NovelToon NovelToon
Di Ujung Sesal

Di Ujung Sesal

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:32.8k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Setelah sepuluh tahun, suamiku kembali pulang ke rumah. Dia ingin kembali hidup bersama denganku, padahal dia yang telah pergi selama sepuluh tahun dan menikah lagi karena menuduhku mandul.

Namun, setelah Petra pergi aku justru hamil. Aku merahasiakan kehamilanku hingga putriku lahir. Selama sepuluh tahun aku merawat Bella seorang diri.

Apa yang akan terjadi bila Petra mengetahui kalau Bella adalah darah dagingnya. Apakah aku harus menerima kembali kehadirannnya setelah sepuluh tahun.

Yuk! ikuti kisah dan perjuangan Kayla dalam cerita, Di Ujung Sesal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Tertusuk duri.

Bram yang tadi selonjoran kaki setengah berbaring, begitu mendengar ucapanku langsung duduk.

"Hem, kebetulan aku sudah lapar. Dari tadi nyetir sendiri. Abis disuapin juga minta dipijitin." Bram menatap nakal kearahku.

Ih, pengen keprok tuh jidatnya. Beraninya menggoda didepan anak- anak. Mana alisnya dinaik-naikin sama bola mata diputer kek penari Bali. Bella dan Alicia makin ngakak saja melihat tingkah Bram.

"Ih, Om Bram genit sama Mama," celetuk Bella ngakak sambil memegangi perutnya.

"Ya, udah Kak Bell kita mandi di kolam sana, yuk! Biarin aja Tante dan Papa pacaran, hik." Alicia menarik tangan Bella.

"Eh, tunggu dulu. Mau kemana itu?" tegurku buru- buru saat melihat Alicia dan Bella hendak pergi.

"Alis sama Kak Bella mau mandi Tante." sahut Alicia seraya menahan senyum. Duh, bocil nakal itu setali tiga uang kelakuan sama papanya. Suka menggoda.

"Iya, udah hati-hati! Jangan kejauhan ya. Jangan di kolam yang dalam. Jangan kejar-kejaran! Awas jatuh!" teriakku karena Bella dan Alicia berlomba menuju kolam renang. Dahlah, percuma saja aku teriak-teriak sampai suaraku serak. Keduanya sudah kecebur ke kolam dan berenang dengan riangnya. Serangan panikku mendadak kambuh dan ingin menyusul keduanya ke kolam biar aku bisa mengawasinya lebih dekat.

"Tenang Kay, kamu kenapa?" ucap Bram melihat sikapku yang berubah panik.

"Anak-anak!" seruku cemas. Karena di kolam banyak sekali yang berenang. Aku cemas bila terjadi apa-apa pada mereka.

"Mereka tidak akan kemana-mana, Kay. Cukup dari sini kita mengawasinya." Bram membalas lambaian tangan Bella dan Alicia, "tuh liat mereka baik-baik saja. Alicia sudah terbiasa ke kolam dari kecil sudah bisa berenang. Bella juga pintar berenang."

"Iya, tapi harus tetap diawasi," ucapku. Masih juga was-was. Bram meyakinkan aku untuk tenang. Entahlah, aku memang suka panik kalau ditempat keramain. Ada-ada saja pikiran aneh muncul dan aku akan mendadak sesak.

Dulu aku tidak seperti ini, tapi sejak aku keguguran dan aku pernah hampir kehilangan Bella di Pasar membuatku sering kena serangan panik dan ketakutan yang berlebihan. Aku sampai pernah konsultasi ke psikiater karena sudah mengganggu keseharianku.

Tiga bulan rutin konsultasi kecemasanku itu berangsur pulih walaupun tidak hilang sama sekali.Dan aku disarankan untuk lebih sering berinteraksi dengan tempat ramai, supaya terbiasa.

Namun, hari ini serangan itu mendadak muncul lagi.

"Kay, kamu kenapa? Sentuhan dan sapaan lembut itu membuatku tersadar kalau aku tengah bersama Bram. Kulihat wajahnya mencemaskanku. Tatapan itu, seketika memberi rasa aman di hatiku. Menelusup jauh ke relung hatiku yang paling dalam.

"Maaf Bram. Kecemasanku terlalu berlebihan." ucapku tertunduk menetralkan degup jantungku saat tatapan kami bersirobok.

"Pasti ada penyebabnya dan tidak boleh diabaikan begitu saja. Apa ini ada kaitannya dengan papanya, Bella. Maaf Kay, jika aku bicara terlalu pribadi. Tadi aku sangat cemas juga melihatmu mendadak berubah."

"Entahlah. Kamu tau darimana soal papanya, Bella?" aku justru balik bertanya karena penasaran.

"Tidak banyak yang aku ketahui. Tadi cuma menduga saja. Bibi Mirah pernah bilang kalau kalian bercerai. Itu saja." ucap Bram masih menatapku lembut.

"Ya sudah, tapi hentikan tuh, matanya jangan jelalatan. Membuat tak nyaman saja." ucapku mengalihkan rasa aneh yang tiba-tiba menyergap.

"Ya ampun, Kay. Ngomong apaan sih, mataku cuma menatap kamu kok dibilang jelalatan." Bram mengusap rambutnya yang berkeriap oleh hembusan angin. Bram mengatupkan mulutnya menahan senyum entah apa yang ada dalam pikirannya atas ulahku yang membuatnya geram.

"Kamu selalu saja membuat jantungku seperti naik komedi putar. Tidak dulu sekarang juga masih." kedipnya makin nakal saja. Anehnya pula kok aku malah senang ya, digodain begitu.

Eits! tunggu dulu! Katanya aku bikin dia pusing dari dulu hingga sekarang? Ngomong apaan ya. Apakah Bram dulunya punya perasaan yang sama denganku. Bram diam-diam juga suka sama aku? Ah, aku salah dengar kali. Bram pasti salah minum obat.

Tiba-tiba saja jemari tanganku sudah ada dalam genggamannya. Aku kaget dan berusaha melepas. Takut Bella dan Alicia melihat.

"Lepasin, Bram."

"Bantu dong Kay, cabutin duri di kakiku." serunya sambil meringis

What! Seruku kaget dalam hati, kirain Bram mau cosplay adegan mesra. Pake genggam jemariku. Taunya mau cabut duri. Bisa-bisanya dia kena duri.

"Duri apaan, kok bisa kena duri sih," gerutuku menetralisir perasaan yang terlanjur ngenes.

"Tau, tiba-tiba aja nusuk di situ." serunya rada manja. Aku langsung curiga kalau ini cuma modus.

"Beneran ada durinya?" ucapku.

"Iya, suer. Barusan nancap."

Aku memeriksa telapak kakinya, dan memang benar ada duri. Tapi kecil, imut dan hitam. Sepertinya duri salak. Tadi aku sempat menepiskan kulit salak yang belum sempat dibersihkan oleh pemilik pondok.

Duri sekecil itu masak sampai membuat Bram meringis. Dicabut sendiri juga bisa, kecuali memang kalo udah keinjak ya harus dicongkel pake peniti.

Aku mencabut duri salak itu. Berhasil! Tapi masih ada yang sisa nancap di kulit.

"Aduh, cabut durinya kok sakit banget, Kay. Jangan ditekan-tekan gitu dong kan sakit." ringisnya.

"Ih, cemen. Duri sekecil itu aja udah sakit." beliakku tanpa perasaan. Durinya gak bisa dicabut pake jariku karena sudah patah.

"Biar kecil tapi sakit woi! Kira-kira dong Kay, nyabutnya." Bram makin kesakitan, entah betulan atau cuma akal-akalannya. Menurutku kalau duri salak gak.bakalan sesakit itulah, kecuali kalau duri pokok salaknya ya, pasti sakit.

"Harus pake peniti ini, biar kecabut durinya. Tapi dapat darimana peniti disini." ucapku seraya menatap kesekililing. Kali aja ada si ibu-ibu atau mbak yang pake hijab biar pinjam bentar peniti hijabnya.

"Bentar ya, jangan kemana-mana." Aku berjalan tergesa ke pondok tetangga yang kebetulan salah satu dari mereka pakai hijab. Aku meminjam peniti hijabnya sebentar setelah menjelaskan alasanku. Untungnya si Mbak baik dan mau meminjamkan.

"Kakinya jangan gerak-gerak gitu dong, Bram, biar aku fokus cabut durinya."

"Lha kamu juga gak ada lembut-lembutnya, Kay. Itu kaki bukan batu. Seenak kamu aja nusuk- nusuk gitu."

"Kalo gak ditusuk gimana durinya bisa dicabut, mana kaki goyang-goyang terus." ucapku kesal," Nah, ini dia dah dapat." Aku lega setelah bisa mencabut duri dari kakinya,Bram. Lumayan dalam juga, pantasan susah cabutnya.

"Ini sih bukan duri salak, ini seperti serpihan kayu." ucapku melihat benda ditanganku. Pantasan juga Bram kesakitan, kirain modus dan cari perhatian. Aku merasa bersalah juga jadinya.

"Iya, tadi kakiku gak sengaja menendang tiang penyangga pondok. Langsung nusuk kaki." Aku memencet telapak kaki Bram, supaya keluar darah sekalian membersihkan bekas luka tusuk duri itu.

Mencari rerumputan yang bisa dijadikan obat sebagai pertolongan pertama. Karena kotak P3K ada di dalam mobil.

"Itu rumput buat apaan, Kay?" tanya Bram heran.

"Biar lukanya cepat kering. Ini bukan rumput sembarangan. Waktu aku kecil kalau kena luka sayat pisau ditempelin rumput ini, pendarahannya cepat berhenti."

"Hem, mestinya kamu perawat saja, Kay. Jadi perawat hatiku." timpalnya bercanda. "Soalnya hatiku sudah lama tertusuk duri, lukanya masih terasa sakit di sini." spontan aku memukul dada bidang Bram, mendengar kata-katanya.

Entah dedemit mana yang yang merasuki otaknya, omongannya makin ke sini kok makin kesana.***

1
Isabela Devi
mamanya lupa plg
Isabela Devi
istri muda pergi cari lagi istri pertama, emang laki laki ga tau diri
Astrid valleria.s.
horas thor
Linda pransiska manalu: horas, apa khabar eda.
total 1 replies
Erni Kusumawati
Andai kata maaf itu mudah utk di lakukan.. bahagia sekali
Erni Kusumawati: sama-sama kk Author. ttp semangat dalam berkarya dan semoga sehat selalu.. amin
Linda pransiska manalu: makasih ya atas dukungannya.
total 4 replies
Suci Dava
Akhirnya damai semua yaa kak
Linda pransiska manalu: iya berdamai dengan luka lebih baik untuk diri sendiri.
total 1 replies
Erni Kusumawati
ya setiap perbuatan pasti akan ada akibatnya.. semoga setelah ini Rena menjadi sadar akan kesalahannya dan menjadi Rena yg lebih baik lagi
Suci Dava
turut berbelasungkawa atas meninggalnya mertua kak Author, semoga di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa Amien
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun.
total 1 replies
Erni Kusumawati
turut berduka cita ya kk.. dan semoga kk dan keluarga dalam keadaan sehat amin
Erni Kusumawati: sama-sama kk
Linda pransiska manalu: makasih doanya ya dek.
total 2 replies
lindsey
bagus
lindsey
welcome back thor 👋👋 kemane aje ?
lindsey: pujiTuhan 🙏
Linda pransiska manalu: Mertua kakak meninggal sehari lebaran trus ada acara pernikahan anak kakak ipar, lanjut sakit karena kecapean. Puji Tuhan sudah pulih. sehat" kita semua dan terimakasih dukungannya.
total 2 replies
Hana Roichati
tetap semangat kak, terimakasih mulai up lagi, sukses selalu 👍👍❤❤
Linda pransiska manalu: makasih dukungsnnya bu.
total 1 replies
Erni Kusumawati
lah kenapa orang2 masa lalu Kay pada bermunculan ya☺
Erni Kusumawati
beginilah kalo orang tua jauh dr ilmu Agama dan ilmu2 lainnya.. dan msh relate sih di jaman skr.,
Erni Kusumawati
beginilah kalo punya mertua yg berfikiran kalo dia berjuang demi anaknya karena pamrih.. semua perjuangan di ungkit.. pdhl perjuangan orang tua adalah kewajiban krn diberikan amanah titipan anak..
Erni Kusumawati
najis lebih baik kau cerita ke bella kau ttg kelakuan bapaknya yg gila.. gemes aku rasanya
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Horas, Mak. 😍😍😍
uswatun hasanah
Luar biasa
Suci Dava
Turut berbela sungkawa atas meninggalnya mertuanya kak Author 🙏, semoga di lancarkan proses pemakamannya Aamiin 🤲
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun/Pray//Pray/
total 1 replies
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Siapakah itu? Jeng jeng jeng. 😄
Astrid valleria.s.
selamat keyla menjemput kebahagiaan mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!