Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Ruangan terasa semakin panas oleh ketegangan yang menggantung di udara. Mona menatap Virzha dengan penuh amarah, tapi kali ini, Virzha tak peduli. Ia berdiri tegak, menatap ibu mertuanya dengan sorot mata yang tajam, penuh ketegasan.
"Apa-apaan kau, Virzha? Kau nggak akan menafkahi istrimu? Suami macam apa kau?" Mona membentak dengan suara lantang, berusaha mengintimidasi Virzha. "Istrimu hanya memakai sedikit uang dan kau langsung mempermasalahkan segalanya"
"Sedikit?? Ratusan juta mama bilang sedikit? belum ada sebulan tapi dia sudah menghabiskan 500 juta?"
"Namanya juga wanita Virzha, mengeluarkan uang segitu ya nggak apa apa kan?"
"Kalau begitu kasih aku alasan, untuk apa uang itu?"
"Kenapa kau ingin tau urusan wanita Virzha? Kau terlalu mencampuri"
"Aku? Mencampuri? Aku ini suaminya, aku berhak tau untuk apa uang itu"
"Astaga Virzha, kau itu terlalu berlebihan, Ranika aja bahkan nggak pernah komplain saat kau memberi banyak uang sama Mitha, adik tirimu itu. Ranika ini istri mu loh, dia lebih berhak atas segalanya"
Namun, bukannya gentar, Virzha justru tertawa sinis. "Sudah selesai bicaranya?" suaranya rendah, tapi mengandung ancaman yang begitu nyata.
Mona terdiam seketika, tubuhnya menegang. Ia tak menyangka menantunya akan berbicara seperti itu padanya.
"Kesabaranku sudah habis," lanjut Virzha, suaranya semakin dalam. "Dari awal aku sudah tahu bahwa kau hanya akan merugikan keluarga ini, tapi aku masih menahan diri karena menghormati posisimu sebagai orang tua. Tapi sekarang, kau sudah melewati batasmu!"
Ranika yang sejak tadi hanya diam, kini menatap suaminya dengan perasaan yang campur aduk. Ia tak pernah melihat Virzha semarah ini sebelumnya.
Virzha melangkah lebih dekat ke arah Mona. "Aku tidak peduli lagi dengan omonganmu. Aku yang mencari uang di rumah ini, aku yang menanggung semuanya, dan aku juga yang berhak menentukan bagaimana uang itu digunakan!"
Mona menelan ludah, mendapati dirinya tak bisa berkata-kata. Selama ini, ia selalu bisa mengendalikan situasi dengan ucapannya yang tajam, tapi kali ini, ia tahu Virzha benar-benar sudah di ambang batas.
"Mulai hari ini," lanjut Virzha, "aku tidak akan memberikan satu sen pun untuk hal-hal yang tidak perlu. Dan jika kau masih berani ikut campur dalam rumah tanggaku, bersiaplah menerima konsekuensinya."
Virzha tidak memberi izin untuk ibu mertuanya itu berbicara.
"Kalau kau nggak bisa berubah, aku nggak akan segan segan untuk poligami. Aku akan cari istri yang penurut, pokoknya yang tidak sepertimu"
Ranika lemas mendengar ucapan Virzha, terlebih lagi Mona. Namun Tak ada yang berani bersuara. Mona menatap Virzha dengan penuh kemarahan, tapi ia juga tahu bahwa kali ini, ia tidak bisa menang.
***
Virzha berjalan dengan langkah goyah, masih dipengaruhi alkohol yang baru saja diminumnya. Kepalanya terasa berat, dan pikirannya kacau. Ia baru saja meninggalkan rumahnya setelah pertengkaran besar dengan Ranika dan ibu mertuanya. Semua itu membuatnya merasa tertekan, dan dia hanya ingin melepaskan semua itu dengan minum, mencari pelarian sejenak.
Di bar, ia duduk di meja dan memesan beberapa gelas alkohol. Waktu terus berjalan, dan Virzha mulai merasa sedikit lebih rileks meski kepala tetap berdenyut. Namun, suasana di sekitarnya tak bisa menenangkan hatinya yang hancur. Ketika ia sedang meneguk minumannya, ia mendengar suara seorang pria tertawa keras di sampingnya.
Di meja lain, Mikha sedang melayani para tamu dengan ramah, membawa beberapa botol minuman ke meja mereka. Wajahnya terlihat cemas, namun ia tetap tersenyum. Namun, saat itu, seorang pria dengan mata yang sedikit kabur karena alkohol, memandang Mikha dengan nafsu.
"Wah, gadis ini cantik sekali," kata pria itu sambil menyeringai. Ia melangkah mendekat dan berusaha untuk meraih wajah Mikha, namun Yani, yang berdiri di dekatnya, cepat mencegahnya.
"Jangan terlalu terburu-buru, ini adalah barangku. Untuk menyentuhnya, aku punya harga fantastis supaya kau bisa puas memakainya," kata Yani dengan senyuman licik.
Pria itu mengangkat alisnya, lalu bertanya, "Berapa memangnya? Aku akan membayar berapapun itu, asalkan dia milikku malam ini."
Yani dengan cepat menyetujui dan menerima sejumlah uang dari pria itu. Mikha merasa terjebak, tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi neneknya yang sedang kritis. Ia hanya bisa menunduk, mencoba mengendalikan perasaannya.
Pria itu mentransfer uang pada Yani dan segera menarik Mikha untuk ikut dengannya. Mikha merasa sakit ketika pria itu menggenggam lengannya dengan kuat, dan ia ingin melawan, namun ia hanya bisa berdiam diri. Pria itu membawa Mikha keluar, Saat itulah, pria itu tanpa sengaja menabrak Virzha yang baru saja berdiri dan hampir terjatuh.
"Siallll... Kalau jalan itu pakai mata," pria itu berkata sambil tersenyum sinis.
Virzha, yang sedikit mabuk, merasa terganggu dan kebingungan. "Sayang, aku jatuh, tolong aku," kata pria itu dengan tawa konyol.
Virzha, yang masih dalam keadaan mabuk, melihat Mikha dengan pakaian yang sangat tidak pantas dan bersama pria asing yang jelas terlihat tidak baik. Matanya melebar, dan amarah mulai berkobar di dadanya.
"Apa yang kau lakukan di sini, Mikha?" tanya Virzha dengan suara kasar, menahan amarah yang mulai meluap.
Mikha sangat gugup, tak tahu harus berkata apa. Hatinya hancur mendengar kata-kata itu, tapi ia merasa terjebak. Pandangannya teralihkan ke lantai, mencoba menghindari mata Virzha yang tajam.
"Dia ini pacarku, dia milikku," pria itu berkata dengan percaya diri, mencoba mempertahankan klaimnya terhadap Mikha.
Virzha tak bisa menahan amarahnya lagi. Tanpa pikir panjang, ia melayangkan pukulan keras ke wajah pria itu, membuat pria itu terjatuh ke lantai, tak sadarkan diri. Mikha hanya bisa terdiam, menatap apa yang baru saja terjadi.
Virzha menatap Mikha dengan penuh kemarahan, matanya tajam dan penuh kekecewaan. "Apa maksud dari semua ini Mikha?"
"Aku bisa jelasin om Virzha"
"Apa ini pekerjaan mu?" tanyanya dengan suara bergetar, penuh kebencian. "Kau telah menipu anakku. Kau menipu kami semua... Ternyata kau seperti ini..."
Mikha merasa hancur mendengar kata-kata itu. Ia ingin menjelaskan semuanya, tapi suara Virzha seperti pisau yang mengiris hatinya. Ia merasa begitu hina dan tak tahu harus berkata apa.
"Maafkan aku, Om Virzha," suara Mikha pelan, hampir tak terdengar. Ia ingin menangis, namun air matanya terasa terkunci.
Virzha menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. "Aku nggak akan pernah mengizinkan kau menikah dengan anakku!" teriaknya. "Kami begitu bodoh membiarkanmu berpacaran dengan anakku, ternyata kau seorang pelacur!"
Setiap kata yang keluar dari mulut Virzha seperti tamparan yang lebih keras dari pukulan fisik. Mikha merasa tidak ada tempat untuk bersembunyi, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa sangat terhina dan tak berdaya.
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale