NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PETUAH

Menjelang maghrib Arimbi sampai di kos, rasanya plong tak ada beban setelah mengungkap isi hatinya pada Sabda. Sudah tidak ada tanggungan menggantung anak orang. Sabda pun kini bisa bernafas lega, tidak lama lagi ia akan punya teman hidup. Dunianya tidak akan sendiri lagi.

"Gue balik, Mbek!" pamit Sabda dan diangguki oleh Arimbi. Mereka sudah sepakat tidak akan mengubah nama panggilan selagi belum menikah, agar tidak canggung saja.

Sabda pun sudah memberi tahu pada Arimbi, mulai besok ia sudah sibuk dengan garapan klien serta ikut proyek dosen pembimbingnya lagi, jadi kemungkinan dia akan sibuk di kampus. Arimbi lega juga sih, karena Sabda sibuk. Tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya. Memang Arimbi masih membatasi hubungan mereka, tak perlu diumbar. Ia ingin menikah dengan citra yang baik. Biarkan masing-masing menjalani aktivitas layaknya jomblo, sampai waktu akad nikah tiba.

"Lo keramas gak habis begituan kan, Mbi?" todong Nafisah yang melongo melihat Arimbi pulang kencan dengan Sabda, eh keramas.

"Pikiran lo, Pis!"

"Ya terus?"

"Gue masih halangan!" sentak Arimbi kesal. Ia melanjutkan mengeringkan rambut. Sembari menjawab pesan ibu.

Mbak, ujian kapan?

Arimbi tak membalas, namun langsung melakukan panggilan video. Sadewa yang mengangkat karena ibu masih di kamar mandi.

"Mbak, kapan hari Mas Sabda chat, tanya di mana lo?" lapor Sadewa sembari makan, tak lupa kopyah penceng yang menjadi ciri khasnya setelah jamaah.

"Iya, waktu aku balik."

"Kenapa gak chat lo sendiri?"

"Ya mana gue tahu, suka-suka dia lah chat siapa."

"Dih, sewot. Heran gue, Mas Sabda seganteng itu naksir cewek kayak lo!" mode berantem on. Nafisah sering mendengar Arimbi telepon dengan sang adik, nadanya selalu sengak dan berujung tengkar.

"Emang gue kayak apa?" tanya Arimbi semakin nyolot.

"Nyemot!"

"Asyem nih bocah!"

"Apaan sih kamu, Wa. Minta maaf ke Mbak mu!"

"Maaf ya tuan putri," ucap Sadewa dengan wajah usil. Arimbi tahu dia gak ikhlas minta maaf, tapi ya sudah lah. Arimbi yang baik hati tentu akan memaafkan kelakukan jahil sang adik.

"Senin Bu ujianku, jam 9 pagi. Doakan ya, Bu!"

"Pastilah, doa ibu itu gak usah diminta sudah pasti didoakan. Kamu juga jangan kelayapan terus, jaga diri mau ujian. Tuh rambut kenapa basah?" mode ibu peri panggilannya kamu ke anak, tapi kalau sudah memanggil lo, berarti sang anak melakulan hal yang tak disukai sang ibu.

"Ya habis keramas lah, Bu!"

"Kenapa maghrib-maghrib gini baru mandi, sore ngapain saja."

"Tadi aku seharian keluar sama Sabda!" inilah Arimbi, dia tidak akan menutupi apapun pada sang ibu, khawatir membuat beliau kecewa saja kalau tidak tahu kelakuan sang anak selama kuliah.

"Ke mana saja seharian, Mbak?" mulai deh intonasi ngamuk keluar. "Eh, Mbak. Dia melamar bukan berarti seenaknya ajak kamu keluar sepanjang hari. Dosa, Mbak!"

"Bu, kita cuma ke pantai gak ngapa-ngapain. Bisa lama juga karena perjalanan kita jauh, makan sama dia sholat."

"Ya tetap saja, lo berdua doang sama dia. Naik motor?"

"Iya!"

"Nah apalagi naik motor, perjalanan jauh juga, lo pasti peluk Sabda, Mbak. Ya Allah Gusti. Tuh punggungnya Sabda bisa bolong kena' payudara kamu!"

"Astaghfirullah, Ibu!"

Nafisah ikut mendengar percakapan ibu dan anak ini, spontan saja ngakak. Si bukit kembar Arimbi memangnya ada skrup, sampai dianggap bisa melubangi punggung Sabda. Ya Allah, lucu amat dah ibu satu ini.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah. Baru gini aja nyebut, pas goncengan lupa! Dengar ya Mbak, lo Ibu sekolahin itu biar pinter, biar beda dengan anak orang apalagi anak tetangga kita. Ibu udah ribuan kali bilang kan, jangan sampai kelewat batas dalam pergaulan sama lawan jenis. Sudah berapa anak tetangga kita yang hamil di luar nikah."

"Bu, Arimbi juga gak kelewat batas melakukan hal kayak gitu."

"Heh, Mbak. Namanya setan pasti melakukan segala cara agar kalian pengen ketemu terus, awalnya saja boncengan. Lama-lama nginep bareng. Apalagi kalian satu satu kampus, hem mantab gampang banget tuh akses ketemuannya. Kalau gini caranya setelah ujian skripsi mending langsung nikah. Gak usah lamar-lamaran. Belum melamar saja sudah keluar seharian."

"Ibu apaan sih!"

"Heh, Mbak. Lo tuh jauh dari pengawasan Ibu, lo seharusnya sadar bahwa apa yang lo lakuin itu bisa menurunkan harga diri lo sebagai perempuan. Sabda juga, kenapa harus ngajak sampai seharian. Kalian berdua tuh sama. Bisa aja ngomong masalah lamaran depan kos gak butuh waktu setengah jam. Terus setelah kejadian ini, Ibu bakal membiarkan lo berhubungan dengan Sabda begitu. Gak bisa Arimbi Jyavani. Ibu gak mau ada hal-hal yang merusak harga diri lo. Ibu dan Ayah sebisa mungkin mendidik lo dengan baik, jangan sampai citra anak gadis ibu dicoreng dengan status lamaran. Ibu gak mau ada embel-embel lamaran doang, tapi tiap hari lo ketemuan, diajak ke sana ke mari mencari alamat. Ibu gak kasih izin."

Harusnya ini nasehat yang menyentuh hati, tapi Nafisah ngakak lagi, kenapa harus bawa lirik lagu salah alamat sih. Ya Allah.

"Bilang ke Sabda, setelah ujian skripsi langsung nikah saja. Kalau gak mau sekalian gak usah. Ibu masih berhak atas kehidupan lo saat ini. Dah, Assalamualaikum, telepon Sabda. Jangan ajak ketemuan buat sekedar ngomong gini."

"Baik, Ibu Suri!" Arimbi bisa apa selain mengiyakan. Baru saja lega memberi jawaban kepada Sabda, sekarang malah ada episode baru lagi. Hufh.

"Apa yang ibu lo sampaikan benar banget sih, Mbi. Beliau hanya mau melindungi sang anak itu saja!"

"Iya, Pis. Gue paham, makanya sejak dulu gue gak mau dekat dengan lelaki ya kayak gini. Baru keluar sehari dan goncengan saja udah langsung disuruh nikah. Ya Allah, Ibu gue!" Arimbi kesal tapi mau gimana lagi, Ibu dan ayah memang straight banget soal lawan jenis untuk Arimbi. Ditambah nikah muda karena kecelakaan di perumahan Arimbi meningkat. Jelas Ibu tak mau Arimbi terjebak dalam situasi yang sama dengan mereka.

Gadis itu pun memberanikan diri menelepon Sabda, kepalanya cenat-cenut seketika. "Halo, Assalamualaikum!" jawab Sabda. "Iya, Mbek?"

Nafisah tertawa seketika, ini hubungan macam apa sih. Mau melamar loh, panggilannya masih Mbak Mbek Mbak Mbek. Arimbi melirik dan memberi kode pada Nafisah agar diam. "Sori!" lirih Nafisah.

"Sap, barusan gue ngobrol sama ibu. Lebih tepatnya gue dimarahi."

"Kenapa?" tanya Sabda sedikit khawatir.

"Karena kita kencan seharian dan lihat rambut gue keramas pula!" Sabda spontan tertawa, paham sekali dengan pemikiran calon ibu mertuanya.

"Terus?"

"Ibu minta setelah skripsi," Arimbi mendadak keluh. Tak enak juga kalau tiba-tiba minta dinikahi mendadak begini. Bukannya malah terkesan ada apa-apa ya kalau menikah mendadak.

"Minta apa, Mbek?" Sabda juga penasaran. Belum berani menebak juga.

"Nikah!"

"Ibu mau nikah setelah kita ujian skripsi." Kalau saja Sabda berada di depannya sekarang mungkin langsung ditonyor tuh kepala, ini kenapa gak langsung nyambung sih. Masa' iya ibu yang mau menikah. Nafisah apa kabar? Langsung tertawa mendengar celetukan Sabda. Gak mertua gak menantu kok sama-sama kocak. Arimbi sengaja loudspeaker, meneruskan mengeringkan rambut lanjut memakai conditioner.

"Kok jadi ibu sih Sapi!" kesal juga Arimbi, Sabda di seberang tertawa.

"Lah lo ngomong gak jelas, makanya kalau lo kasih info gak usah dipending. Ngomong aja. Gak usah malu kalau ibu minta kita nikah setelah ujian skripsi begitu kan?"

Untuk kali ini Nafisah melongo, tak menyangka Sabda sepeka itu. "Wajib lo nikahin, Mbi. Keren ah si Sabda itu," lirih Nafisah. Arimbi hanya melengos, keren dari mananya sih.

"Oke!"

"Oke apa?" giliran Arimbi mendadak oon.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!