NovelToon NovelToon
My Possessive Boyfriend

My Possessive Boyfriend

Status: tamat
Genre:Playboy / Romansa / Bad Boy / Tamat
Popularitas:100.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rsawty

Sederhana saja. Tentang seorang gadis yang bernama Hazel yang sulit melupakan seseorang yang berperan penting dalam lembaran masa lalunya dan Calix si lelaki yang memiliki ribuan cadangan disana-sini.

Karena sebuah insiden yang mana Hazel nyaris dilecehkan oleh beberapa Brandalan, menggiring Hazel, pada jeratan seorang Calix Keiran Ragaswara, laki-laki yang narsisnya mencapai level maksimal, super posesif, super nyebelin, sumber bencana, penghancur terbaik mood Hazel.

"Sekarang, Lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue. Atau gue jadi pacar elo!" Calix Keiran Ragaswara.

Penasaran? simak ceritanya!


-Start publish 14 juli 2023.


-FOURTH NOVEL

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MPB•CALIX VS RONAN

..."Kala akal menolak, maka hati yang mendorong."...

...-Calix...

...*****...

"SEMANGAT FAREL!!"

Dari barisan pertama para penonton, dengan antusiasme yang full, Kyra berteriak-teriak untuk menyemangati Farel. Dia paling menonjol karena satu-satunya orang yang meneriakkan nama Farel dengan lantang. Mungkin saja pita suaranya akan rusak.

Babak keempat sedang berlangsung, entah sudah berapa lama dia menjerit, suaranya hampir serak.

Sembari berlari kecil, Candra menyikut dada Farel yang tercetak akibat keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya, dia menunjuk Kyra menggunakan dagu juga bibir yang sengaja dimonyongkan.

"Bagus banget lu ada yang nyemangati! Lah gua?! Kenapa nasib gue selalu mengenaskan?" Curhatnya mendramatis.

Farel merangkul bahunya memberinya kekuatan. Biar dia merasa tak jomblo ngenes sendirian. "Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal lain, mending fokus, fokus!"

Ucapannya tak singkron, nyatanya dia sedikit melirik Kyra pakai ekor mata, sibuk memperebutkan bola oranye, tidak ada yang menyadarinya, dia menundukkan kepala, dibalik itu dia menyembunyikan kedua pipinya yang bersemu.

Masih agak jauh jarak Ronan dari tempat mereka, Kyra yang peka langsung bangkit dari duduknya menyudahi aktivitas tak berfaedahnya, otomatis Hazel yang merasakan pergerakan disisinya, menengadah pada Kyra, entah mau kemana gadis ini tiba-tiba berdiri.

"Mau kemana?"

"Ke Toilet bentar." Pamitnya pada Hazel. Ketika dia berpapasan dengan Ronan, dia membisikan sesuatu.

"Lo harus berhasil dapetin, dia oke? Jangan sampai gagal. Usahakan, dia bisa pisah dari Calix." Ronan membalas dengan anggukkan patuh, Kyra menepuk sekali bahu Ronan sebelum melanjutkan langkah berlalu dari tribun.

"Gue boleh duduk disini?" Belum langsung duduk, Ronan meminta persetujuan pada Hazel. Gadis itu menganggukkan kepala mengizinkan. Siapa saja sudah pasti memberi izin, toh ini adalah tempat umum.

Kini giliran Ronan mengambil posisi di kursi penonton tepat berdampingan dengan Hazel menggantikan Kyra, tim kelas XI dan XII dibagi beberapa kelompok, saat ini Ronan mengenakan pakaian jersey juga, tapi belum waktunya kelas mereka main.

"Lo gak dukung siapa pun?"

"Eumm? Enggak. Gue bukan kaya mereka," Dengan bibir mencebik Hazel menunjuk beberapa gadis yang sedang menjerit-jerit seperti orang gila disalah satu bangku tribun, dia geleng-geleng tak habis pikir, apa fungsinya, coba? "Bener-bener gak waras.."

Ronan tergelak pelan mendengarnya, "Dukung gue aja gimana? Kebetulan tim kami main habis ini."

"Ah, gimana yah?" Hazel menggaruk pelan pipinya yang tak gatal, bisa tamat riwayatnya jika ketahuan Calix. "Males gue teriak-teriak gak jelas."

Ronan menyunggingkan senyum lucu, selanjutnya dia mengacak-acak gemas rambut Hazel membuat sang empu memberengut kesal karena surainya jadi berantakan. Lelaki ini mungkin memiliki hobi mengacaukan penampilan seseorang.

"Bercanda.. jangan diambil serius."

Sementara Hazel, dia tak risih, tapi tak nyaman juga dengan perilakunya. Seperti apa yah? netral saja. Mungkin karena Ronan lelaki yang kelihatan baik, dia tak risih dengan keberadaannya. Tapi sayangnya, tidak dapat mendebarkan hatinya seperti Calix.

Mereka berdua lanjut bercengkrama ditempat duduk mereka mengabaikan pertandingan yang sedang berlangsung, dapat diibaratkan pasangan yang dunia serasa hanya milik mereka berdua.

Ternyata interaksi mereka berdua membawa dampak negatif pada Calix. Permainannya dironde kali ini terlihat buruk.

Berulang kali dia gagal mencetak gol faktor dari dua makhluk yang mengusik jiwanya dari tribun sana, mereka kelihatan sedang bersenda gurau.

Dia benci, Hazel yang mudah tertawa jika dengan lelaki itu, sementara dengan dirinya, senyum saja Hazel jual mahal.

Bukan hanya dua sampai tiga kali dia mendapat teguran dari temen-temennya, terutama dari Candra dan Farel yang satu tim dengannya.

"Calix! Fokus!"

"Lo kenapa sih? Tadi performa lo bagus, kelas kita hampir memperoleh kemenangan kalo gak gara-gara tembakan lo melesat berkali-kali." Ronde kali ini paling penting, karena merupakan babak penentuan.

Suara peluit kembali terdengar. Sekali lagi, tembakan Calix gagal memasukan bola keranjang lawan. Dia menoleh lagi kearah mereka, kali ini napas Calix dua kali lipat lebih berat dari yang tadi, dia tersenggal-senggal.

Atmosfer di dalam lapangan ini menjadi lebih panas akibat lelah berlari. Tapi, jauh lebih panas lagi melihat kebersamaan mereka. Calix merasa dia akan mati kebakaran saat ini juga.

Meraup oksigen sebanyak-banyaknya, rahangnya tiba-tiba mengetat. Calix lantas menutup mata sambil meraup wajahnya gusar mencoba mengontrol sisi gelap yang kemungkinan akan menguasainya di sepersekian detik berikutnya.

Benar saja, begitu kelopak mata elangnya, kembali terbuka dan menemuka Ronan sedang mencubit pipi Hazel. Tak tahu jerah cecunguk itu mendekati Hazel. Sepertinya, dia sengaja mengibarkan bendera perang.

Calix akhirnya mengumpat murka. Emosinya sudah meletus bagaikan letusan gunung merapi. "Bangsat!" Langkah jenjangnya begitu cepat dan lebar menuju mereka.

Matanya memancarkan api permusuhan dengan membawa gumpalan tangan hingga urat-uratnya terlihat menonjol.

Situasi yang awalnya hanya didominasi oleh dukungan-dukungan, kini menjadi tegang kala Calix menarik kerah baju Ronan dari tribun lantas menggiringnya menuju lapangan.

"Calix?!!" Sentak Hazel panik, kelabakan dia turun menyusul mereka, banyak murid yang geger dari tribun, begitu pula dari lapangan.

"Selama ini, gua udah berusaha sabar liat lo deketin cewek gua! Tapi kali ini, gak ada lagi toleransi buat lu!"

Bugh!!

Bugh!

Bugh!

Lututnya menggesek kuat lantai vinyl, tubuh Ronan tersungkur jatuh setelah menerima serangan berulang kali dari Calix, mereka berdua jadi sorotan warga sekolah sekarang. Belum ada yang berani menengahi, takut terkena imbas perkelahian beringas antara mereka.

Candra dan Farel hanya geleng-geleng tak habis pikir melihatnya. Tak pernah jenuh sohib mereka yang satu itu menciptakan keributan, kali ini mereka yakin, Calix akan masuk ruang terkutuk lagi. "Calix..Calix.. apalagi yang lo lakukan..?"

Mengusap bercak darah segar pada sudut bibirnya, amarahnya Ronan kini mulai tersulut mendapat perlakukan semena-mena seperti ini.

Dia menegakkan tubuhnya dan memancing kembali perkara semakin runyam dari yang awal dengan menjatuhkan martabat Calix didepan banyak orang.

"Lo pikir, Hazel bakal suka sama cowok yang memiliki temperamental buruk kaya lo, hah?! Entah ancaman apa yang lo lakukan pada Hazel hingga dia terjerat sama cowok kaya lo!"

Ronan mencengkram baju jersey Calix didepan dada. Mereka berdua berhadapan, ini pertama kalinya, Ronan menunjukkan versi amarahnya, tidak hanya murid yang teladan.

Dia juga humble, murah senyum dan friendly, semua itu masuk dalam karakter yang dia tampilkan sehari-hari. Ronan tak pernah marah sebelum ini.

"Monster seperti lo gak pantes buat cewek baik dan selembut Hazel! Dia terlalu sempurna buat sampah keparat kaya lo!"

Memijat pelipisnya pening, Hazel ikut merasa frustasi mendengar penuturan Ronan, kedua lelaki yang kini berlawanan seperti sedang memperebutkan dirinya.

"Ronan.. Ronan.. Seharusnya lo gak memprovokasinya lebih jauh dan lebih baik mengalah.." gumamnya. Apakah dia patut bangga diperebutkan dua laki-laki?

Bugh!

Akhirnya Ronan dapat menyerang balik, bogeman mentah menghantam rahang Calix, membuat tubuhnya mundur beberapa langkah kebelakang. Bukannya meringis kesakitan, dia malah tertawa sumbang lantas menyeringai bengis.

Sungguh, dia ingin melenyapkan lelaki ini dengan tangannya sendiri.

"Lo udah buat gue benar-benar kehabisan kesabaran.." Desisnya kembali mengambil langkah, tendangan kuat mengenai sempurna di dada Ronan.

Badannya terhuyung kemudian jatuh terjerembab keatas lantai lapangan, Ronan meringis kecil, dia memegangi dadanya yang terasa remuk yang dikenai telapak sepatu Calix.

Hendak lah bangkit dirinya dari duduknya. Namun sudah tak bisa, Calix sudah lebih dulu menerjangnya, menjadikan Ronan sebagai samsak, dengan sadis menghantamkan pukulan beruntun diwajahnya.

Bugh!

Bugh!

"Sekalipun gue yang menjeratnya, itu bukan urusan lo!"

"Urus, urusan lo sendiri bangsaat! Jangan ikut campur dalam hubungan gua dan Hazel! Apa hak lo menghakimi hubungan kami berdua?!"

Kali ini Ronan pasrah, dia sudah tak bisa melawan lagi, wajahnya terpaling kesamping kiri dan kanan menerima segala serangan dari seorang Calix yang seperti kesetanan. Sesekali dia mengeluarkan eraangan perih. Sakit.. rasanya seakan tercabik-cabik.

"Gimana nih?!?!"

"Gak ada yang menghentikan mereka?!"

"Bisa mati anak orang!"

"Ihh, ngilunya nular cok."

Suasana disana sangat ricuh, murid-murid sudah membentuk kerumunan disana, tak terkecuali para siswi yang saat ini dibuat shock ditempat.

Tak ada yang berani melerai tindakan Calix, para murid laki-laki pun begitu, sudah tahu bagaimana karakteristik seorang Calix Keira Ragaswara.

Semuanya menjadi segan. Takut apabila yang menjadi sasaran Calix berikutnya mereka jika berani turun tangan mengatasi dirinya. Guru olahraga saja dibuat ciut.

"Calix, hentikan!!" Lia cosplay menjadi pahlawan kesiangan, tanpa persiapan apapun, tanpa mau tahu segala konsekuensinya, berbekal tekad yang sudah dia kumpulkan, dia hendak menghentikan Calix.

"Lia! Jangan, itu berbahaya!" Tegur Hazel yang sedari tadi ikut menyaksikan, terlambat sudah.

Tubuh Lia sudah terlanjur terlempar sedikit jauh dihempaskan dengan extra tenaga yang digunakan Calix. "Gak peduli perempuan atau laki-laki, jangan ada yang berani menghentikan gue kalo mau nyawa kalian aman!" Gertaknya menggebu-gebu.

Tak peduli entah hidup dan matinya gadis yang ditepisnya tadi, Calix tetap melanjutkan aksinya, meninju wajah hingga dada manusia dibawahnya dengan membabi buta.

Tak usah ditanya bagaimana kondisi wajah Ronan, babak belur tak karuan. Hancur nyaris tak berbentuk.

Warga sekolah yang menyaksikan ikut meringis, seolah dapat merasakan ngilu yang diterima oleh Ronan.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Uhhhuk! Uhhukk!" Ronan terbatuk-batuk, dari mulutnya mengalir cairan darah kental, sementara Calix tidak tahu kapan akan menghentikan serangan.

"Woy Hazel!" Dari seberang sana, Candra berlarian kearah Hazel, "Lo hentikan Calix!"

"Gila lo! Itu sama aja gue nyerahin nyawa gue sendiri!"

Kedua tangan Candra beralih memegangi bahunya. Dia menatap Hazel meyakinkan. "Percaya sama gue. Kalo itu lo, dia pasti bisa terkendali. Cuma lo kuncinya saat ini, lo hentikan dia, atau lo mau menyaksikan diantara mereka ada yang mati."

Candra melirik kembali perseteruan itu, terlihat sangat mengerikan, "You are the only controller Calix.." Hazel enggan sekaligus takut. Tapi mau tidak mau, tubuhnya sudah terarah menuju mereka, didorong oleh Candra secara paksa.

"Setan lu!" Rutuknya untuk Candra yang malah menyemangatinya.

"Good lock Zel!" Benar-benar teman halal untuk dihantam.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Hazel mainan gua! Cuma milik gua! Gak ada yang boleh nyentuh dia dan nyakitin dia selain gue!"

Dengan hati-hati kemudian Hazel memusatkan perhatian pada Calix yang sedang mengamuk tak terkendali, Ronan telah terkapar tak berdaya.

Sudut matanya telah membengkak, hidang dan mulutnya tak luput mengeluarkan cairan merah kental. Satu langkah lagi Hazel sudah berdiri tepat dibelakang kokoh Calix.

"Kalo ada yang berani deketin dia, berarti nyari ribut sama gue!"

Berlandaskan panjatan doa dalam hati yang hanya mengharap berkah dari Tuhan, kelopak matanya tertutup tegang, secepat kilat Hazel menekuk kedua lututnya lalu memeluk Calix dari belakang seakan lupa jika mereka sedang didepan umum.

Dalam hal itu, terdengar bisikan halus di indera pendengarannya, "Udah Calix, stop.. lo ingin jadi monster beneran..?" Bagaikan mantra yang dapat menyihirnya. Amukannya berhenti dalam sekejap mata,

Hening. Situasi seolah bisa terkontrol bagaikan sebuah sihir yang ampuh. Seluruh penghuni lapangan terdiam seribu bahasa begitu kepalan tangan Calix menggantung di udara, dia dapat merasakan tangan yang mengalun indah dipinggang kokohnya. Tanpa ada niat sedikit pun untuk melepasnya.

"Gak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan, anak orang bisa terbunuh ditangan lo, Calix.."

"Dia yang menggali kuburannya sendiri." Desis Calix. Dadanya naik turun, masih mencoba memaksimalkan oksigen disekelilingnya.

"Oke kalo seandainya hal itu beneran terjadi, bagaimana jadinya kalo lo masuk penjara terus selama lo disel, gue cari pacar baru lagi? Lo mau itu?" Gertak Hazel dengan nada serius.

"Maka saat gue bebas dari tahanan, gue akan mencari selingkuh lo sampe ke ujung dunia sekalipun."

"Yaudah, gue bakal nyari pacar baru kalo lo membahayakan nyawa orang lain lagi. Lagi pula, gue gak suka sama cowok yang kasar dan bertindak sesuka hati.."

Menghirup napasnya sedalam-dalamnya, secara spontan Calix mencoba menetralkan emosi mendengar ancaman klise tersebut. Dan rupanya cukup ampuh mengintimidasinya.

Setelah lebih tenang, lengan Hazel terurai dari pinggangnya, dia meludahi Ronan yang terkapar dibawahnya sebelum dia turun dari atas tubuh Ronan.

Sekarang Calix duduk diatas lantai vinyl. Mengeraang kasar, dia mengacaukan rambutnya gusar sambil mengubah posisi kakinya menjadi selonjoran.

Apa yang terjadi dengannya? Suasana hatinya benar-benar kacau.. Kepalanya tak bisa berpikir dengan jernih. Dia benci dengan orang-orang yang dekat dengan Hazel selain dirinya. Dia tak mengerti dengan perasaan ini. Sangat menganggu!

"Arghh! gue benar-benar udah gila!"

Hazel baru saja bernapas lega. Paling tidak, keributan sudah berhasil teratasi. Dia duduk disisi Calix lalu tiba-tiba dia dibuat terkejut dengan Calix yang bergerak kembali meraih pinggangnya dengan enteng dia angkat tubuhnya untuk dia dekap dalam posisi duduk.

Hazel seketika tahan napas saat tubuhnya menindih tubuh atletis Calix. Mereka berkontak fisik lagi, entah sudah yang keberapa kalinya. Ramai warga sekolah menjadikan Calix sebagai bahan gosip.

Calix seorang playboy lah, suka gonta-ganti pasangan lah, arogan lah, bajingan lah. Hazel akui, itu semua memang benar adanya. Tidak ada kebohongan dalam berita itu.

Namun, yang anehnya Hazel justru merasa nyaman dan aman bersama dengan Calix terlepas dari reputasinya yang buruk.

Seperti sekarang, semerbak wangi maskulin bercampur dengan bau keringat menguar dari tubuh Calix. Sebenarnya Hazel nyaman dengan aroma wangi itu. Menenangkan, dia menyukainya.

Tapi dia mencoba mendorong dada Calix karena ingat tempat, sialnya apa yang dia lakukan tak berpengaruh sama sekali, tenaganya tidak mampu.

"C-calix.. lepasin dulu.. banyak orang yang lagi liatin kita.."

"Peluk, atau gue bakal ngamuk lagi?!" Tekan Calix menusuk. Seolah dia tak peduli dengan situasi dan keadaan sekeliling mereka.

Dengan tatapan resah, pupil matanya memindai keadaan sekitar, disini masih ramai sekali oleh orang-orang menyaksikan adegan mereka berdua, alangkah malunya.. Saking malunya Hazel ingin tenggelam ke dasar bumi sekarang juga!

Pada akhirnya yang bisa dia lakukan hanya menyembunyikan parasnya didada bidang Calix. Memberikan peluang untuk Calix menghirup aroma shampo yang menguar dari rambut Hazel masuk kedalam lubang hidung mancungnya, dia memejamkan mata menciumnya.

Satu tangannya dia letakkan dibelakang untuk menopang tubuhnya, lengannya yang lain dia pakai merengkuh pinggang ramping Hazel. "Lo pake sampo apa?" suara beratnya terdengar.

Hazel menengadah agar dapat melihat wajah rupawan yang menunduk membalas tatapannya. Syukurlah, tak ada lagi pancaran kilat amarah disana. "Eum? Macem-macem sih, tapi yang gue pakai sekarang, yang aroma lavender."

"Gue suka, bikin candu. Jangan pernah ganti lagi. Oke?"

Seluruh pelajar menyaksikan itu, terutama kaum perempuan, banyak yang iri. Mereka akan menjadikan kejadian ini sebagai topik gosip mereka nanti.

Lia yang turut menyaksikan itu, hanya bisa menekan dadanya yang terasa dihimpit oleh bongkahan tak kasat mata. 'Aku kenapa sih? Kok jadi sesak gini, liat mereka berdua..?'

*****

Kang egois🙂

Btw, maaf banget buat readers, berhari-hari aku baru up lagi, sibuk maraton drakor soalnya. Please, gimana mau jadi penulis sukses kalo nulis saja gak konsisten gini, cry🤧😭

1
Heni Mulyani
lanjut
Teguh Subagya: atau sudah end di bab 71
Teguh Subagya: mana lanjutannya
total 2 replies
JANE ARDIANA
Juancok!
T. zherina j....
thor kok blm up up sih thor gantung amatttt
Daud Kanaya
kok sikap kamu gitu sih rel,kmu harus konsisten dgn apa yg kamu ambil ,klw memang dulu belum siap knp harus cepat nikah
Zahra Zahwa
nah kalo dah gini itu bau2 perselingkuhan gak sich
T. zherina j....: sip di tunggu up ny thor 🤩🤩
semoga cepat sembuh dan segat selalu thorrr👍👍👍👍🤩🤩
Ry🦢: Pasti lanjut Kak, di tunggu yaa.. Author lagi masa pemulihan🤗🙃
total 4 replies
Ry🦢
Sesajennya yuk yuk😗
Yuki✨
Next! Next!!
Ry🦢: Pantau terus🤗
total 1 replies
Lisa Z
alhamdulillah temen temen nya calix masih waras yaaa
jadi bisa jedotin itu kepala calix yang konslet nya udah kelewatan
Lisa Z
semangat kakak 😫
Lisa Z
mau juga dong lix, dingin dingin gini enak makan yang berkuah n anget anget
Lisa Z
padahal aku sudah memuji loh lix
Lisa Z
so sweet banget sih lix
Lisa Z
wah wah lix udah kaya ngapain ngelakuin persugjhan wkwk
Lisa Z
nasib jadi mainan calix yaaa zel
Lisa Z
nahhh ini setuju nihh
Lisa Z
cuman minus akhlak sih ini si calix
sama sikap dia yang overprotektif itu
Lisa Z
hilih si calix mau mencari kesempatan dalam kesempitan yaaaa
Lisa Z
wahhh part yang ini panjangg
mantep kak
semangat!!
Lisa Z
ngeri tau punya cowok kayak calix
kok ciwi ciwi pengen banget jadi pacarnya calix
Lisa Z
ya namanya juga mainan mahal
iya ga zel? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!