Benih Rahasia CEO Cassanova

”Shhh...ini pasti sangat perih.” Layla meringis sendiri ketika melihat luka di telapak tangan Saka begitu dalam, hingga Layla berpikir ini bukan luka karena mendobrak pintu dengan keras tadi.

Namun Saka malah membalasnya dengan kekehan pelan. Dia memperhatikan wajah Layla yang meringis terlihat kesakitan melihat luka Saka tapi pria itu yang jelas jelas terluka anteng anteng saja.

Dia terlalu fokus melihat wajah cantik Layla untuk peduli rasa sakit yang tidak seberapa baginya itu. ”Apa yang lucu? Bukankah anda harusnya menangis Pak Saka? Luka ini sangat dalam terlihat seperti bekas pencahan kaca,” ucapnya dengan nada tinggi.

”Yang terluka itu saya, Anabella, kenapa kamu yang terlihat kesakitan?” tanyanya penasaran. Posisinya, Saka duduk di sofa dan disampingnya ada Layla yang dengan telaten mengobatinya dan membersihkan darahnya. Bahkan sebelumnya ada darah yang sudah mengering disekitarnya hingga Layla bisa menebak ini terjadi kemarin atau beberapa jam yang lalu.

Saka memperhatikan wajah Layla dengan sangat intens hingga dia tak sadar Layla sudah selesai mengobati tangannya dan memberikannya perban dengan sangat tebal. Layla sadar dirinya diperhatikan dengan intens oleh pria itu, membuat jantungnya berdebar kencang.

”S-sudah selesai,” ucapnya langsung mengalihkan tatapannya dan menyibukkan dirinya membereskan kotak obat itu.

Saka melihat tangannya yang sudah terperban rapi cukup lama. Ini pertama kalinya dirinya terluka dan ada perban yang melilit tangannya karena dulu Saka tidak pernah begitu menggubris luka kecil namun sekarang ada wanita ini yang langsung cekatan mengobatinya.

”Kau tidak bertanya saya terluka karena apa?” Pertanyaan Saka membuat Layla meghentikan kegiatannya. Dia memberanikan dirinya menatap mata pria itu. Wajahnya terlihat lelah, kemungkinan besar pria ini tidak tidur semalaman.

Tapi kenapa? Layla tahu dia tidak lembur kemarin sehingga dia menerka pasti ada masalah pribadi tapi Layla tidak ingin bertanya lebih jauh.

Namun saat Saka yang sengaja mengatakannya itu Layla menjadi bingung harus menjawab bagaimana. ”S-saya pikir itu masalah pribadi anda, Pak Saka,” jawabnya pelan.

Jawaban itu sangat jelas terlihat tidak memuaskan Saka, bisa dilihat dari wajahnya yang langsung berubah kesal. Saka merutuki dirinya sendiri yang menanyakan hal bodoh itu yang berujung membuatnya kesal sendiri.

”Kau benar benar bukan wanita biasa, Anabella apa sebenarnya yang membuatmu begitu berbeda hm?” tanya Saka dengan wajah yang mengintimidasi.

Tubuhnya mendekat, membuat Layla memiringkan tubuhnya. Tangan Saka mengunci pergerakan tubuhnya hingga mereka ada pada posisi yang sangat dekat di sofa itu dengan Layla yang tertidur sepenuhnya sementara Saka berada diatasnya hampir menindih wanita itu.

Layla dapat merasakan hembusan napas panas dari pria itu hingga tanpa sadar dia menyentuh dada bidang Saka untuk menahan tubuhnya agar tidak mendekat lebih lagi. ”A-apa maksud anda?” tanya Layla dengan suara ketakutan.

Sementara itu Saka terlihat memperhatikan wajah cantik wanita itu sembari berpikir keras. ”Katakan pada saya, apa yang membuatmu begitu berbeda dari wanita lain yang pernah saya temui?” Saya berucap sangat pelan sambil menatap mata cokelat Layla.

”Tidak mungkin karena wajahmu, saya sering menemui wanita yang jauh lebih cantik. Tidak mungkin juga lekuk tubuhmu ini karena saya pernah melihat yang lebih seksi lalu apa? Apa cara bicaramu yang lembut di mulut tapi matamu yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya? Apa karena itu?” Saka berbicara sendiri.

Layla yang awalnya tidak paham menjadi paham apa maksud pria ini. Tapi tetap saja kenapa Saka bertindak sampai sejauh ini dengannya? Bukankah pria ini jijik dengannya sejak awal? Saka benci dengan wanita mata duitan sepertinya yang rela melakukan hal rendahan untuk mendapatkan uang.

Tapi kenapa pria ini bersikap seperti ini sekarang?

”Katakan Anabella, apa rahasiamu itu.” Saka benar benar sangat dekat dengannya. Wajahnya tepat hanya berjarak beberapa senti hingga rasanya jika Layla bergerak sedikit saja bibir mereka bisa bersentuhan.

Layla terdiam, melihat mata cokelat Saka yang biasanya menatap tajam kini berubah teduh saat memandangnya membuat Layla benar benar kehilangan akalnya. ”K-kenapa? Apa yang membuat tangan anda terluka, Pak Saka?” Layla benar benar sudah gila menanyakan hal ini tapi sejujurnya dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya.

Raut wajah Saka berubah menyeringai saat Layla akhirnya menanyakan itu. ”Bagaimana kalau kita melakukan permainan sederhana?”

Layla sontak terdiam. Permainan sederhana? Apa maksud pria ini? ”P-permainan apa maksud anda?” wajahnya sudah berubah horor karena permainan apa yang dia maksud saat posisi keduanya begitu dekat hampir menempel seperti ini.

Sejauh apapun dia berusaha berpikir positif Layla tidak bisa hingga wajahnya tanpa ia sadari berubah memerah. ”Saya akan menjawab pertanyaanmu itu dan kamu juga harus menjawab pertanyaan saya,” jawab pria itu membuat Layla lega.

”B-baiklah, memangnya apa yang Pak Saka ingin tanya?”

Saka semakin mendekatkan wajahnya membuat Layla benar benar siaga. ”Siapa pria itu?” tanya Saka sangat ambigu membuat Layla mentapnya dengan wajah bertanya tanya.

”Pria? Siapa maksud anda?”

”Pria yang kau ajak bicara di rumah sakit.”

Layla langsung terdiam. Jadi Saka melihatnya saat itu? Apa dia ingat wajah Tama karena kejadian 7 tahun lalu itu? ”D-dia....” Saka terlihat sangat menunggu nunggu jawaban Layla.

”Dia mantan suami saya.”

Keadaan hening setelah itu, Layla tak berani menatap wajah Saka lagi. ”Benar hanya mantan?” tanya Saka persis seperti suami yang memergoki istrinya selingkuh, nadanya terdengar menuntut.

Layla mengangguk pelan tapi Saka jelas tidak puas dengan jawaban itu. Saka yakin ada sesuatu diantara keduanya, apa mungkin mereka ingin rujuk kembali?

”Apa dia mengajakmu rujuk lagi?” tanya Saka lagi. Namun Layla yag tahu pria ini menanyakan pertanyaan berkali kali menjadi kesal sendiiri.

”Bukankah anda menanyakan terlalu banyak Pak Saka? Anda bahkan belum menjawab pertanyaan saya,” ucap Layla memberanikan diri.

Saka kembali menyeringai. Layla benar benar membuatnya gila. ”Saya betengkar dengan Meira kemarin dan dia mengamuk seperti biasanya, puas? Sekarang jawab pertanyaan saya.” Saka kembali menuntutnya dengan pertanyaan.

”Apa anda juga tidak tidur kemarin?” Bukannya menjawab, Layla malah bertanya lagi membuat Saka terdiam. Bagaiamana bisa wanita ini tahu dia tidak tidur?

Saka semakin memperdalam tatapannya. Tangannya masih mengunci pergerakan Layla. ”Aku tidak butuh tidur,” jawabnya cepat.

”Saya juga tidak akan rujuk dengannya. Itu hanya pertemuan yang tidak disengaja jika Pak Saka ingin tahu itu,” lirih Layla cepat karena kini tatapan Saka malah berpindah ke arah bibirnya yag tidak segaja ia basahi dengan salivanya karena gugup.

Posisi apa ini? Sungguh lama lama Layla bisa gila jika terus seperti ini.

”Bagus!” Saka berucap cepat, langsung merubah posisinya kembali seperti semula akhirnya memberikan Layla kesempatan untuk bernapas.

Apa yang bagus? Layla benar benar tidak paham dengan pria ini.

Namun Saka dalam hatinya sangat yakin kalau ada yang Layla sembunyikan. Dia melihat dengan sangat jelas bagaimana tatapan Layla saat itu saat melihat pria sialan itu, bahkan Saka tak pernah melihat Layla menatapnya dengan tatapan itu.

Sungguh membuatnya terganggu.

Saka berjalan ke arah mejanya membuat Layla sontak berdiri dan membenarkan pakaiannya. ”Kau bisa pulang hari ini untuk mengemas kopermu, kamu akan menemani saya dinas selama 1 minggu.”

Layla sontak melotot tajam. ”APA? Dinas? Satu minggu?” pekiknya terkejut apa mungkin dia salah dengar.

Sementara Saka hanya menaikkan alisnya. ”Apa ada masalah?” tanyanya dengan entengnya.

Layla benar benar terkejut. Bagaimana bisa dia pergi dinas selama itu dan meninggalkan Farrel putranya? Dia pasti sedih jika tidak bertemu Layla untuk waktu yang lama. ”Apa saya boleh tahu dalam rangka apa? Kenapa saya harus ikut dan sampai selama itu?”

Saka terkekeh. ”Kamu sekeretaris pribadi saya Anabella, siapa lagi yang harus ikut jika bukan kamu?”

Layla terdiam. ”Tapi dalam rangka apa?”

Saka kembali berdiri membuat Layla kembali berubah menjadi mode siaga, tapi pria itu hanya berdiri dan duduk di meja kerjanya melihat kedua lengannya di dada, tepat di depan Layla.

”Kenapa? Apa kamu takut ada yang akan marah jika kau pergi dinas lama?” sindir Saka dengan seringaiannya.

Layla paham sekarang. Saka pasti sengaja melakukan ini karena tidak percaya dengan ucapannya barusan. Apa dia kesal karena mengira dirinya berbohong? Padahal sudah jelas sejak 7 tahun lalupun Layla sudah cerai dengannya dan tidak ada hubungan apa apa lagi

”Bukakah kau sangat menyukai uang Anabella? Kamu akan mendapat uang dua kali lipat gajimu untuk dinas ini.”

Wajah Layla langsung berubah. Belakangan ini Farrel memintanya mendaftarkannya ke banyak sekali les yang diikuti teman temannya dan Layla tidak akan tega membiarkan Farrel hanya sendiri tidak ikut.

”Saya bersedia,” jawab Layla cepat membuat Saka menatapnya dengan tatapan meremehkan. Saka benar benar mengira Layla hanya tergila gila denga uang.

”Bagus, akan ada bonus lebih jika pekerjaanmu memuaskan.”