Dewi seorang gadis desa yang mengadu nasib ke kota, demi bisa membantu kedua orang tuanya membiayai sekolah adik- adiknya. Ia bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Aditama.
Devan Aditama CEO tampan dengan sejuta pesonanya. Di usianya yang ke 32 tahun ia belum juga menikah. Hatinya telah beku untuk wanita karena pengkhianatan sang kekasih di masa lalunya. Akankah hatinya mencair akan pesona pembantu barunya.
Akankah terajut cerita cinta di antara keduanya. Ikuti alur ceritanya ya teman-teman.
Karya ini hasil karangan othor sendiri ya. Jika tidak suka cukup di skip aja ya. Tolong jangan kasih bintang 1,2 atau 3, itu bikin mood author buruk. Kalau moodnya buruk, cari ide juga jadi susah. Ok, terima kasih.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Wia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tanpa di sadari, hari-hari berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah sebulan saja hubungan yang di jalani Dewi bersama sang majikan. Meski mereka tinggal satu atap, akan tetapi selama sebulan ini mereka jarang bertemu. Devan belakangan ini sibuk mengurus proyeknya di luar kota. Mereka juga masih betah menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang kecuali mbak Tina. Sebenarnya Devan sudah ingin mangutarakan hubungannya dengan sang pembantu kepada kedua orang tuanya, namun Dewi selalu melarangnya. Dewi terlalu takut menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi. Devan yang tidak ingin membuat Dewi sedih, lebih memilih untuk mengalah.
Hari ini Devan berencana untuk membuat perayaan kecil untuk hubungan mereka yang sudah berjalan satu bulan. Selama berpacaran dengan Dewi ia jarang mengajaknya berkencan di luar. Tentu semua itu karena peraturan di rumahnya yang melarang pembantunya keluar malam sembarangan. Devan meminta bantuan pada mbk Tina untuk mengajak Dewi keluar Sabtu malam nanti.
.
.
Di sinilah Dewi dan Tina sekarang. Berdiri agak jauh dari komplek perumahan elit milik majikannya, menunggu jemputan sang pangeran.
" Mbak Tina terima kasih sudah mau membantu dan juga selalu menolong Dewi " kata Dewi sambil menggenggam tangan Tina. Matanya sudah mulai berkaca-kaca.
" Ya ampun Wi, kamu gak bosen apa tiap hari bilang terima kasih. Sudah gak usah pake nangis-nangis segala. Nanti bedakmu luntur, ntar gak jadi kencan malah di kira ikut pawai jadi setan-setanan " kata mbak Tina tertawa ngakak.
" ihhh mbk Tina " dengus Dewi sambil menimpuk bahu Tina karena kesal.
Dari kejauhan mobil Devan terlihat melaju ke arah mereka. Devan menghentikan mobilnya di depan sang kekasih. Ia keluar menghampiri Dewi dan mbk Tina yang tengah berdiri menunggunya.
" Mbak Tina terima kasih banyak atas bantuannya. Nanti akhir bulan saya kasih bonus tambahan " kata Devan seraya tersenyum.
" Bonus tambahannya bisa buat biaya nikahan nggak tuan ", goda Tina pada majikannya. Devan yang mendengar itu hanya tergelak menanggapinya. Tina sampai terpana melihat tawa majikannya. Setelah sekian puluh purnama akhirnya tawa bahagia menghiasi wajah majikan tampannya. Dewi yang sudah masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan pada Tina.
Malam Minggu sungguh membuat jalanan macet parah. Banyak orang yang ingin keluar menikmati malam Minggu bersama keluarga atau pasangan. Devan melajukan mobilnya menuju cafe yang sudah ia pesan. Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya, Devan menggandeng tangan Dewi untuk masuk ke dalam. Mereka pun berjalan menuju meja yang di pesan mengikuti arahan dari pelayanan cafe tersebut. Suasana romantis dengan lilin-lilin di sekeliling meja serta alunan musik membuat kesan romantisnya semakin terasa. Dewi tidak mengira ternyata tuannya bisa romantis juga. Akhirnya mereka menikmati makan malam di iringi alunan musik bertema cinta.
Setelah makan malam romantis di cafe, Devan mengajak Dewi jalan-jalan di mall yang dulu pernah Dewi kunjungi bersama mama Nabila. Sepanjang jalan Devan selalu menggandeng tangan sang kekasih, membuat mereka jadi pusat perhatian. Penampilan mereka yang kontras antara jadul melawan modernisasi membuat heran yang memandang. Seperti kumpulan perempuan-perempuan sosialita yang tengah makan di salah satu cafe di dalam mall tersebut.
" Hei hei lihat gaes, tuh cowok ganteng banget ", kata cewek berambut pirang.
" Gila, gue mau dong jadi pacarnya ", sambung cewek berambut ikal.
" gak usah pacar deh, selingkuhannya saja juga mau ", kata si rambut pendek membuat mereka semua tergelak.
" Tapi itu cewek di sampingnya siapa ya kira-kira. Penampilannya gak banget iuuuhh " lanjut si pirang.
" Pembantunya kali ", jawab si ikal.
" Ya gak mungkinlah, Lihat aja tuh tangannya aja gandengan " sanggah di rambut pendek.
" Kalian ributin apaan sih ", tanya cewek berambut hitam panjang yang sedari tadi diam menekuri handphonenya.
" Lihat itu Li, ada cowok ganteng pake banget. Tapi ceweknya kayak orang jaman 70 an ", ternyata perempuan itu adalah Liliana yang sedang berkumpul dengan teman-temsnnya.
" Mana sih" Tanya lili. Kemudian si rambut pirang menunjukkan posisi Devan dan Dewi. Liliana yang tadinya biasa saja, langsung melototkan matanya.
" Oh no, ini gak mungkin " lili sampai tidak percaya dengan penglihatannya. " Tapi aku kayak pernah lihat tuh cewek. Tpi dimana ? "gumam Liliana. Karena tidak ingin kehilangan jejak mereka, buru-buru ia pamit pada teman-temannya.
" Aku duluan ya, mama aku minta aku segera pulang. dahhhh ", kata Liliana sambil berlalu pergi yang membuat teman-temannya berdecak kecewa.
Ia yang penasaran mengikuti Devan dan Dewi. Otaknya terus saja berusaha mengingat siapa perempuan yang bersama mantan calon suaminya.
Devan menggandeng tangan Dewi, mengajaknya masuk ke sebuah toko tas branded. Dewi yang awalnya senang melihat-lihat tas cantik yang terpajang di etalase langsung menarik Devan keluar.
" Ada apa wi ", tanya Devan bingung.
" Kalau tuan ingin membelikan saya sesuatu, di tempat lain saja ",
" Kenapa " Devan semakin tidak mengerti.
" Harganya mahal sekali tuan. masak harga satu tas sama dengan gaji Dewi selama setahun ", kata Dewi dengan polosnya. Mendengar itu Devan hanya tersenyum.
" Gak apa-apa wi. Anggap saja ini hadiah dari saya "
" Tidak tuan, kalau tuan maksa lebih baik kita pulang saja ", protes Dewi.
" jangan pulang. baiklah tidak usah beli tas, kalau begitu kita nonton saja ya ", tanya Devan penuh harap. Dewi pun mengangguk setuju. Devan pun langsung merangkul sang kekasih menuju bioskop.
Liliana yang sejak tadi mengikuti mereka, sampai shock di buatnya. Lelaki yang selama ini dingin dan cuek, bisa tersenyum lebar ketika bersama perempuan yang menurutnya jauh di bawah standart. Bahkan jika di bandingkan dengan dirinya, mungkin seperti langit dan bumi. Liliana yang kesal menghentak-hentakkan kakinya meninggalkan sepasang kekasih yang terlihat sudah memasuki gedung bioskop.
" Aku harus bilang sama sama mamah ", geramnya sambil berjalan keluar.
.
.
Pukul Setengah sepuluh malam Devan dan Dewi sudah sampai di rumah. karena suasana sepi, ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi agar Dewi bisa turun dengan aman tanpa ketahuan.
Devan berjalan lebih dulu, mengendap-endap seperti pencuri. Celingak-celinguk mengawasi keadaan dalam dapur dan rumah. Setelah aman ia segera keluar. Namun baru beberapa langkah, Devan di kejutkan sapaan seseorang.
" Baru pulang Van ", sapa sang mama yang ternyata belum tidur.
" I iya mah ", Dewi yang baru akan melangkah masuk, mendengar suara nyonyanya segera beringsut mundur sembunyi di samping mobil.
" kok itu pintu penghubungnya nggak kamu tutup sih Van ", tanya sang mama.
" Oh iya Devan lupa ma ", kata Devan yang segera berjalan cepat menutup pintu yang menghubungkan garasi dengan dapur. Kepalanya celingukan mencari Dewi, lalu ia segera menutup pintu tersebut. " Maaf wi " batinnya. Lalu ia berbalik ingin segera menjauh dari pintu itu.
" Astaga ma ", Devan terjingkat melihat sang mama yang berada di belakangnya.
" Kamu nyari apa Van kok celingukan gitu ", tanya mama yang membuat Devan gelagapan. Dewi yang masih mendengar suara mama Nabila semakin takut tidak berani keluar, telapak tangannya sampai berkeringat dingin.
" Gak ada apa-apa kok mah, ya sudah kita tidur yuk mah. Devan ngantuk ", Devan segera merangkul sang mama agar Dewi bisa segera masuk. Mereka pun berjalan meninggalkan dapur.
Saat Devan dan sang mama akan menaiki anak tangga, tiba-tiba terdengar benda jatuh.
Klontangggggg
" Astaga " batin Devan menjadi was-was.
🌸 like komennya aku tunggu Lo kak 😊🌸