KABUR DARI AYAH ANAKKU

"Zack kau berada dimana nak? Tuhan tolong kembalikan anakku" isak seorang wanita di sebuah kamar dengan dekorasi bertema tata surya dan peta dunia dengan memeluk boneka nutracker favorit Zack.

Empat tahun sudah berlalu sejak Zack diculik. Selama itu juga mereka mencari keseluruh negeri tapi tidak menemukan hasil, uang tebusan dengan jumlah yang tidak sedikit juga beberapa kali disetorkan secara rahasia kepada seseorang yang mengaku menculik Zack.

Foto Zack juga disebar keseluruh penjuru negeri, saat diculik Zack berusia sekitar 6 tahun.

Hari itu Zack dan ibunya akan bepergian ke sebuah ski resort yang terkenal di dunia untuk berwisata. Ibunya berjanji akan menjemput Zack ketika dirinya pulang sekolah, tapi karena saat itu tiba - tiba terjadi kebakaran kecil di butik miliknya. Sang ibu terlambat menjemput Zack, dan ketika dia tiba di sekolah Zack sudah menghilang tanpa jejak dan hanya meninggalkan tas sekolah, serta sebelah sepatunya yang terlepas.

Sejak hari itu sang ibu terus menyalahkan dirinya sendiri karena kehilangan Zack.

Jiwanya seolah mati, selama dua tahun pertama sang Ibu berkeliaran seperti orang gila. Setiap panti asuhan dia datangi, pemukiman kumuh, bahkan dia juga mengumpulkan informasi setiap keluarga yang melakukan adopsi. Hasil yang dia dapat tetap nihil.

Dua tahun kemudian, waktu berlalu dan sekarang yang dia lakukan adalah duduk di kamar putranya, memeluk boneka kesayangan Zack sambil terus menangis dan memanggil nama Zack.

Hal ini terjadi terus menerus hingga membuat kesehatan sang ibu pun mulai menurun, wajah cantiknya kini terlihat menua. Cahaya yang biasanya bersinar setiap kali dia tertawa pun seolah sirna. Rumah tempat mereka tinggal tak ubahnya seperti tempat persemayaman dimana tidak ada lagi senyuman atau suara tawa canda terdengar dari bibir sang ibu.

Kehilangan Zack adalah pukulan terberat baginya, Zack sendiri lahir setelah menantikan selama 8 tahun pernikahannya dengan sang ayah.

Setelah Zack lahir, sang ibu dinyatakan tidak bisa lagi memiliki anak karena kondisi tubuhnya yang terlampau lemah jika harus mengandung satu anak lagi.

Karena itu jugalah, Zack sangat dimanjakan oleh orang tuanya. Bukan hal yang aneh jika Zack tidak tahu dimana alamat rumahnya sendiri, karena kemanapun dia pergi selalu ada supir yang mengantar dan menjemput bocah itu.

Pada saat penculikan terjadi, sang supir mengatakan dirinya mendapat perintah dari sang ibu untuk tidak menjemput Zack karena sang ibu yang akan menjemputnya sendiri dan itulah yang menjadi luka batin sang ibu selama bertahun - tahun.

...****************...

"Dimana Nyonya?" tanya sang suami kepada asisten istrinya.

"Nyonya masih berada di dalam kamar tuan" kata pelayan itu.

Suara langkah kaki pria dewasa yang mendekatinya tidak lagi dia pedulikan, "Britney.... Aku mohon.... Aku mohon berhenti melakukan ini. Aku sudah kehilangan Zack, aku tidak ingin kehilanganmu juga. Tolong kembalilah dengan kesadaranmu, demi aku" pinta sang suami dengan mata berkaca - kaca. Begitu besar rasa cintanya kepada Britney sehingga dirinya tidak mempedulikan cemoohan orang - orang dan tawaran orang lain untuk menikah dengan perempuan lain.

Baginya, satu - satunya wanita dihidupnya hanyalah Britney yang saat ini tidak lagi mampu merespon siapa pun yang berbicara dengannya.

"Aku berjanji akan menemukan Zack, meskipun aku harus menghabiskan seluruh harta dan hidupku. Aku berjanji akan menemukannya dan membawanya kepadamu. Oleh karena itu kumohon sadarlah.... Aku tidak sanggup melihatmu terus seperti ini" sang suami menyandarkan kepala Britney ke bahunya.

Wanita itu hanya diam, tidak merespon apapun selain terus menggumamkan nama Zack dan terus menerus mengatakan dirinya bersalah karena terlambat menjemput Zack.

Cukup lama Britney menyandarkan kepalanya di bahu suaminya sampai dia pun jauh tertidur.

"Istirahatlah sayang.... Aku harap besok kau mau tersenyum kepadaku" ucapnya penuh kasih.

...****************...

Jauh di sudut kota, Cedric yang mabuk berjalan terseok - seok di jalanan dengan membawa sebotol minuman keras ditangannya. Seluruh tubuhnya terasa ngilu akibat pukulan yang dia terima di bar beberapa saat sebelumnya akibat dirinya berseteru dengan pengunjung lainnya.

"Sialan..... Gara - gara Jason hidupku berantakan. Aku adalah adiknya tapi dia memperlakukanku seperti sampah hanya karena dia membenci ibuku. Ba*jingan tengik" Berbagai macam umpatan dan sumpah serapah keluar dari bibirnya.

Tidak peduli dengan pandangan orang - orang disekitarnya, pria itu terus berjalan tanpa arah. Dirinya sudah tidak memiliki rumah dan uang.

Semua uang yang diberikan oleh Jason dia habiskan untuk menyewa wanita, bar, dan juga berjudi. Ibunya dia tinggalkan begitu saja didepan sebuah panti sosial yang dikelola oleh pemerintah.

Tidak ada yang tersisa dari dirinya selain sebotol minuman keras dan pakaian yang melekat ditubuhnya.

Perjalanan Cedric terhenti ketika seseorang datang menghampirinya yang hampir saja tidak sadarkan diri karena mabuk, wanita itu datang menghampiri Cedric berusaha untuk menyadarkannya.

"Aku tidak menyangka kalau Jason bisa setega ini bahkan dengan adiknya sendiri. Meskipun mereka lahir dari ibu yang berbeda, bagaimana bisa dia memperlakukan anggota keluarganya seperti sampah"

"Cedric... Bangun"

"Astaga.... Dia benar - benar sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri" cemoohnya setelah menampar pipinya beberapa kali.

"Melihat Cedric seperti ini aku sedikit bersimpati kepadanya yang seumur hidup harus selalu berada dibawah bayang - bayang Jason. Apalagi dia sendiri adalah anak ha*ram" wanita itu menepuk pipi Cedric sambil terus mengolok - oloknya.

"Percuma saja, dia tidak akan bangun. Kesadarannya sudah hilang sama sekali" lanjutnya.

"Bawa dia ke mobil" ucap wanita itu kepada supir pribadinya

"Nona... Apa anda yakin untuk membawa laki - laki ini" tanya sang supir.

"Tentu saja, aku bisa mempergunakan si bodoh ini untuk menjatuhkan Jason. Setelah apa yang dia lakukan 7 tahun yang lalu. Apa kau pikir aku akan membiarkannya begitu saja?"

"Dia harus membayarnya bukan, balasan karena telah mempermalukanku saat itu" geramnya.

"Tapi bagaimana kalau tuan besar tidak setuju?" tanya supir itu cemas.

"Kau tidak perlu khawatir dengan Father. Aku yang akan mengurusnya. Saat ini bawa saja dia dan sadarkan dia dari mabuknya" ucap wanita itu yang segera masuk kedalam mobilnya.

Susah payah sang supir dibantu oleh salah satu rekan kerjanya membopong Cedric menuju mobil.

"Arman, apa kau gila menempatkannya disebelahku? Badannya bau. Tempatkan saja dia di bagasi" teriak wanita itu.

"Enak saja dia duduk bersamaku disini, bisa - bisa tubuhku gatal jika berdekatan dengan manusia busuk sepertinya" gumamnya.

Meskipun banyak orang yang melihat mereka membopong Cedric, Arman dan juga Raymond tidak peduli dan tetap meletakkan Cedric didalam bagasi.

Mobil BMW hitam itu pun segera melaju meninggalkan kerumunan orang penasaran dibelakang mereka.

"Nona Sarah, sepertinya rencana anda sebentar lagi akan terlaksana. Oh ya apakah anda sudah tahu kalau Jason dikabarkan akan segera menikah?" tanta Raymond.

"Menikah? Dengan siapa? Dari keluarga mana?" tanya Sarah.

"Saya belum mendapatkan detil tentang hal itu nona. Tapi dari sumber terpercaya mengatakan jika Jason memang akan segera menikah, dan kabarnya mereka pun telah memiliki anak" Jawab Raymond.

"Cari tahu tentang hal itu, dan laporkan kepadaku. Aku penasaran wanita seperti apa yang berhasil menarik perhatian Jason. Aku tidak ingin melihat dia bahagia, dia harus menderita ribuan kali lipat dari yang aku rasakan" Geram Sarah.

...****************...

Sementara itu, dimalam yang sama Theresa ditemukan kembali mencoba melakukan percobaan bu*nuh diri dengan mencoba terjun dari atap rumah sakit tempatnya dirawat.

Beruntung salah satu perawat yang bertugas memergoki Theresa dan bisa mencegah hal itu terjadi.

Gadis itu tampak linglung dia bahkan sudah meninggalkan surat wasiat yang ditujukan kepada Diego dan kedua orang tuanya.

Diego dan kedua orang tuanya meratapi kondisi Theresa.

Gadis yang selalu ceria, dan tersenyum cerah serta manja telah kehilangan ga*irah hidupnya sendiri.

"Brother.... Please.... Akhiri nyawaku. Aku tidak ingin hidup lagi" lirih Theresa.

"No...no...Theresa.... No, My Princess, my lovely sister. Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini. Theresaa......!!!!" Diego memeluk Theresa, didampingi oleh kedua orang tuanya mereka membawa Theresa kembali ke kamarnya.

Penjagaan disekitar Theresa pun diperketat, untuk mencegah tindakan ekstrim yang mungkin dia lakukan. Pihak rumah sakit terpaksa menggunakan pakaian khusus yang biasa digunakan oleh pasien rumah sakit jiwa. Pakaian yang mengikat kedua tangannya ini efektif dalam membatasi Theresa.

Tak sampai hati Diego melihat adiknya diperlukan seperti pasien rumah sakit jiwa yang berada di tahap membahayakan.

Tapi ini semua demi Theresa agar dia berhenti menyakiti dirinya sendiri. Sekali lagi Diego membaca isi surat wasiat yang dipersiapkan oleh Theresa.

Diego meremas kertas itu kuat - kuat, rahangnya menggeretakkan giginya rapat. Sementara gejolak amarah di hatinya bergemuruh. Jika saja dia tidak mampu mempertahankan kewarasannya setelah melihat keadaan adiknya seperti sekarang, mungkin Diego sudah mendatangi Jason dan menyeretnya kehadapan Theresa.

Dia akan melakukan itu meskipun nyawanya menjadi taruhannya. Adik kecilnya terbaring lemah tak berdaya, kehilangan akal sehatnya, sementara Jason bersantai dan menikmati hidupnya tanpa merasa khawatir sedikit pun terhadap Theresa sekalipun Diego sudah meminta agar Jason meluangkan waktunya menjenguk Theresa meskipun hanya sebentar.

Diego merasa ini sesuatu yang tidak adil bagi adiknya, "Dia harus merasakan penderitaan yang sama seperti yang dirasakan oleh Theresa!!"

...****************...

...****************...

...****************...