TAMAT, minggu 12 mei 2024
Bagaimana jadinya bila satu orang wanita mencintai tiga pria sekaligus? Tunggu, bukankah jatuh cinta itu hanya boleh pada satu orang saja?
Begitulah hal yang di alami oleh seorang gadis bernama Neli, setelah di khianati kekasihnya sendiri dengan cara yang brutal. Neli akhirnya memutuskan untuk mengejar sosok penyelamatnya selama ini, yang tak lain adalah gurunya sendiri.
Namun, sikap acuh tak acuh dari Arya yaitu sang Guru tak membuat Neli patah semangat dan berjuang mendapatkan perhatian pria itu dengan cara apapun.
Namun suatu hari, cinta pertama Neli yang merupakan kakak angkatnya sendiri bernama Yuki kembali dan hati Neli mulai terasa tergoyahkan. Namun dia tetap memilih Pak Arya.
Tak lama sosok pria tampan lain kembali hadir bernama Tiklit yang membuat Neli makin sesak. Karena Tiklot adalah cinta pandangan pertamanya.
Siapakah yang akan di pilih Neli? Mampukah dia membongkar ke tiga identitas pria tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Sidang Putusan
Sidang yang di nanti semua orang akhirnya terjadi, Neli sudah siap dengan segala bukti dalam USB miliknya. Sedangkan wajah ketakutan kini tergambar nyata di wajah Syai.
"Pihak Syai sudah mengakui, bila mereka melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, baik Neli maupun bukti lainnya tidak perlu lagi ada. Neli kamu adalah pahlawan sekolah ini, saya sebagai kepala sekolah merasa bangga kepada mu." Kepala sekolah tersenyum pada Neli, Neli tertegun sejenak.
Baru saja nyala api dalam jiwanya berkobar, namun tiba-tiba saja pihak lawan menyerah tanpa perlawanan. Hal gila macam apa yang sebenarnya telah terjadi?
"Maafkan kelalaian Putri saya, saya mohon agar pihak anda memaafkan tingkah laku Putri saya selama berada di sekolah ini." Ayah Syai mewakili dan menunduk di hadapan Neli.
"Kenapa harus minta maaf? Dan siapa sebenarnya yang salah dan harus minta Maaf? Anda sebagai orang tua tidak sepatutnya membungkuk di hadapan saya, Pak. Coba katakan, apa yang sebenarnya terjadi?" Neli mengangkat pundak pria yang kini nampak ketakutan itu.
"Putri saya mengkonsumsi n*ar,ko^tika saya sama sekali tidak tahu mengenai hal itu, saya benar-benar minta maaf. Sebagai orang tua, saya sudah lalai mendidik anak saya sendiri." Pria itu kembali membungkuk di hadapan semua orang.
"Kok bisa?" Neli agak berfikir, dia yakin bila orang tuanya tidak melakukan hal itu. Lalu siapa yang melakukannya?
"Terima saja permintaan maafnya, tapi bukan Bapak yang melakukan kesalahan saat ini. Sebagai seorang anak yang telah berusia 15 tahun ke atas, seharusnya dia tahu yang mana yang benar dan mana yang salah." Pak Arya menepuk pundak Neli dan berjalan menuju ke hadapan Neli.
"Dia melakukan kesalahan yang sudah menyalahi hukum, bukan hanya persidangan sekolah yang seharusnya anda lakukan bukan?" Pak Arya tersenyum kecut, namun bila hal itu terus berlanjut maka nama sekolah elit itu juga akan ikut tercoreng.
"T-tolong, jangan lakukan hal itu. Dia sudah berjanji akan melakukan rehabilitasi, saya mohon jangan laporkan dia pada pihak berwajib." Ayah Syai nampak ketakutan, bukan hanya jabatan dan posisinya saat ini yang di pertaruhkan, melainkan semua yang dia miliki saat ini.
"Kami juga tidak bodoh Pak, silahkan bawa Putri anda. Anda pasti lebih pintar bukan?" Pak Arya menepuk pundak pria itu, pria itu nampak menunduk ketakutan dan menyeret Syai ke luar ruangan sidang sekolah.
"Cuma segitu aja?" Neli menghela nafas panjang, sudah payah sebelum berangkat dia menyusun rencananya. Pada akhirnya akan selesai dengan beberapa kalimat dari Pak Arya.
"Sudah, ingat pelajaran saya hari ini!" Pak Arya melangkah ke luar ruangan itu, begitupun dengan kepala sekolah dan orang-orang di sana.
"Argh! Gue lupa gak bawa buku lagi!" Neli menjambak rambutnya sendiri, dia berfikir bila sidang ini akan berjalan lamban dan akan ada banyak tuduhan yang di layangkan oleh Syai, tapi nyatanya hanya se-sebentar itu.
Neli yang kelimpungan, di tambah Putri saat ini tidak sekolah membuatnya semakin panik luar biasa, alhasil hanya ada satu orang yang bisa dia jadikan tumbal saat ini.
Neli buru-buru berjalan di koridor sekolah dan menuju kelas Putri berada, nampak seorang murid yang tengah tertidur di jajaran paling depan.
Brak!
Neli menggebrak meja tersebut hingga pria dengan rambut hitam itu terkejut dan keluar dari mimpi indahnya. Neli menatap tas Kayam yang nampak terisi penuh oleh barang bawaan.
"Kayam! Pinjaman gue buku matematika, sekarang juga!" Neli menatap serius ke arah Kayam.
"Buat apaan? Gue gak ada buku matematika, buku novel baru gue bawa." Kayam nyengir kuda, Neli menatap serius pada wajah Kayam.
"Gue serius kali, kalo gue gak ada buku matematika. Bisa mati gue di kelas, lo tau seserem apa Pak Arya bukan?" Neli berbicara panjang lebar.
"Gak tau, lo lupa gue anak baru ya?" Kayam menguap dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, beberapa siswi nampak menjerit saat melihat otot lengan Kayam yang nampak terisi penuh oleh otot.
"Astaga, mati gue!" Neli berjongkok dan memukul-mukul kepalanya, dia dengan lunglai berjalan menuju kelasnya di mana Guru Kimia tengah mengajar.
"Permisi Bu, saya izin masuk?" Neli menunduk dan akhirnya duduk di kursi miliknya.
"Gimana sidangnya?" Raisa yang memang sengaja tinggal di dekat Neli berbisik.
"Lancar, saking lancarnya gue sampe harus belajar sekarang." Neli nampak lemas dan menaruh pipinya di atas meja, menempel sempurna hingga membuat wajahnya nampak pucat.
"Lo udah mau datang bulan ya?" Raisa menebak-nebak.
"Enggak tuh, aku udah datang bulan, bulan sekarang." Jawab Neli yang akhirnya pasrah dengan kehendak tuhan terhadapnya.
"Lo tahu do'a buat melancarkan segala sesuatu gak si? Misalkan banya masalah gitu?" Neli menghela nafas panjang, cobaan hidupnya begitu tinggi.
Dia sudah berjanji akan mengejar Pak Arya, tapi dia sendiri adalah murid yang sangat membenci mata pelajaran yang di ajarkan oleh Pak Arya.
"Ada, mau denger?" Raisa tersenyum jahil, Neli mengangkat bibir bawahnya. Dia yakin bila apa yang akan di lakukan Raisa pastilah berada di luar nurul.
"Ya Allah, mudahkanlah segala urusan hamba. Lancarkanlah segala yang terjadi pada hidup hamba, bukakanlah pintu yang mudah-mudahan saja."
Plak!
Doa yang di lakukan oleh Raisa mulai melantur, namun Neli pada akhirnya tersenyum melihat tingkah teman satu kelasnya itu.
"Mudah-mudahan apa coba?" Neli menggelengkan kepalanya.
"Mudah-mudahan urusan ku lancar, jodoh ku ganteng, dan mudah-mudahan duit ku banyak dan gak akan habis meski sudah tujuh turunan, tujuh tikungan dan tujuh tanjakan." Raisa nyengir kuda, Neli tersenyum mendengar do'a aneh teman sekelasnya itu.
"Aamin!" Neli berseru, akhirnya tingkah kedua murid itu ketahuan juga oleh sang Guru. Dia akhirnya meminta Raisa menjelaskan apa yang baru saja dirinya jelaskan.
Karena Raisa yang telah terlatih dalam berbagai segi kemampuan, dia tanpa ragu menjelaskan apa saja yang di jelaskan oleh sang Guru. Sedangkan Neli saat ini di maafkan, karena dia baru saja tiba dari sidang.
"Sa, kamu hebat Kimia ya?" Neli merasa takjub, Raisa hanya terkekeh seraya memberikan jempolnya.
"Aku emang bisa di andalkan dalam bidang kimia, tapi kalo urusan lainmah lain kali aja heheh," Raisa nyengir kuda, begitupun dengan Neli.
Pelajaran Kimia pada akhirnya selesai tak kala suara khas jam pelajaran berdengung. Neli kini menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mulai menatap kedepan.
Entah kenapa saat ini dada Neli berdebar-debar sangat kencang, meaki Pak Arya sendiri belum sampai di kelas Neli.
kurang😅
cepat sembuh ya Nuah 💪💪💪💪💪
menjalani terapi nya.
ternyata anak kita ultahnya dibulan yang sama..
pesona Gus Arya memang hebat bisa mengubah dunia Neli. selamat berjuang Neli 💪💪💪💪💪💪
semangat next di tunggu😍😍😍