Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Bau Kentut
Bau Kentut
Aroma lavender masuk ke dalam indera penciuman, begitu wangi dan menenangkan. Ditambah lagi dengan suhu udara yang dingin membuat Alexa semakin nyaman mengarungi alam mimpinya. Tubuhnya menggeliat, merubah posisi tidur menghadap ke kiri.
BUGH!
“Aw!”
Namun kemudian Alexa meringis saat dahinya terantuk kaca jendela mobil. Membangunkan ia dari tidurnya yang nyenyak. Ia pun tersentak ketika kesadarannya kembali tiba-tiba.
Ia menegakkan tubuh, baru menyadari bahwa ia tertidur di dalam mobil. Entah sudah berapa lama ia tertidur sampai sebuah jaket sudah menutupi dadanya. Jaket yang ia tahu adalah milik Julian, si dosen menyebalkan itu.
Alexa menoleh, kepalanya celingukan mencari sosok Julian yang tidak terlihat di dalam mobil itu. Mesin mobil masih menyala, namun si pemilik mobil tak terlihat batang hidungnya.
“Dasar bodoh. Kenapa aku bisa ketiduran begini? Memalukan!” Alexa merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia merasa nyaman berada di dalam mobil Julian sampai ia tertidur pulas seperti ini. Seharusnya ia tolak saja tawaran Julian yang ingin mengantarkannya pulang.
Menyampirkan jaket itu pada sandaran kursi di sebelahnya, Alexa hendak turun dari mobil itu. Namun kemudian tangannya urung membuka pintu mobil saat Julian tiba-tiba membuka pintu di sebelahnya. Lalu pria itu naik, duduk di depan kemudi.
“Sudah puas tidurnya?” tanya Julian tanpa menoleh pada Alexa.
Alexa mencebik. “Bapak kenapa tidak membangunkan saya? Sengaja ya, biar Bapak bisa ngapa-ngapain saya?” tembaknya tanpa berpikir lebih dulu. Apa yang terlintas di benaknya, langsung keluar begitu saja dari mulutnya.
“Seburuk itu pikiranmu terhadapku? Jangankan ada niat seperti itu, melihatmu saja membuatku sakit perut.”
Alexa tersentak, matanya sampai melotot. Ia kesal, bagaimana bisa ada pria menyebalkan seperti Julian di dunia ini. Percuma ia berdandan cantik ala wanita penggoda jika pria yang ingin digodanya malah terlihat seperti anti pada wanita. Mana mungkin juga tidak ada pria yang tertarik melihat gadis seksi seperti dirinya.
“Aku lihat tidurmu sangat nyenyak. Apa mobilku ini terlalu nyaman buatmu?” sindir Julian.
Alexa menoleh, memandang kesal pria itu. Wajahnya yang ditekuk itu tak ubahnya seperti ikan buntal.
“Salah Bapak sendiri kenapa tidak membangunkan saya. Wajar kalau saya ketiduran, soalnya saya capek, Pak. Revisi melulu dari kemarin-kemarin. Heran deh, entah dimana lagi letak kesalahan skripsi saya. Padahal saya sudah mengerjakannya dengan sepenuh hati dan jiwa raga saya.”
“Kamu berharap aku bangunkan, tapi bau kentut kamu itu sangat mengganggu.”
Alexa tersentak lagi. “Ap-apa? Ba-bau kentut? Maksud Bapak saya_” Kemudian mengendus bau kentut di dalam mobil itu apakah masih tersisa. Namun yang tercium hanya aroma wangi lavender.
“Kamu tidak sadar apa, sudah berapa kali kamu kentut di dalam mobilku.”
“Bapak jangan memfitnah ya. Mana mungkin orang yang lagi tidur bisa kentut.” Alexa tak terima. Harga dirinya sebagai gadis cantik dan dikagumi banyak lelaki itu jatuh seketika.
“Kamu pikir buat apa aku menyemprotkan parfum di dalam mobil ini? Untuk membuat tidurmu lebih nyaman?” Julian menggeleng, baru kemudian menoleh. Memandangi Alexa dengan tatapan penuh misteri.
“Sadarlah, Alexa. Kamu sudah menyebar polusi di dalam mobilku ini. Sekarang kamu turun, aku harus pergi sekarang juga,” sambungnya memerintah.
Sebelum turun, Alexa mengintip ke luar jendela terlebih dahulu untuk tahu di tempat mana Julian berhenti dan memarkirkan mobilnya. Mungkin lantaran kurang memperhatikan sampai ia tidak menyadari bahwa sejak tadi mobil Julian terparkir manis di depan pagar rumahnya. Ia pun tersentak. Refleks menolehkan kepala menatap heran pada Julian.
“Kenapa? Kamu pikir aku akan membawamu ke hutan?” tukas Julian mengartikan tatapan Alexa. Yang membuat Alexa mencebik, tak suka ia asal menebak isi kepala gadis itu.
“Dari mana Bapak tahu alamat rumah saya?”
“Temanmu. Siapa lagi?”
“Jawabnya biasa saja, Pak. Lama-lama Bapak bisa kena stroke kalau ngegas melulu.”
“Aku tidak butuh pendapatmu. Cepat turun, aku masih ada urusan yang lebih penting. Urusanku jadi terhambat gara-gara kamu.”
“Salah sendiri kenapa tidak membangunkan saya. Sekarang malah nyalahin saya.”
“Lain kali kalau menumpang mobil orang jangan kentut. Gara-gara bau kentut kamu itu aku jadi malas masuk ke mobilku sendiri.”
Mulut Alexa otomatis terkunci rapat. Gara-gara disinggung lagi soal kentut, ia jadi tidak berkutik, kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan sarkas Julian. Pria itu seolah sengaja ingin mempermalukannya.
“Ya sudah. Saya turun nih sekarang.” Tidak punya amunisi lagi untuk membalas setiap celetukan Julian, Alexa pun kemudian turun dari mobil sambil mendekap map berisi skripsinya.
“Walaupun Bapak ngeselin, tapi saya tidak akan lupa dengan kebaikan Bapak. Makasih ya, Pak, sudah mengantarkan saya pulang,” ucap Alexa sebelum kemudian menutup pintu mobil itu.
Alexa sudah berjalan beberapa langkah, namun kemudian ia menoleh karena suara Julian.
“Jangan lupa perbaiki lagi. Cari referensi lebih banyak. Kalau kamu gagal wisuda tahun ini, jangan salahkan aku.”
Alexa tidak menanggapi ucapan Julian itu. Ia hanya mencebik lalu memasang wajah cemberut. Kemudian melenggang pergi memasuki pekarangan rumahnya yang banyak dihiasi tanaman dan bunga-bunga yang dirawat dan dijaga oleh ibunya dengan baik.
Sampai Alexa menutup pintu rumahnya, ia tidak menyadari sepasang mata Julian terus memperhatikannya.
***
“Brengs*k!” umpat Alexa menghempaskan pantat ke atas tempat tidur. Map di tangan dibantingnya di atas meja belajar. Teringat Julian membuat darahnya mendidih. Kesal luar biasa dengan lisan sembrono pria itu. Seenak jidat pria itu mengatainya kentut di dalam mobil.
“Dasar dosen sialan! Dosen tidak normal!” umpatnya lagi, kemudian berdiri, memperhatikan pantulan dirinya di dalam cermin rias.
“Cantik kok. Seksi, bohay, montok,” pujinya pada diri sendiri sambil membusungkan dada.
“Tapi kenapa dosen sialan itu tidak tertarik ya? Apa matanya katarak? Minus, atau juling?” gumamnya.
Alexandra Putri Atmaja, gadis berusia 22 tahun itu memang memiliki tubuh yang sedikit berisi. Bagian dadanya membusung menggoda, membuat setiap mata pria menoleh kepadanya. Ia juga memiliki paras cantik, senyum yang manis, dipadu dengan hidung lancip dan mata bundar berbulu lentik.
“Atau jangan-jangan dia ...” Sepasang mata Alexa membulat. Seketika ia dibuat merinding oleh pikirannya sendiri saat dugaan menyimpang tentang Julian melintas di kepalanya.
Santer terdengar bahwa Julian masih melajang di usianya yang menginjak 31 tahun ini. Dosen yang menjadi incaran banyak mahasiswi itu tidak pernah terlihat bersama dengan seorang wanita. Bahkan pria itu bersikap dingin kepada wanita. Wajar saja jika Alexa mulai berpikir negatif tentang pria itu.
“Seandainya benar Pak Julian itu tidak suka perempuan alias h*mo, ini bisa jadi berita besar. Aku akan mengancam dia, kalau aku akan menyebarkan berita ini di kampus kalau dia masih saja menyulitkan aku.” Alexa tersenyum sinis, mulai memikirkan tentang menakut-nakuti Julian dengan dugaannya sendiri jika skripsinya masih belum juga di ACC oleh pria itu.
Sementara di lain tempat, sejak tiba Julian masih berdiri di depan pintu ruang perawatan VIP, seakan enggan masuk ke dalam ruangan itu. Sedari tadi serasa ada yang mengganjal di dalam hatinya, menyurutkan langkahnya untuk masuk membesuk seseorang yang penting dalam hidupnya.
Ia menghela napas panjang, melirik sebentar arloji di pergelangan kiri, sebelum kemudian memutar tubuh hendak melenggang pergi.
Namun suara derik pintu terbuka mengurungkan kakinya mengayun. Disusul sebuah suara lembut terdengar memanggil namanya.
“Julian.”
Julian menoleh ke belakang, mendapati seraut wajah paruh baya yang mengulas senyum memandanginya dengan tatapan lembut nan teduh menenangkan.
“Kamu tidak mau masuk? Ayahmu menunggumu sejak tadi,” ujar wanita itu.
“Beberapa hari ini kamu tidak datang berkunjung. Wajar kalau ayahmu merindukanmu,” imbuhnya merayu.
Bukannya Julian terlalu mudah dirayu. Namun menolak wanita paruh baya itu, ia tak kuasa. Sehingga niatnya ingin pulang pun urung seketika.
“Gimana kabarmu, Julian? Kamu terlihat semakin kurus saja,” sapa Kevin menyambut putra semata wayangnya datang membesuk setelah hampir seminggu tidak menampakkan batang hidungnya.
Sudah sebulan lamanya Kevin Smith di rawat di rumah sakit usai asam lambungnya kambuh. Sebetulnya Kevin sudah diperbolehkan pulang, namun ia memilih beristirahat di rumah sakit demi sebuah misi yang sejak lama tak pernah berhasil ia lakukan.
“Aku lihat Ayah sudah membaik. Kenapa masih betah berlama-lama di rumah sakit? Ayah rupanya suka sekali merepotkan Ibu,” celetuk Julian seraya menoleh Emilia, ibu yang sangat dikasihinya.
“Pulang ke rumah juga percuma. Tidak ada cucu dan menantu yang akan menyambut Ayah,” sindir Kevin.
To Be Continued ...
nanti setelah nikah
kamu jerat dia dengan perhatian tulusmu
Maka cinta Akan melekat dalam hati alexa
jangan lupa
sering Bawa ke panti asuhan
melihat bagaimana kehidupan kecil tanpa ibu /ayah
akhirnya menerima pernikahan
kamu gak tau alexa, klo pak Julian anak tunggal perusahaan yg kau incar ditempat lamaranmu kerja
selamat buat nona kecil/Rose//Rose//Rose/
kaget gak tuh Al