Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.
Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.
Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.
Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Bab 30~Perjalanan menuju Gunung Hantu.
Duyao dan Feng Chen saling memandang satu sama lain lalu menatap Zhang Yuze yang terus mengelus Tie Chie, sang penjaga wilayah selatan tanpa takut sedikitpun.
"Apa yang terjadi padanya? Mengapa dia sampai terkena racun mematikan?!" Duyao mengerutkan kening sembari memperhatikan kondisi Tie Chie.
Zhang Yuze pun menceritakan kejadian yang menimpa Tie Chie ketika dirinya bermeditasi di bawah air terjun petir.
Menyimak dengan seksama sambil memikirkan penawar racun yang sesuai dengan kondisi binatang spirit tersebut. Duyao teringat akan sesuatu.
"Benar, Air mata Dewa!" serunya tiba-tiba.
Zhang Yuze, Feng Chen maupun Tie Chie spontan menoleh. "Air Mata Dewa?" ulang ketiganya.
"Iya, Air Mata Dewa adalah satu-satunya obat penawar yang manjur untuk menyembuhkan binatang spirit seperti Tie Chie. Kau harus menemukan jembatan pelangi yang ada di Gunung hantu. Tapi ...!" Duyao menjeda ucapannya, memperhatikan ekspresi wajah Zhang Yuze sebelum melanjutkan ucapan.
"Tempat itu berbahaya?"
Tebakan Zhang Yuze benar, tempat yang hendak ditujunya sangat berbahaya dan mungkin mengancam nyawa.
Tapi, Zhang Yuze tak peduli selama ia bisa menolong nyawa Tie Chie.
"Apa kau yakin akan pergi ke tempat itu?"
"Tentu saja, aku memang sudah bertekad sebelumnya. Walau apapun yang terjadi, aku akan tetap menyelamatkan Tie Chie." sahut Zhang Yuze yakin.
Baik Duyao maupun Feng Chen tak bisa berkata lagi melihat tekad Zhang Yuze begitu besar, begitupun Tie Chie yang hanya bisa pasrah karena kondisinya memang sudah tak berdaya.
Setelah berpamitan, Zhang Yuze pun melanjutkan perjalanan menuju Gunung Hantu untuk mencari Air Mata Dewa yang konon bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk racun mematikan sekalipun.
Racun bunga Yipinhong terus menyiksa Tie Chie dan satu-satunya harapan adalah Air Mata Dewa di puncak Gunung Hantu.
Perjalanan menuju Gunung Hantu bukanlah perjalanan biasa. Gunung itu menjulang tinggi di barat Lembah Kabut, puncaknya selalu tertutup awan gelap. Konon, gunung itu dihuni oleh roh-roh penasaran dan makhluk-makhluk buas yang menjaga Air Mata Dewa.
Zhang Yuze memulai perjalanannya dengan tekad yang kuat dan semangat membara. Walaupun Tie Chie hanya binatang spirit, tapi baginya lebih dari sekedar teman atau keluarga.
Memang mereka baru bertemu karena Zhang Yuze mengalahkannya sebelumnya. Namun kesetiaan dan kebaikan Tie Chie ketika melindunginya patut dijadikan alasan untuk menyayangi makhluk tersebut.
Hari pertama perjalanannya relatif tenang. Zhang Yuze melewati hutan-hutan lebat dan sungai-sungai kecil. Ketika dalam perjalanan ia bertemu dengan beberapa petani yang ketakutan. Para petani tersebut menceritakan kisah-kisah mengerikan tentang Gunung Hantu.
"Jangan pergi ke sana, anak muda! Gunung itu adalah tempat terkutuk. Tidak ada yang pernah kembali dari sana," kata petani tua dengan raut wajah cemas.
Zhang Yuze hanya tersenyum tipis menanggapinya. "Aku tetap harus begitu, Pak tua. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku!" ujarnya menenangkan.
Petani tua itupun menunjukan jalan padanya agar cepat sampai di gunung hantu.
Sesuai petunjuknya, Zhang Yuze kembali melanjutkan perjalanan hingga tak terasa hari sudah mulai gelap.
Zhang Yuze memutuskan bermalam disebuah goa dekat hutan. Ia menyalakan api unggun dan mencoba untuk tidur, tetapi pikirannya terus berkecamuk.
Ingin segera menyelamatkan Tie Chie dan menemukan ketiga binatang spirit lainnya agar bisa cepat kembali dan menyelamatkan ibunya dari genggaman kakeknya, Zhang Bai.
Ketika tengah malam, Zhang Yuze tiba-tiba terbangun karena mendengar suara berisik di luar gua. Ia pun berjalan perlahan dan mengendap-endap keluar untuk memastikan apa yang terjadi.
Matanya mengawasi sekitaran dari balik dinding goa dan seketika matanya menyipit saat melihat sekelompok makhluk aneh dengan mata merah menyala.
"Bukankah itu Mogui? Mengapa mereka ada di sini?!"
Mogui adalah sejenis hantu pemakan manusia, mirip Gui namun lebih menyeramkan lagi. Jika Gui itu setengah siluman, maka Mogui adalah setan gentayangan yang sulit dihadapi.
Sejenis roh jahat tapi bisa tersentuh di saat-saat tertentu ketika mereka kelaparan. Seperti saat ini, bulan bersinar terang pertanda malam purnama tiba.
Para Mogui itu bertingkah aneh membuat Zhang Yuze tak nyaman. Sepertinya bahaya akan mengancam keselamatannya.
"Bau manusia. Ya, ini bau manusia!" Tiba-tiba para Mogui itu berteriak histeris.
Zhang Yuze tersentak buru-buru berbalik hendak bersembunyi namun sia-sia sebab salah satu dari mereka sudah melihat keberadaannya.
Para Mogui itu menyerang Zhang Yuze secara bersamaan dengan cakar dan gigi mereka yang tajam.
Dengan sigap Zhang Yuze segera menebas Mogui, membuat mereka menghilang satu persatu.
Slash ... Slash ...
Sring
Tetapi Mogui itu seperti tak ada habisnya, terus berdatangan dan menyerang Zhang Yuze secara membabi-buta karena kelaparan.
Zhang Yuze bertarung dengan sekuat tenaga, tetapi ia mulai merasa lelah karena jumlah Mogui terlalu banyak, dan mereka terus menyerangnya dari segala arah.
Tiba-tiba, beberapa anak panah melesat dari kegelapan dan mengenai satu persatu Mogui hingga jatuh ke tanah sambil mengerang kesakitan sebelum akhirnya lenyap.
Dengan mata menyelidik ia melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam lengkap penutup wajah berdiri di antara pepohonan.
"Butuh bantuan?"
Suara itu sepertinya Zhang Yuze mengenalnya. "Xia Lien?"
Xia Lien membuka penutup wajah lalu tersenyum ramah. "Kita bertemu lagi, Yuze!"
Zhang Yuze merasa lega karena kini mereka berempat.
Sebetulnya ia bisa mengalahkan para Mogui itu sendirian, namun karena kondisinya berbeda maka ia pun kewalahan.
Setelah saling mengangguk, keempatnya bergerak cepat untuk mengalahkan Mogui yang sedang kelaparan itu.
Sret ... Sret
Slash ...
Daaaammm
Setelah beberapa saat, para Mogui itu berhasil dikalahkan. Keempatnya bisa bernapas lega walaupun tangan dan kaki mereka terluka akibat tercakar Mogui.
"Kau baik-baik saja, Xia Lien?!" Zhang Yuze memeriksa luka di tangannya.
Lee Wei dan Junjie bergerak maju namun tangan Xia Lien menghentikan sambil menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja, Yuze. Hanya sedikit tercakar. Bagaimana denganmu? Sepertinya kau juga terluka?" cetusnya balik bertanya.
Zhang Yuze melihat lengannya yang sedikit mengeluarkan darah. "Tidak masalah, hanya luka kecil. Sepertinya kedua temanmu juga terluka. Ayo, kita obati sama-sama!" ajaknya setelah memperhatikan Lee Wei dan Junjie.
Xia Lien mengangguk setuju sambil menarik kedua pengawalnya. "Tetap jaga rahasia, kawan!" bisiknya lirih.
"Baik, Tuan Putri!"
Zhang Yuze segera mengumpulkan tanama herbal lalu menumbuknya dengan batu. Setelah itu ia menempelnya di luka masing-masing lalu mengikatnya agar tak lepas.
"Oh iya, Xia Lien, mengapa kau ada di sini? Terakhir kali kita bertemu di pegunungan wilayah selatan." Zhang Yuze penasaran.
Xia Lien segera menjawab, "Aku hendak pergi ke Gunung Hantu."
"Benarkah? Kebetulan sekali, aku pun hendak ke sana. Apa kita bisa pergi bersama?"
Tanpa ragu Xia Lien pun berkata, "Tentu!"
Berbeda dengan Xia Lien, Lee Wei dan Junjie terlihat tak senang terhadap Zhang Yuze, entah karena sikap santainya atau mereka hanya bersikap waspada untuk melindungi tuan putrinya.
...Bersambung ........