberapa angka. Dia menunggu beberapa saat sampai akhirnya suara seorang wanita terdengar.
"Saya dari perusahaan Wijaya, apa Pak Roby memiliki waktu?"
"Maaf, apa ada urusan penting?"
"Saya ingin menawarkan kerja sama dengannya. Saya harap pak Roby memiliki waktu untuk bertemu denganku."
Tidak ada jawaban, dadanya berdebar. Dia harap pria gemuk itu meluangkan waktu untuk bertemu.
Setelah beberapa menit, akhirnya suara wanita yang berbicara dengannya terdengar.
"Pak Roby bilang dua hari lagi. Kami akan menghubungimu lagi nanti."
"Senang mendengarnya, terima kasih," Senyuman licik mengembang. Akan dia biarkan Dewi menikmati waktu dengan suaminya sebelum dia menghancurkannya.
Laras kembali mengerjakan proposal. Ruangannya sunyi. Hanya suara ketikan papan tombol dan deru pendingin ruangan yang menemani Laras yang tengah menunduk, memeriksa beberapa berkas.
Dia semakin bersemangat, membuat siasat licik itu. Matanya masih membengkak akibat menangis, namun ia berusaha menutupi dengan sedikit riasan.
Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka keras. Ibu Erik masuk ke dalam. Tatapannya tajam, wajah penuh amarah.
Laras acuh tak acuh. Sebentar lagi dia harus mendengarkan nyanyian ibu mertuanya yang panjang.
"Menantu kurang ajar, beraninya kau bersikap seperti itu padaku?" Ucapannya menggema, memanggilnya saja tidak.
"Ma, apa aku harus menari menyambut kedatanganmu?"
“Menari? Kau semakin tidak tahu diri dan tidak tahu malu saja!” Bentak ibu mertuanya, suaranya melengking tinggi. Ia melangkah mendekat, menatap Laras dengan pandangan tajam penuh tuduhan.
“Apa maksudmu membiarkan Erik pergi begitu saja dengan wanita lain? Kau ini istri macam apa?!”
"Jadi Mama tahu?" Laras menggenggam tangannya erat agar tidak gemetar. Ia tahu, sekeras apa pun ia menjelaskan, ibu mertuanya takkan pernah mau mengerti.
“Tentu saja aku tahu. Seharusnya kau yang menemaninya pergi, bukan wanita lain!"
"Tapi dia mengajak wanita lain, bukan mengajakku!"
"Tapi seharusnya kau mencegah, Laras!" Teriaknya, "Pantas saja kau tidak hamil sampai sekarang, kau tidak pernah berusaha dekat dengan Erik. Kau justru memberikan peluang padanya untuk berselingkuh. Apa kau benar-benar menikahinya untuk mengincar uangnya saja?"
"Maaf, Ma. Aku bukannya tidak mencegah, aku bukannya tidak mau dekat dengan Erik, aku sudah berusaha. Selama menikah, aku selalu berusaha mencari perhatiannya, aku berusaha dekat agar kami menjadi suami istri yang sesungguhnya tapi dia selalu menolakku!" Suaranya pun meninggi. Selalu saja dia yang disalahkan.
"Lagi pula!" Laras mengangkat wajahnya perlahan. Air mata berusaha ditahan, "Aku sudah tidak sudi di sentuh oleh putramu yang sudah kotor itu. Meski dia tidak lagi berselingkuh, aku pun tidak mau!"
"Jika begitu, untuk apa dia mempertahankan dirimu sebagai istrinya? Asal kau tahu, aku sedang menjodohkannya dengan putri sahabatku!"
"Oh!" Laras menyilangkan tangan di depan dada, "Aku sudah mendengarnya, ibu mertuaku mengajak suamiku untuk bertemu dengan wanita lain. Bukankah kau yang mendukung perselingkuhan yang dia lakukan? Lalu kenapa kau menyalahkan aku?"
"Karena kau tidak pantas menjadi istrinya!" Teriak ibu mertuanya lagi.
"Aku memang tidak pantas!" Laras pun berteriak, "Aku memang tidak pantas untuk baj*ngan seperti dirinya. Aku terlalu baik untuk putramu dan tidak pantas melahirkan anaknya. Oleh karena itu aku tidak mau disentuh olehnya. Lagi pula kau ingin menjodohkan Erik dengan putri sahabatmu, lalu untuk apa kau meminta aku melahirkan anaknya lagi?"
"Aku hanya ingin kau mencegahnya untuk tidak berselingkuh lagi. Tapi kau membiarkannya pergi bersama dengan wanita itu."
"Untuk apa aku mencegahnya sedangkan kau tidak? Biarkan dia berselingkuh sampai puas, mungkin saja dia akan memiliki anak dengan selingkuhan itu."
“Diam!” sang ibu membentak. “Tidak seharusnya kau berbicara seperti itu. Sekalipun dia berselingkuh, seharusnya kau melayaninya. Meski aku tidak menyukaimu sebagai menantuku, kaulah yang harus melahirkan anaknya, bukan para selingkuhannya itu. Bahkan kalau dia marah atau bosan, kau tidak berhak menolak. Sebagai seorang istri, kau harus tahu bagaimana caranya membuat suamimu betah di rumah!”
Kata-kata itu menusuk dada Laras. Ia ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa Erik tidak pernah ingin menyentuhnya selain kemarin dan itu pertama kalinya Erik menginginkannya.
Tapi dia tahu, semua itu akan sia-sia. Dia akan tetap dipandang salah apalagi dia menolak saat Erik menginginkannya.
“Apa kau tuli, hah?” sang ibu mendekat, jarinya menuding wajah Laras. “Kau hanya bisa duduk di kursi empuk kantor ini, menikmati uang keluarga kami, tapi tidak bisa menjaga suami sendiri dan tidak bisa memberikan anak. Tidak salah kalau Erik mencari yang lain! Kau memang tidak tahu diri!”
Laras terdiam. Jiwanya bergetar, namun bukan karena takut, melainkan karena sakit hati yang semakin menumpuk.
"Aku ingin kau dan Erik segera bercerai, Laras! Aku ingin menjodohkannya dengan wanita yang lebih pantas dibandingkan dirimu!"
"Sepuluh miliar!" Sahut Laras.
"Apa maksudmu?"
"Berikan aku sepuluh miliar, maka aku akan membuat siasat agar Erik menceraikan aku!"
"Jangan keterlaluan, apa harga itu sepadan?"
"Tentu saja, harga itu sangat sepadan. Aku bisa mendapat lebih jika aku tetap bertahan menjadi istri Erik. Berikan aku 10 miliar, maka aku akan menceraikannya secara diam-diam. Jangan lupa, foto dan video kotornya ada padaku!"
"Kau memerasku, Laras?" Matanya berkilat marah.
"Ya, aku memang sedang memerasmu, ibu mertua."
Ucapan itu membuat ibu mertuanya terperanjat. Wajahnya memerah karena murka.
“Kau sangat tidak tahu diri dan kurang ajar Aku tidak sudi mengeluarkan 10 miliar untuk menyingkirkan menantu tidak berguna seperti dirimu!”
"Jika begitu jangan meminta aku bercerai dengannya karena aku belum puas mengeruk pundi-pundi uangnya!"
Ruangan itu membeku, kebencian ibu mertuanya semakin besar. Mereka berdua saling pandang dengan dingin, dan suara telepon memecah tegangan di antara mereka berdua.
"Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!" Ibu mertuanya melangkah pergi. Pintu ruangannya ditutup dengan begitu kasar sehingga menimbulkan suara dentuman.
Laras menghela nafas dan duduk. Dia yakin permintaannya itu akan dipertimbangkan oleh ibu mertuanya. Dia pun sangat yakin wanita itu pasti akan datang lagi untuk membicarakan tawarannya itu.
jd pengen Ratna jd gembel 🤣🤣
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣